LANGIT dari luar jendela tampak mendung, meski sepertinya ia enggan memuntahkan muatannya. Setidaknya hal itu mampu membuat Aresa dan Ganesh bersyukur karena tak harus berperang melawan hujan.Dari balik masker berwarna hitam yang Aresa kenakan, senyumnya mengembang begitu kedua kakinya menginjakkan kaki di sebuah kamar sederhana, dengan dua buah tempat tidur bertingkat yang tampak memenuhi ruangan. Dindingnya yang berwarna biru muda sudah mulai mengelupas di sudut-sudutnya. Namun meski begitu, ada satu jendela besar di salah satu sisinya, membuat sinar mentari mampu merangsek masuk dan menyinari ruangan tersebut.
Pandangan Aresa yang semula meneliti setiap detail ruangan, kini berhenti pada sosok mungil yang tengah duduk di atas kasur. Kepalanya menunduk, fokus pada mobil-mobilan yang digerakkan tangannya.
"Namanya Camilo. Dia sudah di sini sejak bayi." Seorang wanita paruh baya yang akrab disapa Ibu Biyanti di samping Aresa mengeluarkan suara. "Mari masuk..."
Aresa mendongak, menoleh pada Ganesh yang merangkul pundaknya. Pria itu mengangguk, membuat Aresa mengikuti langkah Ibu Biyanti yang sudah lebih dulu memasuki ruangan.
"Camilo...." Ibu Biyanti kembali mengeluarkan suara, kali ini memanggil bocah kecil yang akhirnya mengalihkan pandangan dari mainannya.
Anak itu memandang ke arah Aresa dan Ganesh dengan dua mata sipitnya, menatap penuh tanda tanya.
Perlahan Aresa berjalan mendekati kasur tempat anak itu duduk, membuat rangkulan di bahunya terlepas. Sedangkan bocah itu, masih menatap Aresa.
"Hai," sapa Aresa. Ia mendudukkan dirinya di tepian ranjang. "Lagi main apa?" tanya Aresa.
Anak itu mengangkat tangan kanannya, menunjukkan mainan mobil seukuran telapak tangan Aresa. "Ain.. obil." (Main.. mobil)
Senyum Aresa mengembang, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas—merasa gemas mendengar jawaban singkat dari bocah berusia dua tahun tersebut. "Camilo, Om ikut main boleh?" tanya Aresa lagi.
Anak itu masih menatap Aresa, kedua matanya berkedip pelan. "Boyeh..." (Boleh...)
Ganesh yang sedaritadi hanya diam memperhatikan, diam-diam ikut tersenyum melihatnya. Ia berjalan pelan, mendekati suaminya lalu berlutut di samping dipan kasur. "Kalau Om Ganesh boleh ikut main?" tanyanya.
Camilo mengalihkan tatapannya pada Ganesh yang kini berlutut di samping dipan, membuatnya menjadi sejajar dengan kedua mata Camilo. "Om Anesh ndak boyeh." (Om Ganesh nggak boleh)
Dan begitulah pertemuan pertama antara Camilo dengan kedua orang tuanya, Aresa Hardian dan Ganesha Putra Dananjaya.
▪︎■▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)
FanfictionKata orang, cinta pertama tidak akan pernah tergantikan. Dan Aresa setuju. Baginya, cinta pertamanya datang saat dirinya masih bocah ingusan yang duduk di bangku SD. Terdengar seperti bualan cinta monyet remaja tapi begitulah kenyataannya. Aresa jat...