Kata orang, cinta pertama tidak akan pernah tergantikan. Dan Aresa setuju. Baginya, cinta pertamanya datang saat dirinya masih bocah ingusan yang duduk di bangku SD. Terdengar seperti bualan cinta monyet remaja tapi begitulah kenyataannya. Aresa jat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Jakarta, 2023]
TIDAK banyak yang berubah dari kediaman Hardian sejak keluarga itu pindah ke Jakarta delapan belas tahun yang lalu. Tanpa terasa, dulu Aresa kecil yang menangis merengek ingin es krim, kini sudah tumbuh dewasa menjadi orang tua dari seorang putra.
Papa Chandra yang kini rambutnya sudah banyak beruban, tampak tengah meladeni cucunya yang sudah pandai berceloteh. Mama Windi, seperti biasa sedang asyik berkutat di dapur.
Hari ini putra tunggal mereka, Aresa Hardian sedang berkunjung bersama cucu mereka—Camilo. Jadi Mama Windi akan membuatkan makanan spesial untuk anak dan cucunya itu.
Lain dengan Aresa yang kini sedang tidur di sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Nyenyak sekali seolah tidak terganggu suara Milo dan tawa Papa Chandra yang duduk di sofa satunya yang lebih kecil.
Tidak perlu heran melihat mereka membiarkan Aresa tidur. Mereka sudah paham kebiasaan Aresa yang akan tidur setiap habis bekerja shift malam. Mama Windi dan Papa Chandra sudah maklum.
Tadi begitu sampai, Aresa sempatkan ke rumah mertuanya dulu di seberang, mengekori Mana yang sudah masuk lebih dulu, lalu bersapa dengan Ayah Danan dan Bunda Ira. Hingga saat waktu menunjukkan pukul tiga sore, Aresa dan Milo berpindah tempat ke rumah orang tua Aresa. Kedatangan Milo langsung disambut hangat oleh Papa Chandra yang sudah siap dengan dua mobil-mobilan di tangan, sedangkan Aresa memilih untuk meluncur ke kamar lamanya dan mandi sore, sebelum bergabung dengan yang lain di ruang keluarga—well, walaupun kemudian ia tertidur karena kantuk begitu menguasainya.
Setelah bosan bermain mobil-mobilan, Papa Chandra berinisiatif mengambil salah satu album foto dari dalam lemari. Pikirnya, Milo pasti akan senang melihat-lihat foto masa kecil orang tuanya.
Beberapa halaman pertama, banyak diisi foto-foto Aresa saat masih balita—bersama kedua orang tuanya.
Kedua mata Milo berbinar melihat foto-foto di hadapannya. "Opa! Ini Milo!" celetuknya sambil menunjuk salah satu foto pada album lama yang tengah mereka lihat-lihat. Foto seorang balita yang tengah berpose di atas gajah-gajahan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.