1O

490 77 28
                                    

[Jakarta, 2012]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jakarta, 2012]

TELEVISI masih menayangkan film horror yang diputar oleh Ganesh dan Aresa, dengan pemuda yang lebih kecil masih bergelung dalam pelukan yang lebih besar dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang milik Ganesh, saat tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka, disusul dengan tapak kaki yang tergesa-gesa memasuki rumah.

Tap. Tap. Tap.

Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas dan mendekat, membuat Aresa semakin membenamkan wajahnya sembari mencengkeram ujung kaos milik Ganesh.

Hingga suara langkah itu berhenti. Sontak Ganesh menoleh ke arah datangnya suara—dan Aresa tidak ada tanda-tanda akan mengangkat kepala.

"Bang Mana?" sapa Ganesh bingung melihat Mana yang tiba-tiba kembali lagi. Perasaan Mana pergi belum ada dua puluh menit, kok sudah kembali? Tidak mungkin kan latihan Paskibranya sudah selesai?

Ya, suara tapak kaki yang tergesa itu adalah milik Mana. Lelaki itu memang sedang terburu-buru saat ini.

Aresa yang mendengar suara Ganesh memanggil Mana, reflek menegakkan kembali tubuhnya. Pandangannya yang sedikit buram karena terlalu kencang menekan mata pada dada Ganesh, akhirnya bertemu dengan manik mata Mana yang berdiri tak jauh dari sofa tempatnya dan Ganesh berada—menatap ke arah mereka berdua yang masih berpelukan.

"Ehm." Mana bergumam pelan, membuat Aresa tiba-tiba melepaskan pegangannya pada Ganesh. "Hape gue ketinggalan," ucap Mana singkat.

Setelahnya, Mana langsung bergegas menaiki anak tangga, menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Sedangkan Aresa masih duduk kaku di samping Ganesh, merasa malu karena ketahuan sedang memeluk Ganesh. Ia takut Mana berpikir dirinya sangat penakut seperti anak kecil—meskipun kenyataannya memang iya. Nanti pasti Mana meledeknya!

Tap. Tap. Tap.

Mana kembali berlari, kali ini menuruni anak tangga. "Gue pergi dulu ya. Lanjutin aja nontonnya. Maaf belum bisa ikutan. Next time, kita agendakan lagi. Nanti gue yang traktir jajan buat teman nonton."

Setelahnya, Mana langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Ganesh maupun Aresa.

"Hati-hati, Kak!" teriak Aresa.

"SIAP!"

Aresa masih menatap ke arah ruang tamu, tempat Mana terakhir terlihat, sebelum kemudian mendesah pelan. "Kira-kira Kak Mana mikir yang macam-macam nggak ya?" gumam Aresa.

Ganesh melirik pemuda di sampingnya sekilas. Keningnya mengerut samar. "Kenapa memangnya kalau Bang Mana mikir macam-macam?" tanya Ganesh.

Aresa menggaruk tengkuknya kikuk. Tidak mungkin dirinya menjawab, "Nanti gue diejekin kayak bocah kalau Bang Mana tahu gue penakut."

Namun belum sempat Aresa menjawab, Ganesh sudah kembali bersuara. Ia bahkan memutar tubuhnya menghadap ke arah teman kecilnya itu.

"Lo... suka sama Bang Mana?" tanya Ganesh.

✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang