⚠️ CW: MARKREN ⚠️
[Jakarta, 2023]
SUARA gemericik air yang terdengar langsung lenyap begitu Aresa mematikan keran wastafel di hadapannya. Ia mengangkat pandangan, menatap sejenak pantulan dirinya pada cermin, sebelum beranjak keluar dari toilet.
Aresa mengayunkan kakinya menelusuri koridor, berniat kembali ke tempatnya menunggu Milo tadi—di mana Hema berada.
Langkah Aresa terhenti sejenak saat ia menangkap sosok tegap dengan kaos berkerah berwarna biru muda berdiri di depan Hema. Buru-buru Aresa mempercepat langkahnya saat menyadari jemputannya sudah datang.
"Kok sendirian? Aresa mana, Hem?"
"Kak Mana!"
Aresa memanggil pria itu sembari berjalan cepat ke arahnya—membuat dua orang yang ada di sana, Hema dan pria itu menoleh padanya. Ya, laki-laki itu adalah Mana.
"Kak Mana? Kok nggak nge-chat kalau udah sampai?" tanya Aresa begitu dirinya berdiri di hadapan Mana dan Hema.
"Barusan sampai kok," jawab Mana.
Baru saja Aresa akan menyahut, tiba-tiba suara bel tanda pulang berbunyi. Tak lama kemudian, pintu kelas Milo terbuka dan satu-persatu murid-murid TK berjalan keluar dari kelas. Termasuk Milo yang langsung berlari menghampiri Aresa.
"Baba!" panggil Milo. Aresa tersenyum melihat putranya. Ia langsung menggandeng sang putra yang pagi itu terlihat ceria meski langit mendung menaungi.
Saat sedang asyik dengan Baba-nya, Milo merasakan pundaknya ditepuk pelan. Itu adalah kelakuan Hema. "Camil, Jian mana?" tanya Hema karena tidak mendapati keberadaan keponakannya.
"Jian masih di dalam, Om Hema. Lagi dihukum soalnya tadi udah disuluh diam tapi nggak mau, malah mutel-mutel di kelas," jawab Milo dengan lidah cadelnya.
Hema berdecak pelan—sedikit kesal meski ia sebenarnya tidak heran dengan kelakuan keponakannya itu. Raut sebal yang tercetak di wajah Hema membuat Aresa dan Mana tertawa melihatnya.
"Baba, ayo pulang!" ajak Milo.
Aresa tersenyum. Ia menoleh pada Hema. "Mau pulang bareng nggak, Hem?" tawar Aresa.
Hema menggelengkan kepala. "Duluan aja. Gue bawa mobil kok. Lagian kasihan Bang Mana kalau harus anter gue dulu. Lo juga pasti udah ngantuk habis masuk malam," tolak Hema.
"Ya udah, kalau gitu duluan ya, Hem," pamit Aresa.
Mana juga tersenyum ramah pada Hema. "Yuk, Hem!"
"Iya, Res, Bang. Hati-hati!" ucap Hema. Ia lalu menjawil pelan pipi bulat Milo. "Da-da, Camil!"
"Da-da, Om Hema!"
▪︎■▪︎
Mobil Mana sudah melaju meninggalkan sekolah Milo, dengan Aresa duduk di kursi samping pengemudi dan Milo yang meminta duduk di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)
FanfictionKata orang, cinta pertama tidak akan pernah tergantikan. Dan Aresa setuju. Baginya, cinta pertamanya datang saat dirinya masih bocah ingusan yang duduk di bangku SD. Terdengar seperti bualan cinta monyet remaja tapi begitulah kenyataannya. Aresa jat...