Tempat Berpijak (Bagian 2)

12 1 0
                                    

"Tak tergantikan, oh walau kita tak lagi saling menyapa."

Pilu Membiru-Kunto Aji


Cerita sebelumnya:

Walau terpaksa, Ara dan Dion menarik Bumi ke luar, sementara Rere, Dika, dan Alpha masih di kamar, mereka tahu ada yang Deeva sembunyikan dan adik bungsu mereka ini butuh telinga untuk menumpahkan isi hatinya. Setelah pintu tertutup dari luar, tangis Deeva pecah.

"Tuh, kan udah gue bilang, kalian tuh ada apa-apa." Ucap Alpha.


"Kenapa si Om musti kenal Kak Bumi sih?! Gue bener-bener berharap ini cuma mimpi." Ucap Deeva di sela-sela tangisnya. Namun tak ada jawaban dari ketiga kakaknya. Mereka tak mengerti.

"Ada apa?" Tanya Rere lembut.

Dengan terbata-bata Deeva menceritakan apa yang bisa ia ceritakan. Tentang penyakitnya yang membawanya pada Bumi, juga tentang pesan singkat yang ia kirimkan melalui ponsel bundanya beberapa tahun lalu. "Gue terpaksa bohong, gue mau dia balik. Dulu, kalo gue lagi sakit kek gini, dia selalu nyanyiin lagu Bondan and Fade2Black yang Ya Sudahlah, kalo denger orang itu nyanyi kayaknya sesakit apapun gue, gue bisa ngelewatinnya. Tapi, pas gue masuk SMP, orang tuanya pindah ke Australia, kayak Kak Dika, gue juga marah banget sama dia."

"Dunia sempit ya? Lu sahabat gue, Adrian juga sahabat Kak Ara, dan masa lalu kita sama." Ucap Dika.

"Panggilannya Bumi." Deeva menghela nafas panjang. Sebenarnya tidak pernah mau dia buka lagi kotak memori masa kecilnya itu.

"Pantes waktu itu Kak Ara bilang kayak pernah ngeliat lu, terus ada foto lu di HP-nya dia. Kayaknya si Bumi-Bumi itu pernah nunjukin foto lu deh." Tebak Dika.

"Waktu kita pertama kali makan bareng di kos juga dia pernah nanya yang aneh gitu ke Deeva, keknya masalah itu juga deh." Timpal Alpha.

"Sebenernya waktu gue tahu si Om tinggal di Melbourne, gue berharap dia kenal sama Kak Bumi, tapi setelah dipikir-pikir, kayaknya bakal lebih baik kalo kita berdua gak perlu ketemu lagi. Terus pagi ini tiba-tiba aja dia muncul di depan gue, ngenalin diri pake nama Adrian, nama Rian itu sebenernya panggilan gue waktu gue kecil." Terang Deeva lagi.

"Ruwet!" Ucap Alpha.

Sementara di luar, Bumi terduduk lemas diapit oleh Ara dan Dion.

"Bum, lu yakin dia adek lu?" Tanya Dion. Sejak awal Dion sudah tahu perihal Bumi dan Deeva.

"Iya, Deeva Rianty Auriga, kan?" Bumi balik bertanya.

"Iya sih." Jawab Dion.

"Iya, dia emang Rian. Dia masih idup, bro. Entah gue musti ngucapin selamat atau turut prihatin." Jawab Ara.

"Gue gak percaya dia bohongin gue selama ini. Gue yakin bukan Bunda yang SMS waktu itu, tapi dia sendiri." Ucap Bumi.

"Lu tanya sendiri baik-baik sama dia, tapi inget, baik-baik. Gue yakin lu yang paling ngerti kondisi dia." Ujar Ara.

Bumi tidak menanggapi Ara, ia malah masuk ke kamar Deeva.

"Kalian bisa keluar sebentar? Gue mau ngomong sama Rian." Pinta Bumi langsung.

"Nama aku Deeva." Jawab Deeva setelah sadar dari keterkejutan akibat Bumi yang tiba-tiba masuk.

"Kita harus ngomong, Deeva." Ucap Bumi.

"Kita tinggal bentar ya." Pamit Rere saat Deeva tidak juga menolak atau mengiyakan, kemudian ia keluar diikuti Dika dan Alpha.

Hampir lima menit setelah Rere, Dika, dan Alpha meninggalkan ruangan. Namun, baik Bumi ataupun Deeva, mereka masih saja diam. Saling mencari kata untuk diucapkan, saling terdiam menunggu yang lain mengawali pembicaraan.

ARAL BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang