Disebuah koridor kelas tepatnya dilantai 2 sebuah sekolah yang ramai akan hiruk pikuk siswa siswi berlalu lalang, terdapat dua orang siswa tengah terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.
"Ayolah Go bantu gue, loe harus mau jadi panitia buat persiapan acara MPLS bulan depan"
Hugo, anak lelaki yang sedang diajak bicara memberengut kesal lantaran lengannya ditarik paksa oleh seseorang saat dirinya hendak memasuki sebuah kelas yang bertuliskan XII IPA 1 tersebut.
"Gue gak bisa Sa, bukanya kita udah sepakat soal ini ?"
decakan kesal lagi-lagi keluar dari bibir tipis miliknya. Hugo yang sudah malas dengan segala tingkah menyebalkan sahabatnya itu lantas menarik paksa lenganya dari cengkraman Mahesa berharap agar lelaki itu berhenti mengganggunya. Namun ternyata tidak semudah itu. Bukan Mahesa namanya jika menyerah begitu saja. Seorang ketua OSIS yang terkenal ambisius seperti dirinya tidak akan berhenti membujuk sang sahabat sampai ada kata Deal diantara mereka.
"please lah Go, loe tau kan gue sibuk banget akhir-akhir ini ?"
"Gue harus ngurus acara pentas seni, terus handle O2SN, belum lagi ngurusin MPLS yang panitianya aja belum kebentuk. Sementara acaranya bakal di adain bulan depan"
"arrgh anjing lah, pusing banget kepala gue"
lelaki itu tertunduk sambil memegangi kepalanya yang pening akibat memikirkan begitu banyaknya beban tanggung jawab yang di embannya sebagai seorang ketua OSIS.
Hugo yang menyaksikan sahabat sedari oroknya itu tengah mengerang frustasi hanya memutar mata jengah.
"Gue buka lagi anggota OSIS Sa"
"Loe masih, surat pengunduran diri loe belum gue acc"
dengan cepat Mahesa memotong ucapannya. Umpatan kesar mau tak mau diterimanya dari si manis yang tengah melipat tangan didepan dada tanda merajuk. keduanya kembali berdebat. Namun kali ini lebih sengit. Huga dan Mahesa memiliki satu kesamaan, mereka berdua sama-sama meliliki sifat keras kepala. Sulit rasanya bagi kedua orang itu untuk mengalah. Padahal sebenarnya mengalah bukan berarti kalah kan?
Semakin Hugo menolaknya, maka semakin gencar pula Mahesa membujuk atau bahkan memaksa lelaki itu untuk menuruti kemauannya. Tak jauh berbeda dengan Mahesa, Hugo juga merasa tertantang. Ia ingin melihat seberapa besar usaha sahabatnya itu untuk meluluhkannya. Menjadi seseorang dengan pendirian yang kuat sangat mengutungkan. Mahesa pasti akan sangat kesulitan meruntuhkan pendirian dan juga egonya yang setinggi angkasa itu. Jika sudah begini, siapa yang mau mengalah?
"Minggir! kalau mau berantem jangan disini, loe bedua ngalangin jalan tau gak?"
Reksa, salah seorang teman sekelas Hugo mengintrupsi keduanya karena merasa terganggu dengan keberadaan dua sahabat itu yang berdiri di tengah- tengah pintu, hal itu tentu saja menghalangi siswa siswi lain yang hendak masuk kedalam kelas.
sadar mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian, Mahesa segera menarik pergelangan tangan sahabatnya itu untuk menjauhi kerumunan. Mereka berdua melangkah menuju ke ujung lorong untuk melanjutkan pembahasan yang tadi sempat tertunda.
"gue udah bilang kan ke loe kalau gue gak bisa lanjut OSIS ?"
"bokap nyuruh buat stop hal-hal gak penting dan fokus pendidikan."
Hugo berbicara secara terang-terangan, ia harap Mahesa akan mengerti dan menghargai keputusannya. Tapi sepertinya Mahesa tidak menghiraukan hal itu.
"ah bulsshit loe Go, loe mutusin buat berhenti dari kegiatan OSiS tapi Fotografi jalan terus"
"kalau emang mau fokus pendidikan, dua-duanya selesai lah!"
Mahesa berbicara sangat lantang hingga menyebabkan urat-urat biru disekitaan lehernya ikut menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
FanfictionAku hanyalah sebuah bintang kecil yang tak terlihat, sedangkan kamu adalah galaksi terindah dari seluruh alam semesta