Gadis itu sedikit berteriak saat melihat pemuda di hadapannya tersebut jatuh pingsan. Dengan sigap Damian yang juga berada disana langsung membawa tubuh tak sadarkan diri milik Hugo keatas punggungnya. Mereka berdua berjalan cepat menuju UKS yang letaknya agak jauh dari lapangan. Kejadian tersebut menyebabkan kegaduhan di beberapa barisan hingga akhirnya merembet kekelas dua belas.Berita tentang pingsannya Hugo dengan cepat menyebar ke seluruh antero sekolah menimbulkan bisik-bisik yang tidak berarti. Para anggota OSIS dan PMR agak kesulitan meredam suara-suara tersebut. Mahesa dan Brondon pun ikut bergegas menuju UKS saat mendengar kabar bahwa Hugo tengah tak sadarkan diri.
Begitu tiba di UKS Damian merebahkan tubuh Hugo diatas ranjang dengan hati-hati. Ia menempelkan telapak tangannya dikening pemuda itu bermaksud untuk mengecek suhu tubuhnya. Keringat dingin masih mengucur deras dari pelipis, sementara mimisan yang dialami pemuda itu sudah mulai berhenti karena upaya gadis itu yang menyumpal lubang hidung hugo menggunakan tissu.
"Gimana Dam?"
"Badanya panas, kayanya demam"
Lova terlihat panik, gadis itu bingung harus melakukan apa. Pasalnya perawat yang berjaga di UKS belum datang ditambah lagi dirinya belum pernah merawat orang sakit hingga jatuh tak sadarkan diri seperti sekarang ini. Damian mencoba menenangkan Lova yang mulai panik. ia meyakinkan gadis itu bahwa Hugo akan baik-baik saja. Atas instruksinya gadis itu mengambil sebaskom air bersih dan juga handuk yang rencananya akan digunakan untuk mengompres Hugo. Sementara menunggu, Damian mengoleskan minyak angin pada hidung dan juga perpotongan leher Hugo agar pemuda itu merasa hangat.
"Hugoo!"
"Astaga loe kenapa?"
Belum sempat Damian menempelkan handuk basah tersebut pada kening Hugo, duo rusuh yakni Mahesa dan juga Brondon tiba-tiba saja datang menyerobot tempat disamping pemuda itu. Dengan terpaksa Damian harus mundur mempersilahkan kedua sahabat dari pemuda pucat itu melihat kondisinya yang terbaring tak berdaya. mereka berdua cemas juga merasa bersalah. Terutama Mahesa, pemuda bergigi kelinci itu sangat menyesal karena menyuruh Hugo untuk berjaga disana.
"Loe apain teman gue?" Ucap Brondon penuh selidik, lelaki berwajah garang itu tidak terima melihat keberadaan Damian disana.
"Apan sih kak, loe gak liat apa dari tadi Damian sama gue lari-larian bawa kak Hugo ke UKS?"
Ucap gadis itu sarkas, ia kesal dengan Brondon lantaran lelaki itu selalu menyudutkan Damian tanpa tau fakta yang sebenarnya terjadi.
"Udah ah jangan pada berantem, loe bedua mending balik deh ke barisan, biar Hugo gue sama Brondon yang urus"
"Btw thanks ya buat loe bedua udah gercep nolongin Hugo" ungkap mahesa melanjutkan.
Dan tanpa banyak bicara, Damian menyerahkan handuk basah tersebut kepada Mahesa. Ditatapnya wajah pucat kakak seniornya itu sekali lagi sebelum benar-benar beranjak dari ruangan itu. Tak lupa, Damian mengajak Lova meninggalkan UKS karena mereka berdua harus kembali ke barisan.
"Apa banget sih mereka, kesel gue. Itu lagi kak Brondon bukanya makasih malah nuduh-nuduh"
"Loe kesel gak sih Dam?"
"Udah biarin aja"
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke barisan. Namun saat mereka tiba dilapangan, upacara telah selesai dilaksanakan. Lapangan itu kosong, tidak ada satu pun siswa siswi yang berada disana. Pada akhirnya Damian dan Lova memutuskan untuk kembali ke kelas mereka.
Saat tiba dikelas keduanya menjadi pusat perhatian seisi ruangan. Tapi karena tadi pagi sudah berkenalan, beberapa orang menyapa mereka dengan hangat. Lova lanjut mengobrol dengan gadis-gadis lain dikelasnya. Si cantik itu mendapat teman sebangku bernama Chanika. Sementara Damian, pemuda itu juga mendapat teman baru bahkan tiga sekaligus. Mereka adalah Petra, Nara, dan Jeff. Karena dirasa cocok satu sama lain, Keempatnya memutuskan untuk duduk dibarisan paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
FanfictionAku hanyalah sebuah bintang kecil yang tak terlihat, sedangkan kamu adalah galaksi terindah dari seluruh alam semesta