0.11

103 7 2
                                    

            
          Hari ini adalah hari jumat, dimana selalu ada agenda khusus dihari itu. Setiap Hari jumat seluruh penghuni sekolah akan melakukan senam sehat, kemudian akan dilanjutkan dengan bersih-bersih diseluruh lingkungan sekolah. Hari jumat merupakan hari spesial bagi para siswa siswi yang bersekolah disana, karena di hari itu tidak ada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Dari pagi sampai pulang setelah selesai bersih-bersih mereka bebas bermain sampai bel tanda pulang berdering. Menyenangkan bukan?

Dibawah pohon cemara yang rindang, Hugo dan anggota Osis lainnya sedang beristirahat setelah bersih-bersih di area lapangan dan sekitaran taman. Dengan wajah lelah yang kentara mereka semua duduk sambil mengipasi diri dengan kardus seadanya. Mahesa menyeka keringan yang mengucur dari pelipisnya, tidak hanya Mahesa. Bahkan seragam beberapa anak laki-laki yang lain ikut basah karena keringat. Tak heran mengingat panasnya matahari siang ini begitu terik menyengat.

Walaupun penat, mereka semua asik mengobrol dan bercanda satu sama lain. Suara tawa terselip diantara obrolan-obrolan ringan tersebut. Untunglah teriknya panas matahari siang itu diringi dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus kearah mereka. Memberi sedikit kesejukan bagi setiap raga yang kepanasan. 

Hugo ikut tertawa saat mendengar candaan dari teman-temannya. Sementara Mahesa dan Brondon tidak henti-hentinya menyumbang cerita konyol yang membuat semua orang disana tertawa terpingkal-pingkal. Entah itu pengalaman pribadi atau cerita turun temurun dari orang lain yang diceritakan kembali oleh mereka berdua.

Topik obrolan terus berganti, mereka masih saja betah duduk berlama-lama disana hanya untuk mendengarkan celoteh satu sama lain. Dari mulai cerita konyol, cerita horor, cerita para nabi, hingga cerita konspirasai mengenai alam semesta pun tak luput dari bahasan mereka. Bosan dengan topik konspirasi alam semesta, Brondon tiba-tiba menyeletuk. Pemuda itu bertanya mengenai tipe ideal seseorang disebelahnya.

"Tipe ideal lo yang kaya gimana Sa?" Mahesa yang tiba-tiba diberi pertanyaan seperti itu hanya melongo, namun sedetik  kemudian pemuda bergigi kelinci itu menjawab dengan cengiran lebar.

"Yang kecil, lucu imut-imut gitu lah pokonya" karena penasaran  Ia pun balik bertanya kepada Brondon tentang tipe ideal lelaki itu.

"Kalo tipe ideal lo kaya gimana?"

"Gue mah suka yang bohay, yang kaya gitar spanyol gitu"

Dengan semangat Brondon mendeskripsikan sosok tipe idealnya itu disertai dengan gesture menirukan lekuk tubuh seorang perempuan bertubuh sexy aduhai. Hal itu sontak mengundang sorakan heboh dari teman-temanya yang lain. Mereka semua mengolok-olok Brondon atas ucapannya tersebut. Gelak tawa terdengar riuh sampai-sampai menarik atensi siswa siswi lain yang berada disekitar mereka.

Sekarang ini giliran Hugo, pemuda itu diam saja saat ditanyai perihal tipe idealnya. Ia bingung harus menjawab apa, karena dirinya juga belum memikirkan hal itu.

"Ayolah Go, masa lo gak punya tipe ideal sih?"

"Gak tau gue Kal, gak pernah kepikiran soalnya" ucapnya pada Haikal yang daritadi berusaha mendesak pemuda itu.

"Aelah kebanyakan belajar sih lo, padahal cewe-cewe disekolah kita cakep cakep ya"

"Ho'oh" ucapan Brondon itu diangguki oleh Haikal dan teman-teman yang lain.

Cukup lama Hugo menjadi bahan olokan teman-temannya, kini giliran Damianlah yang menjadi sasaran empuk Beondon dan teman-temannya.

"Cengar cengir aja lo dari tadi, giliran lo nih cil. Tipe ideal lo yang kaya gimana?" Jeda beberapa saat, barulah setelah berfikir agak lama Damian menjawab pertanyaan itu ragu-ragu.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang