0.16

103 10 1
                                    



Brrrakkkk...

"Mana yang namanya Damian?"

Suasana kelas yang mulanya riuh tiba-tiba saja menjadi sunyi senyap saat seorang pemuda memasuki kelas mereka. Dengan tidak santainya pemuda itu menendang pintu menimbulkan sura keras menarik atensi seluruh penghuni kelas sepuluh IPS 1 siang itu. Kilatan marah nampak jelas pada kedua matanya.

"Gue"

dengan santainya Damian bangkit dari kursi tempatnya duduk lalu berjalan pelan menghampiri pemuda yang sedang mencarinya itu.

"Maksud lo apa hah ngebocorin motor gue, bukan itu aja, lo sama temen-temen lo yang bangsat itu juga ngerusakin bagian motor gue yang lain?"

"Lo tau gara-gara lo motor gue rusak parah, sekarang kasih tau gue apa alasan lo ngelakuin itu "

"Karna setau gue, gue gak pernah punya masalah sama lo sialan"

"Iseng aja"

Damian membalas ucapan panjang milik Reksa dengan satu kalimat singkat. Dan tentu saja hal tersebut justru semakin memancing emosi dari pemuda yang merupakan kakak kelasnya itu.

"Anjing!"

Bugh....bugh...

Reksa memukul adik kelasnya itu lebih dulu. Ia melayangkan kepalan tangannya dengan membabi buta, pemuda itu merasa sudah cukup dirinya bersabar beberapa hari ini. kemarahannya semakin memuncak setelah mengetahui pelaku dari aksi perusakan motornya tempo hari adalah juniornya sendiri.

yang anehnya Reksa tidak pernah mengenal pemuda itu sebelumnya. Jangankan untuk terlibat konflik, mengetahui wajah serta namanya saja baru hari ini. Ia mengetahui informasi tersebut dari rekaman cctv yang berada diparkiran. Ia mengira itu mungkin ulah Hugo, karena selama ini yang tarlibat perselisihan dengannya hanya pemuda itu.

Tapi mendapati kenyataan bahwa bukan Hugo yang melakukanya membuatnya marah. Ditambah lagi pelaku sebenarnya adalah siswa kelas sepuluh yang asing dalam indra penglihatannya. Berani sekali pemuda itu pikirnya.

Ditambah lagi alasan yang tidak masuk akal yang keluar dari mulut Damian membuat darah Reksa semakin mendidih. apa tadi katanya, iseng? Yang benar saja, seumur-umur Reksa tidak pernah menjumpai adik kelas yang kurang ajar seperti Damian. Atas dasar apa pemuda itu melakukan hal itu?

"Udah stop jangan pada berantem!"

Bugh...

"Sialan, sini maju lo!"

Bahkan Petra yang berusaha melerai pun ikut terkena pukulan Reksa yang membabi buta. Tak hanya itu, rupanya Reksa datang bersama kedua anak buahnya yang lain. Mereka berdua juga ikut dalam aksi baku hantam tersebut.

Keadaan kelas menjadi semakin tidak kondusif. Akibat tidak adanya guru yang mengajar dikelas itu, jam kosong yang harusnya menjadi menyenangkan merubah menjadi ajang baku hantam bagi kedua belah pihak.

Tak tinggal diam, melihat kedua temannya dikeroyok oleh Reksa dan anak buahnya membuat Nara dan Jeffaro juga ikut serta dalam perkelahian tersebut. Tiga lawan empat, perkelahian itu terus berlangsung disaksikan oleh para penghuni kelas yang hanya diam tak berkutik menyaksikan.

Jeritan histeris anak perempuan saat salah seorang anak buah Petra terlempar kearah mereka membuat suasana semakin menegangkan. Sementara para anak lelaki bersorak riuh menyemangati teman sekelas mereka yang tengah berkelahi tersebut. Damian bangkit dengan menghempaskan tubuh Reksa kedinding, lalu memukuli wajah pemuda itu dengan bogem mentah secara brutal.

Suara seperti tulang patah terdengar saat Damian memukul bagian hidung pemuda itu. Tak membutuhkan waktu lama, darah segar langsung mengucur deras dari lubang hidung kakak kelasnya itu. Reksa yang sudah tidak berdaya berusaha menghalau pukulan itu agar tidak mengenai wajahnya. walaupun usahanya itu terlihat sia-sia.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang