0.2

164 12 0
                                    

 

Hugo Alatas, anak bungsu dari dua bersaudara yang tumbuh kembang dalam keluarga kaya raya. Ayahnya Barsena Van de Berg seorang pengusaha berlian dari Belanda yang mencoba peruntungannya di Indonesia. Sang ayah merupakan peranakan Indonesia-Belanda. Lelaki itu tumbuh besar di Amsterdam. Setelah dinyatakan lulus dari studinya di sana, Barsena pergi merantau ke Indonesia pada usian 22 tahun.

Jika di telisik lebih jauh, Hugo memiliki darah campuran seperti sang ayah. Ibunya juga seorang  wanita keturunan Arab-Indonesia. Marganya adalah Alatas. Oleh karena itu nama tengah Hugo adalah Alatas sedangkan nama belakangnya adalah Van de Berg. Darah campuran yang dimilikinya itu tak ayal membuat Hugo memiliki paras dan fisik yang hampir sempurna. Gabungan dari gen-gen unggul tersebut membuat pemuda itu nampak mencolok dari anak-anak lainnya. Rambut coklat terang dan mata sewarna hazzel di dapatkannya dari sang ayah. Sementara kulit putih, bibir tipis, dan hidung mancung berasal dari sang ibu. Pemuda itu tampan dengan vitur wajah kebule-bulean yang khas.

Keluarganya memiliki toko perhiasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Barsena telah berhasil membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Berbekal tekat dan keterampilan yang didapatkannya dari sang ayah, ia nekat membangun pabrik dengan modal seadanya. Awalnya ia hanyalah anak dari seorang pengrajin berlian yang menerima oderan disaat-saat tertentu saja. Tapi sekarang lelaki itu memiliki berhektar-hektar lahan pertambangan diseluruh Indonesia, pabrik berlian yang luasya tidak terkira, hingga toko perhiasan yang sudah tak terhitung jumlahnya.

Dengan aset kekayaan sebanyak itu sudah dipastikan bahwa Hugo Alatas adalah seorang tuan muda. Pemuda itu tidak pernah hidup dalam kekurangan. Segala yang dibutuhkan senantiasa terpenuhi. Dengan kekayaan keluarganya Hugo mendapatkan banyak sekali privilage. Ia dapat dengan mudah memilih sekolah mana yang ingin ia tuju tanpa harus mengikuti tes dan segala macam tetek bengek yang merepotkan.

Kenakalan-kenakalan yang pemuda itu lakukan pun semuanya dimaklumi. Pernah suatu ketika ia ditangkap polisi karena aksi kebut-kebutan dijalanan dan membahayakan beberapa pengendara lain. Tapi apa yang terjadi selanjutya? Apakah ia dipenjara? Tentu tidak, melalui orang suruhannya sang ayah membungkam polisi serta para korban dengan banyak uang. Pemuda itu dilepaskan begitu saja. Tidak peduli seberapa banyak kenakalan yang ia lakukan, catatan kriminalnya tetap bersih.

Namun hidup bergelimang harta nampaknya tidak membuat pemuda itu puas. Seperti keluarga pembisnis pada umumnya, kerajaan bisnis tersebut akan diwariskan secara turun-temurun. Sejak kecil Hugo hidup dalaam belenggu sang ayah. Pemuda itu ditempa untuk menjadi seorang pewaris dimasa depan. Sang ayah amat sangat concern terhadap pendidikannya. Lelaki dewasa itu tidak menyukai kegiatan apapun yang menurutnya tidak penting. Barsena mengontrol penuh kegiatan sang putra. Mulai dari pagi hingga petang ia tau betul apa-apa saja yang dilakukan oleh Hugo.

Lelaki itu tidak suka saat sang putra mengikuti kegiatan tambahan diluar dari jam belajarnya. Fotografi misalnya, lelaki itu beranggapan bahwa hobi sang anak hanya membuang-buang waktu saja. Prospek kerja sulit, uang yang dihasilkan pun tidak seberapa. Bukankah jauh lebih baik berbisnis? Dengan membangun sebuah bisnis yang menjanjikan, kita bisa meraup keuntungan yang sangat banyak yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Lelaki itu tidak habis fikir, kenapa sang putra justru tergila-gila pada kegiatan tersebut.

Pernah suatu ketika tepatnya pada awal kenaikan kelas 11 , diam-diam Hugo mendaftarkan dirinya ke club fotografi disekolahnya tanpa sepengetahuan sang ayah. Hal itu tentu membuat Barsena marah besar. Lelaki itu langsung menyuruh Hugo untuk keluar dari club fotografi saat itu juga. Namun pemuda itu bersikeras.

Ia terus memohon kepada sang ayah agar diperbolehkan mengikuti club tersebut. Setelah melihat Hugo tetap kekeuh pada pendiriannya Barsena pun luluh juga. Lelaki itu akhirnya memperbolehkan sang putran ikut club fotografi yang digemarinya dengan catatan nilainya harus sempurna di semua mata pelajaran. Huga diharuskan berhenti dari club tersebut saat diriya sudah naik ke kelas XII.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang