0.17

100 6 2
                                    




Brakkk..........

sekali lagi pintu itu dibuka dengan tidak sabaran, Damian membawa masuk Hugo kedalam ruang pribadinya yang terletak dilantai dua tempat Billiard itu, hatinya kembali mencelos saat kedua maniknya menatap luka dan lebam yang menjalar disekujur tubuh pemuda pucat tersebut.

"kan udah gue bilang kemana-mana pake celana panjang"

Hugo hanya terpaku tanpa mengatakan sepatah katapun, pemuda itu memilih membungkam mulutnya saat Damian berjongkok untuk mengecek keadaan kakinya yang penuh dengan goresan luka terbuka akibat pukulan dari tongkat baseball yang dilakukan oleh sang ayah.

"Damian, gue......"

"mending lo mandi dulu" tanpa memperdulikan ucapan dari kakak kelasnya itu Damian berjalan mengelilingi single bad  menuju nakas untuk mengambil satu stel pakaain bersih miliknya dari dalam sana.

"pake ini, lo gak mungkin bawa baju ganti kan?" pemuda pucat itu hanya menggeleng, Hugo menuruti perintah Damian yang menyuruhnya untuk segera membersihkan diri.  Dengan tertatih pemuda itu memasuki kamar mandi. gerak gerik itu tidak pernah lepas dari sepasang mata yang memperhatikannya, dengan kilat penasaran yang memuncak Damian berusaha meredamnya agar tidak terlalu lepas kendali.

setelah dua puluh menit berlalu, ahugo akhirnya keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih jauh lebih segar, satu set pakaian itu terlihat sedikit kebesaran ditubuhnya. Jujur pemuda putih itu agak kikuk saat menyadari sepasang mata milik Damin tidak pernah lepas menatapnya.

"sini duduk, mau sampe kapan lo bediri di depan kamar mandi?"

ucapan  itu seolah menyadarkanya, walaupun ragu Hugo tetap menuruti perkataan Damian untuk duduk diatas single bad yangterlihat empuk tersebut.

Hugo kira Damian akan membordirnya dengan berbagai macam pertanyaan mengingat tabiat pemuda itu yang terlihat terobsesi dengannya beberapa bulan terakhir, belum lagi kilat penasaran yang terpancar dari kedua matanya seolah menuntut sebuah penjelasan. Namun sikapnya yang tenang ini justru membuat Hugo merasa tidak nyaman.

"buka baju lo!" tanpa ada alasan untuk mengelak Hugo menuruti saja titah pemuda itu, ia melepaskan kaos putih kebesaran yang melekat ditubuhnya dan hanya menyisakan celana jogger saja. Damun terpaku memandangi tubuh bagian atas pemuda itu yang tidak ada bedanya dengan yang lain. Dengan cepat ia membuka kotak p3k untuk mengobati luka-luka disekujur tubuh kakak kelasnya itu.

"sshh pelan Dam"

"tahan!"

"ah sakit"

Damian memperhatikan mimik kesakitan itu dengan pandangan iba. Namun ia tidak bisa menghentikan upayanya untuk mengobati si manis hanya karna ia kesakitan. Damian tetap melanjutkan  kegiatannya yang diiringi oleh ringisan kesakitan milik pemuda pucat yang merupakan kakak kelasnya itu. Awalnya Damian kurang fokus mendengar suara erangan kesakitan Hugo yang terdengar ambigu ditelingaanya

Namun sekuat tenaga pemuda itu berusaha agar tetap fokus pada kegiatannya. Ia kembali dibuat miris dengan luka-luka yang terdapat dibagian perut, dada, dan punggung milik Hugo. Kulit yang tadinya seputih susu itu harus ternoda dengan banyaknya luka memar dan juga lebam yang menghiasinya.

amarah itu kembali mucul, padahal sudah susah payah ia meredamnya. siapa gerangan sosok tak bertanggung jawab yang tega melakukan hal ini?

"aah sakit Dam pelan-pelan, lo sengaja ya?"

"Maaf"

karena terlalu tenggelam memikirkan hal itu Damian tidak sengaja menekan luka itu terllau keras. Alhasil Hugo yang merasakan sakit reflek berteriak untuk menyadarkannya.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang