Suara riuh yang berasal dari kantin yang notabenenya penuh sesak oleh siswa siswi yang kelaparan membuat sebagian dari mereka enggan untuk pergi kesana. Namun berbeda dengan pemuda putih itu hari ini, tumben-tumbenan Hugo menyambangi tempat itu sendirian tanpa kedua orang temannya. Alasannya sederhana, ia lapar sedangkan dirinya tidak sempat sarapan pagi tadi karena bangun kesiangan.
Ketika sudah selesai dengan makanannya, pemuda itu bangkit untuk segera meninggalkan tempat itu. Naman baru beberapa langkah tiba-tiba saja seseorang dari arah yang berlawanan menjegal kakinya tanpa berperasaan, menyebabkan Hugo terjatuh.
"Hahahha mampus"
Suara gelak tawa membuat pemuda itu mengalihkan fokusnya, rupanya Reksa lah yang sengaja menjegal kakinya agar pemuda itu terjatuh. Ia terus tertawa bersama teman-temannya seolah tindakan yang dilakukannya itu adalah sebuah lelucon. Hugo bahkan tidak tau dimana letak kelucuan yang membuat reksa dan teman-temanya tidak berhenti tertawa. Beberapa orang bahkan mulai menaruh atensinya kepada mereka.
Saat Sadar ternyata dirinya sedang menjadi pusat perhatian Hugo cepat-cepat berdiri lalu menepuk-nepuk bagian celananya untuk menghilangkan debu-debu atau kotoran yang kenempel di sana. Pemuda itu sama sekali tidak terpancing oleh apa yang sedang Reksa dan teman-temannya lakukan. Hugo menatap seseorang yang ada dihadapannya itu dengan tatapan datar seperti yang biasa ia lakukan.
Dua orang yang berada dibelakang Reksa nampak asing, sepertinya mereka berasal dari kelas lain. Mengingat pemuda itu yang tidak punya teman karena tempramennya membuat Hugo sedikit merasa kasihan. Ia terus-terusan menyalahkan Hugo dan ayahnya atas kebangkrutan yang dialami oleh keluarganya. Padahal manajemen dalam perusahaan keluarganyalah yang bermasalah. Seperti pengusaha pada umumnya, ayahnya hanya menjalankan apa yang seharusnya dilakukan. Mengakusisi, mengambil alih itu semua hal biasa dalam dunia bisnis.
"Apa! Lo mau mukul gue lagi, ayo pukul! Pukul biar bokap lo itu datang lagi kesini terus lo habis babak belur sama dia" ucap Reksa sambil menunjuk-nunjuk pipinya sendiri seolah menyuruh Hugo agar memukulnya.
Melihat itu Hugo hanya diam, ia masih berusaha bersikap tenang walaupun kedua tangannya sudah terkepal dengan erat. Ia tahu betul apa yang dilakukan Reksa adalah usaha untuk memprovokasinya. Inilah salah satu alasan mengapa ia malas pergi kekantin sendirian.
Selau saja ada hal-hal tak terduga yang berada diluar kendalinya. Hal itu sering kali membuat moodnya buruk. Terakhir kali ia pergi ke kantin menyebabkan dua orang gadis berkelahi karena memperebutkan perhatiannya, padahal Hugo sama sekali tidak menyukai salah satu dari gadis itu.
Damian menyaksikan sendiri keributan itu dalam diam. Ketiga orang temannya juga menatap kearah yang sama. Situasi dimana Hugo berhadapan langsung dengan Reksa dan kawan-kawan. Terlihat jelas atmosfir tidak mengenakan yang berasal dari keempat orang yang berdiri diujung kantin.
Ditengah-tengah atmosfir ketegangan itu, tiba-tiba saja Nara menyenggol kaki temanya itu dari balik meja, membuat Damian tersadar dan balik menatapnya. Karena sekarang ia tau jika sahabatnya itu menaruh rasa terhadap kakak kelas mereka, Naradipta mencoba memberikan isyarat melalui matanya agar Damian membantu Hugo. Karena dari sudut penglihatannya Hugo sedang membutuhkan pertolongan.
Tak disangka, Damian acuh saja. Pemuda jakung itu bahkan melanjutkan menyantap makan siangnya yang sempat tertunda. Jeffaro yang merasa aneh dengan gelagat dua orang temannya yang saling bertatapan Langsung mennyinggungnya dengan kalimat pedas andalannya.
"Ngapai lo bedua tatap-tatapan kaya gitu, curiga jangan-jangan homo"
"Sembarangan lo, mana mau gue modelan kaya dia" Nara menyahut tidak terima, sedangkan Damian kembali melanjutkan kegiatannya sambil tetap sembunyi-sembunyi melihat kearah Hugo
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
FanfictionAku hanyalah sebuah bintang kecil yang tak terlihat, sedangkan kamu adalah galaksi terindah dari seluruh alam semesta