0.4

135 13 4
                                    

        Panas matahari semakin menyengat apalagi para calon peserta didik yang mengikuti kegiatan MPLS itu sudah duduk disana selama hampir satu jam. Sebelum beralih pada kegiatan selanjutnya yaitu bermain mini games, para panitia masih memberikan instruksi serta permainan apa saja yang akan mereka mainkan nantinya.

Dari depan Brondon sedang memperhatikan adik dari sahabatnya itu sedang asik becengkrama dengan seorang pemuda yang satu kelompok dengannya. Gadis itu terihat tersenyum malu-malu kepada pemuda itu membuat Brondon merasa tidak suka. Karena kesal ia berjalan menghampiri mereka berdua.

"ngobrol terus ya kalian, yang didepan gak diperhatiin"

Mereka berdua agak terkejut karena kedatangan Brondon yang tiba-tiba.

"Maaf kak"

Brondon hanya melirik gadis itu pura-pura kesal, walaupun keduanya sama-sama mengobrol brondon lebih kesal melihat seseorang yang duduk disamping Lova. Pemuda itu nampak acuh saja dengan kedatangannya.

"Mana name tag loe?"

Ditodong pertanyaan seperti itu, Demian memeriksa name tag miliknya yang belum sempat ia kalungkan pada lehernya dan memperlihatkan benda tersebut kepada kakak seniornya itu. Melihat hal itu Brondon justru semakin kesal.

"Kenapa gak dipake?"

"Sorry bang, lupa"

"Ck alasan aja loe, kenapa? Keasikan ngobrol loe ya makanya sampe lupa pasang name tag. Yang didepan ngomong juga gak didengerin"

Damien hanya diam saja dikatai seperti itu. Hal itu sudah basi menurutnya, kenapa selalu ada saja tindakan-tindakan sok senioritas yang ada pada saat kegiatan MPLS. Damian merasa muak, hari-harinya sudah buruk. Lelaki didepannya ini justru membuatnya semakin runyam.

"Ikut gue kedepan!"

Mau tak mau Damian mengikuti seniornya itu maju kedepan. Pasti setelah ini ia akan mendapat ceramah panjang lebar yang sangat memekakan telinga. Brondon menyerobot mic yang sedang digunakan Mahesa pada saat pemuda itu sedang berbicara. Dengan suara keras Brondon menyampaikan sesuatu yang membuat sebagian dari calon peserta didik merasa panik.

"Bagi yang tidak memakai atribut lengkap silahkan maju kedepan sekarang!"

Suasana menjadi riuh, sebagian peserta MPLS merasa panik karena diantara mereka ada yang tidak memakai atribut lengkap. apalagi ditambah panas matahari yang semakin terik membuat keadan menjadi sedikit sulit dikendalikan.

"Saya hitung sampai tiga kalau gak ada yang maju juga saya akan periksa satu persatu dan hukumannya bakal lebih berat"

"Satu.... Dua....."

Satu persatu calon peserta didik itu maju kedepan, netra tajamnya memicing melihat anak-anak itu yang tidak memakai atribut lengkap. Tidak banyak memang hanya beberapa orang yang berdiri didepan termasuk Damian. Tidak ada pengecualian, padahal atribut pemuda itu lengkap. Sialnya ia hanya lupa mengalungkan name tag sialan itu pada lehernya.

Sesi kedua marah-marah itu dimulai, Brondon yang merupakan panitia kedisiplinan memarahi mereka-mereka yang tidak menaati aturan. Damian memutar matanya jengah, pemuda itu kepanasan ditambah lagi harus mendengarkan kakak seniornya itu yang marah-marah tidak jelas. Melihat Damian yang terlihat santai mengipas-ngipas wajahnya menggunakan kardus, Brondon kembali mendatangi pemuda itu. Brondon semakin geram saat melihat Damian menatapnya dengan sorot datar tanpa ada rasa takut atau segan sedikitpun.

"Siapa tadi nama loe"

Ditanya seperti itu bukannya menjawab, Damian justuru mengangkat name tag miliknya yang tadi sempat dijadikannya kipas dihadapan lelaki itu, secara tidak langsung ia menyuruh Brondon untuk membacanya sendiri. Karena dirasa bocah itu sangat kurang ajar, Brondon menabrakan bahunya pada bahu pemuda itu. Dengan tatapan nyalang lelaki itu berusaha memprovokasi Damian membuat situasi semakin memanas.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang