Semilar angin siang hari ini berhembus masuk kedalam sebuah ruangan bertuliskan 12 IPA 1. Angin sejuk itu tak mampu memberi sedikit kesegaran bagi seluaruh warga kelas yang berada diruangan tersebut. Air contitioner yang terpasang diujung atas dekat plafon atap mati sejak dua hari yang lalu. Hal itu semakin memperparah keadaan karena Jakarta sedang dilanda cuaca panas ekstrem akhir-akhir ini.Termometer suhu menunjukan angka 37 derajat celcius. Siswa siswi yang merasa kegerahan sibuk mengipasi diri dengan buku ataupun kardus yang tidak terpakai. Ada juga yang membawa kipas portable, dan para siswa laki-laki lebih memilih membuka pakaiannya bertelanjang dada. Mereka semua kegerahan hingga beberapa diantaranya mengungsi kekelas lain untuk sekedar mendinginkan diri.
Seorang pemuda berkulit putih nampak begitu tenang bergelut dengan buku-bukunya. Ia seolah tidak terganggu dengan udara panas yang berbendar disekitarnya. Hugo sangat fokus mengerjakan latihan soal di lembara LKS miliknya. Pemuda itu sengaja memasang aerphone ditelinganya agar tidak terganggu dengan suara berisik dari teman-teman sekelasnya.
"Hugo lo diminta datang keruang Osis"
Seorang gadis manis datang menghampiri pemuda itu, namun sayangnya ia tidak mendapati respon yang berarti dari si pemuda putih. Ah iahampir lupa Hugo sedang fokus dengan buku-bukunya, ditambah lagi pemuda itu menyumpal telinganya dengan earphone sedari tadi. Gadis itu tersenyum maklum, ia mengambil tempat duduk didepan pemuda itu yang kosong.
Tuk..tuk
Dengan dua kali ketukan di meja, Hugo akhirnya mengalihkan fokusnya kepada si gadis manis. Pemuda itu juga melepaskan earphone yang menyumpal telinganya demi menyimak ucapan dari si gadis yang duduk dihadapannya ini.
"Kenapa Ell?" Ucap pemuda itu lembut
"Sibuk banget ya? Maaf ganggu, lo diminta datang keruang Osis sama Mahesa"
Sekali lagi, gadis itu mengulang ucapannya. Masih dengan senyum menawan, kedua maniknya menatap antusias kearah pemuda putih itu. Karena melihat tatapan seekor anak anjing yang manis dari gadis dihadapannya ini, Hugo akhirnya luluh juga. Pemuda itu segera membereskan buku-buku serta alat tulisnya kedalam laci. Ellody tersenyum cerah saat tau pemuda itu bangkit dan menyudahi segala rutinitas yang dilakoni pemuda itu berjam-jam yang lalu. Dengan riang mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang Osis yang dimaksud.
Sementara itu disebuah ruangan bertuliskan Osis terdapat sekitar Lima puluh orang anggota Osis resmi termasuk Mahesa sebagai ketuanya, dan juga dua puluh orang siswa kelas kepuluh. Rencananya hari ini mereka akan memperkenalkan para anggota Osis yang baru sekaligus mengadakan rapat membahas acara pentas seni yang akan digelar bulan depan.
Diantara dua puluh orang tersebut Damian adalah salah satunya. Bukan, Pemuda itu sama sekali tidak tertarik dengan kegiatan kesiswaan seperti Osis. Damian mempunyai alasan tersendiri untuk bergabung dalam kegiatan itu. Seperti disebutkan diawal, ia Sebisa mungkin harus menyibukan diri agar intensitas bertemu sang ayah dirumah menjadi semakin berkurang.
Berhubung ia masih tergolong anak baru dan belum memiliki banyak kenalan untuk mengambil pekerjaan partime. Ditambah lagi teman-teman SMP-nya tidak ada yang satu sekolah dengannya, maka dengan terpaksa kesibukan yang akan ia ambil demi menghindari sang ayah adalah dengan menjadi salah satu anggota Osis. Mungkin setelahnya ini ia akan semakin sering mengikuti berbagai macam ekstrakulikuler ataupun kegiatan disekolahnya.
Semua orang duduk saling berhadapan. Sementara itu ada dua bangku yang masih kosong. Mahesa mengecek arlojinya sekali lagi dengan gelisah. Dua orang yang ditunggunya sedari tadi belum juga menampakan diri.
"Udah mulai ajalah Sa, kelamaan!" Ucap Brondon yang sudah mulai tidak sabaran. Mahesa yang bimbang mengedarkan manik matanya demi melihat raut gelisah sebagian orang yang ada didalam ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka
FanfictionAku hanyalah sebuah bintang kecil yang tak terlihat, sedangkan kamu adalah galaksi terindah dari seluruh alam semesta