0.6

109 11 3
                                    




Udara sejuk dipagi hari memberikan semangat bagi orang-orang yang memulai harinya saat matahari mulai naik kepermukaan. Memberi sedikit energi untuk menjalani hari-hari berat yang tak bisa dihindari. Senin pagi disebuah sekolah menengah atas, suara riuh siswa siswi dipagi hari menyambut tahun ajaran baru dengan penuh suka cita.

Krriiinggg....kriingg....kriiing

Bel bertanda masuk sudah dibunyikan, hampir semua siswa siswi berbondong-bondong menuju lapangan untuk mengikuti kegiatan upacara bendera. Walaupun cuaca sedikit mendung tak sedikitpun menggoyahkan semangat para siswa siwwi itu untuk mengikuti kegiatan rutin tersebut. Tanpa terasa kegiatan MPLS sudah berakhir, sekarang saatnya bagi siswa siswi baru melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka bukan lagi anak SMP, tidak ada lagi setelan biru putih. Baju seragam itu berganti menjadi putih abu-abu yang menandakan bahwa mereka telah resmi menjadi murid SMA.

Damian nampak tampan dengan seragam barunya. Setelan putih abu-abu itu membungkus tubuh jakungnya dengan sangat pas. Pemuda itu menyerah pergi ke Bandung, ia memutuskan untuk enjoy saja menjalani hari-harinya sebagai murid SMA di ibu kota. Damian melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke barisan siswa kelas 10 IPS 1, yang mana itu adalah barisan teman-teman sekelasnya. Siapa sangka, Lova dan Damian berada dalam satu kelas yang sama. Maka tak heran ketika pemuda itu mulai memasuki barisan, gadis itu menyapanya dengan hangat.

Dengan senyuman sehangat bunga matahari pagi, Lova mendekati pemuda itu yang berdiri di barisan paling belakang. Mereka bebas untuk bercengkrama selagi upacara bendera belum dimulai .

"Hai Dam, ternyata kita satu kelas" ucap gadis itu sumringah

"Hai lov"  singkat, namun dapat membuat pipi gadis itu bersemu. Panggilan itu terasa menggelitik, terdengar manis saat pemuda itu yang mengucapkannya. Lova sudah sering mendengar namanya dipanggil oleh orang lain dengan sebutan yang berbeda-beda. Beberapa orang memanggilnya Lova, ada juga yang memanggilnya luv, bahkan kadang-kadang ada yang memanggilnya cinta. Gadis itu tidak pernah mempermasalahkan  nama panggilan yang diberikan orang-orang kepadanya. Tapi entah kenapa saat pemuda itu memanggilnya semua terasa sedikit berbeda.

Mereka berdua mengobrol  tetang beberapa hal, selain itu Damian juga mulai berkenalan dengan teman-temannya yang lain. Seperti anak lelaki lain yang mudah akrab, tak butuh waktu lama mereka semua sudah menjadi teman.

Dilain sisi Mahesa sedang mencoba Microphone yang akan digunakan pada saat upacara nanti. Dia mengetes suaranya pada microphone itu beberapa kali untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada microphone tersebut. Sementara dibelakangnya sudah  ada Brondon yang ikut menggulung kabel dari sound sistem agar tidak terpuntal. Pemuda itu nampak kesusahan karen salah satu tanggannya yang di gips.

Dibarisan paling depan tepatnya di kelas dua belas, Hugo memperhatikan dua temannya itu tanpa  adanya inisiatif untuk membantu.

"Kalo liat temen susah tuh dibantu, bukan malah jadi patung!"

Mahesa yang kesal sengaja menghampiri pemuda itu dibarisannya.

"Loe bedua kurang emangnya?"

"Ck kalo bisa bedua mah gak mungkin minta bantuan loe, gak liat tanggannya Brondon di gips kaya gitu?"

"Siapa suruh berantem"

Akhirnya mau tak mau Hugo melangkah menghampiri Brondon yang sedang kesusahan menggulung kabel. Karena tangan satunya di gips ia jadi susah bergerak. Akibatnya gulungan kabel itu kembali berhamburan karena lelaki itu tidak bisa melakukanya dengan satu tangan.

"Ck bukanya bantuin malah nyusahin"

Hugo mengambil alih untuk menggulung kabel-kabel itu. Ia juga membantu Mahesa untu mengecek sound sistem yang ada disana. Setelah semuanya siap instruktur upacara memberikan arahan agar mereka semua besiap karena sebentar lagi upacara akan dimulai.

Hugo tidak kembali kebarisannya, pemuda itu justru melangkahkan kakinya menuju barisan kelas sepuluh. Pemuda itu mendapat tugas dari ketua osis untuk berjaga disana. Yang mana hal itu adalah agenda rutin, para anggota OSIS dan juga PMR ditugaskan untuk berjaga dibelakang barisan di tiap-tiap kelas  sebagai antisipasi jika ada siswa yang sakit atau pingsan saat mengikuti kegiatan upacara bendera.

Hugo sebenarnya malas, toh dia bukan lagi anggota OSIS. Tapi menurut Mahesa Hugo tetaplah anggota osis tidak resmi. Pemuda itu akan dibutuhkan disaat genting saja seperti sekarang ini. Hugo mengutuk sahabatnya itu karena dirinya belum menemukan barisan kelas yang akan ia jaga. Ia beberapa kali berjalan bolak balik untuk mencari barisan kelas 10 IPS 1. Beruntungya ia melihat Lova, pemuda itu lekas mendatangi gadis itu untuk sekedar bertanya.

"Hai kak kok disini?"

"Kelas 10 IPS 1 dimana lov?"

"Disini kak, itu kelas gue" ucap gadis itu terkejut,

Seperti mendapat angin segar Hugo mengangguk lega, ia bersyukur akhirnya ia bisa menemukan barisan kelas yang akan ia jaga itu.

"Loe belum jawab pertanyaan gue, ngapain disini kak?" Gadis itu kembali mengulang pertanyaanya dengan raut penasaran yang sangat kentara dari wajah cantiknya. Sementara Damian yang berada disebelah gadis itu pun ikut menengok demi bisa melihat eksistensi dari si pemuda putih.

"Disuruh abang loe jaga disini"

"Lagian loe mau mau aja di suruh Maheshitt"

"Gitu-gitu abang loe"

"Tolak aja sih kak"

"Ya dia maksa"

Gadis itu tertawa kecil mendengar ucapan Hugo. Kakaknya yang satu itu memang sangat menyebalkan. Ia yang merupakan adiknya saja mengakui jika Mahesa memang sebenyebalkan itu.

Saat asik berbincang dengan adik dari sahabatnya, Hugo merasa seseorang tengah memperhatikannya. Ia menoleh pada sosok tinggi disebelah Lova. Netra sewarna hazzel itu bersirobak langsung dengan obsidian gelap seseorang yang sedari tadi memperhatikannya. Lelaki itu bahkan tidak repot-repot membuang pandangan. Tatapan keduanya bertemu, mereka saling memandang dalam diam.

Setelah kejadian di UKS waktu itu baik Hugo maupun Damian tidak pernah lagi bertemu ataupun berbicara satu sama lain. Hugo membuang pandangan terlebih dahulu, ia tidak mau teru-terusan terpaku pada tatapan juniornya itu yang menghanyutkan. Hugo tidak tau apa maksud pemuda itu terus menerus memperhatikannya.

Upacara bendera berlangsung dengan khidmat. Seluruh siswa fokus mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun masih ada beberapa yang berbisik-bisik karena bosan. Pembina upacara masih betah memberikan pidato dan wanjengan-wanjengan kepada anak muridnya. Hal tersebut berlangsung cukup lama, membuat sebagian siswa mulai resah. Rasa bosan kian melanda, mereka dilarang mengobrol, jika hal itu dilakukan mereka akan dicap tidak menghargai dan akan menerima hukuman saat upacara selesai dilaksanakan.

"Lova liat depan, jangan ngobrol terus" gadis itu hanya nyengir menunjukan tanda peace dengan kedua jarinya. Hugo menegur gadis itu saat sedang mengobrol bersama temannya.

Dibelakang, Hugo merasakan kepalanya pusing. Semakin lama rasa pusing itu semakin bertambah sampai-sampai ia harus berpegangan pada tiang basket yang ada dibelakangnya. Pemuda itu sedikit tertunduk memegangi kepalanya. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya, belum lagi beberapa tetes daranh juga keluar dari hidung mengotori seragam putih milikya.

Hugo mecoba berdiri tegak, dilihatnya pidato itu masih belum berakhir. Dengan susah payah ia menyeka darah yang terus mengalir dari hidungnya. Wajah itu semakin pucat berusaha menahan rasa sakit. Ia harus menahannya sampai upacara selesai. Mungkin ini merupakan efek samping karena terlalu memaksakan diri dalam belajar.

"Kak loe gapapa?"

Tak sengaja karena bosan menunggu pidato yang tak kunjung selesai, Lova iseng menengok ke belakang . Ia mendapati kakak kelasnya itu sedang berpegangan pada tiang basket dibelakangnya, terlihat tidak baik-baik saja. Hugo hampir oleng saat gadis itu menghampirinya. Lova memberika tissu kepada Hugo untuk menyeka mimisannya. Damian yang melihat kejadian tersebut pun ikut menghampiri untuk melihat keadaan seniornya itu.

BRUKK..

"KAK!"

Pemuda itu terjatuh tak sadarkan diri karena tidak kuat menahan berat dikepalanya yang semakin menjadi.

Tbc.....

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang