0.10

102 9 1
                                    





         Disuatu siang yang terik, terdapat segerombolan siswa kelas dua belas yang sedang asik bermain sepak bola di lapangan outdoor sekolah. Panas dari sinar matahari yang lumayan menyengat siang itu tidak sedikitpun mampu melunturkan semangat anak-anak itu untuk bermain. Kebetulan yang sedang bermain dilapangan adalah kelasnya Hugo. Setelah jam olah raga berakhir, para siswa laki-laki memutuskan untuk lanjut bermain sepak bola sampai bel tanda istirahat kedua berdering. Sedangkan para siswa perempuan kembali ke kelas untuk berganti baju.

"Hugo oper sini go!"

Hugo berlari menggiring bola ke arah gawang, pemuda itu cukup piawai dalam permainan sepak bola yang merupakan hobinya itu. Ia hampir tidak pernah melewatkan rutinitasnya untuk bermain sepak bola. Bahkan setiap minggunya ia bersama Mahesa dan juga Brondon akan mengunjungi tempat futsal atau mini soccer dan melakukan sparing dengan kelas lain ataupun sekolah tetangga.

Masih terus berlari, dengan lihai ia menghindari lawan yang mencoba menghalanginya. Kulit putih itu semakin bersinar terang saat terkena paparan sinar matahari. Keringat mengucur deras, rambut coklatnya bergerak-gerak mengikuti arah angin.

Dari atas sana, tepatnya di lantai dua, kelas 10  IPS 1. Damian dan tiga orang temannya sedang memperhatikan segerombolan kakak kelasnya yang sedang bermain sepak bola. Permainan itu cukup seru, buktinya banyak siswa siswi lain yang ikut menonton. Tak hanya mereka berempat, dikanan kiri di pinggir lapangan mereka rela berkumpul untuk menonton permainan amatir yang dilakukan oleh Hugo dan teman-teman sekelasnya.

Pada awalnya Damian tidak begitu tertarik dengan permainan itu, tapi dua temannya Petra dan Nara terus-terusan berteriak heboh seolah sedang menonton pertandingan piala dunia. Mau tak mau dirinya pun ikut merasa penasaran juga.
Saat kedua netranya menangkap sosok Hugo ditengah-tengah lapangan, sesuatu didalam dirinya ikut menggelitik. Sejak itu iris sehitam jelaga miliknya tak pernah lepas memperhatikan sosok Hugo yang sedang berlari kesana kemari mengejar bola.

"Kantin yuk, haus"

Ditengah tengah keseruan menyaksikan permainan sepak bola, Nara tiba-tiba minta ditemani untuk pergi kekantin. Karena dua orang lainnya menolak, maka dengan terpaksa Damian lah  yang harus menemani pemuda itu. Dikarenakan jarak kantin lumayan jauh, apalagi kelas mereka berada dilantai dua. Mau tak mau keduanya harus menuruni tangga dahulu menuju dasar, kemudian berjalan melewati pinggir lapangan, barulah akan sampai di kantin.

Saat melewati lapangan, keduanya berhenti. Mereka berdua ingin menonton lebih dekat permainan sepak bola yang belum berakhir itu. Damian dan Nara seolah melupakan niatnya untuk pergi kekantin. Keduanya justru mengambil tempat duduk di sebuah kursi panjang yang masih kosong demi melihat jalannya permainan itu.

Hugo sedikit ngos-ngosan, iris coklatnya menatap siaga beberapa orang yang ingin menghalaunya. Wajah itu nampak serius, pemuda itu sedang mempertahankan bola yang berada dikakinya. Saat berhasil mengecoh salah satu lawanya, tanpa membuang kesempatan, pemuda itu berlari sekencang-kencangnya untuk menghindar.

BRUKK....

"Bangsat, maksud lo apa hah?"

"Kok ngegas? Namanya sepak bola wajarlah kalo kena tackle"

Saat Hugo hendak menendang bola ke arah gawang, Reksa yang juga merupakan teman sekelasnya itu tiba-tiba muncul dari sisi samping lalu merebut bola dari Hugo. Menyebakan pemuda  yang tidak siap itu seketika terjatuh dengan keras ke tanah. Hugo tidak marah saat Reksa mencoba merebut bola darinya, yang ia sayangkan pemuda itu beberapa kali berusaha membuatnya terjatuh, atau dengan sengaja menubrukan tubuhnya ke tubuh Hugo. Singkatnya Reksa bermain kasar dan hanya melakukannya terhadap Hugo saja. Pemuda putih itu juga tidak mengerti kenapa Reksa berbuat demikian.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang