0.13

132 9 2
                                    



        Mata pelajaran matematika itu selesai tepat pada pukul dua belas siang. Bersamaan denga itu bel tanda istirahat kedua juga ikut berdering nyaring memenuhi seantero sekolah. Seperti biasa, bayak siswa siswi berbondong-bondong keluar kelas. Berbeda dengan seorang pemuda yang masih betah berlama-lama dibangkunya. Sambil menelungkupkan kepala diatas meja, pemuda itu seolah tidak peduli dengan hilir mudik orang-orang yang berlomba-lomba keluar kelas. Tiba-tiba saja seseorang dari arah luar melangkah masuk tergesa-gesa menghampiri pemuda itu.

"ayo ke kantin" dengan setengah terpaksa Hugo mengangkat kepalanya menatap ke sumber suara, rupanya itu adalah Mahesa. Pemuda bergigi kelinci itu tidak henti-hentinya mengganggu Hugo sejak tiga hari terakhir hanya untuk mengajaknya pergi ke kantin. Padahal kelas mereka bersebrangan dan tentu saja berbeda gedung karena mereka berdua memang berbeda jurusan.

"skip ah, lagi males ngantri" dengan raut malas pemuda itu menolak ajakan Mahesa dan kembali menelungkupkan wajahnya diatas meja. Hugo sedang tidak ingin diganggu, entah kenapa moodnya benar-benar buruk semenjak tiga hari yang lalu.

Sreeett...

Mahesa yang kesal karena tidak dihiraukan kini menarik paksa lengan pemuda itu untuk mengikutinya. Hugo yang terlonjak kaget langsung berdiri untuk menyeimbangi langkah Mahesa yang berjalan cepat seperti anak ayam yang dikejar anjing. Pemuda itu mencoba melepaskan cengkraman Mahesa dari lengannya. Namun bukannya terlepas, Mahesa justru semakin mengapit kedua lengannya untuk meninngalkan kelas.

"lo kenapa anjir, dari kemaren gak keluar kelas kaya orang stress tau gak?" sambil menuruni anak tangga Mahesa akhirnya melepaskan cengkramannya pada lengan pemuda itu.

"apaan sih, lo yang kenapa? Gak punya temen lo ya sampe-sampe ke kantin aja minta temenin tiap hari?

" Brondon gak ada, jadi terpaksa deh minta temenin lo hehe" sambil memamerkan deretan giginya yang rapi, pemuda itu kembali merangkul sahabatnya.

"oh gue jadi second choice nih ceritannya?"

"gak lah, lo tetep nomor satu, nomor duanya Brondon"

"bulsshitt"

''serius lo kenapa sih Go, ini pasti ada sesuatu nih makanya lo uring-uringan kaya gini ya kan?"

"gak ada, Sok tau lo"

"bohong, pokonya lo harus cerita sama gue"

Pada akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi kekantin, karena kelas Hugo berada dilantai tiga otomatis ketika turun mereka harus melewati tangga dua kali baru lah sampai dilantai dasar. Suara sol sepatu yang bergesekan dengan anak tangga mencuri fokus seseorang yang berada di sana. Damian dan teman-temannya sedang berada di bawah tangga lantai dasar. Tidak seperti biasanya, mereka berempat memilih nongkrong di sebuah gedung yang diperuntukan untuk anak-anak jurusan IPA.

Benar saja, saat pemuda itu menapakai anak tangga terakhir, tatapan keduanya bertemu. Namun dengan cepat membuang pandangannya kearah lain menghindari kontak mata dengan adik kelasnya itu. melihat Hugo yang beberapa hari ini tidak terlihat, membuatnya merasa lega. Ketika Damian hendak menghampiri Hugo, pemuda itu melangkah cepat menghindarinya tanpa menghiraukan Mahesa yang kebingungan.

"ngapain sih kita disini, kaya gak punya kelas aja" ucap Jeffaro, pasalnya sudah tiga harian ini mereka berempat mengubah lokasi tongkrongan yang semula berada di belakang sekolah dekat parkiran, menjadi dibawah tangga gedung jurusan IPA. Setiap jam istirahat pertama mereka berempat langsung menuju kesana. Hal itu disebabkan oleh pemuda jakung yang sedang berdiri melamun diujung tangga. Damian tiba-tiba saja senang berada disana membuat yang lainnya juga ikut betah berada disana.

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang