8. syarat

336 73 10
                                    

Plak Plak Plak !

wajah Revi kian memerah saat ia menepuk pipinya sendiri berulang kali, salahkan saja Arhan yang membuat Revi berfikir jauh hingga memikirkan yang tidak tidak.

semua berawal dari obrolannya tadi siang, Arhan secara terang terangan mengatakan syarat dan ketentuannya ketika nanti sudah sah menikah. salah satunya adalah ia meminta hak nya tidak ditunda dengan alasan apapun begitupula dirinya yang akan memenuhi semua kewajibannya sebagai seorang suami

sebenarnya ini hal lumrah, hanya saja bagi Revi ini terlalu frontal apalagi hubungan mereka selama ini tidak terikat dalam kisah asmara alias hanya sebatas hubungan profesional kerja.

Revi memaklumi jika itu mau Arhan mengingat itu memang sudah kewajibannya memberikan nafkah batin untuk suaminya, hanya saja Revi sedikit merasa geli membahas seperti itu secara langsung apalagi posisi mereka di kantor tempat Arhan bekerja. mungkin nantinya akan ada rasa canggung tapi Revi akan mengusahakan sebisanya agar tidak menjadi dosa untuknya karna menolak Arhan.

astaga !! stop.. mikir apaan sih..

keluh Revi dalam hatinya sembari mengelus pipinya sendiri, desahan kecil keluar dari bibir Revi saat berusaha menyingkirkan pikirannya yang tidak tidak dan mengingat point lain di pembicaraan mereka.

salah 1 nya adalah soal pemilihan wo beserta cateringnya.

maunya Arhan, semua urusan dan biaya pernikahan dirinyalah yang akan menanggung dan akan mereka pilih bersama nantinya tapi Revi kurang setuju dan memberikan pendapat lain.

"pak, saya tahu bapak mampu membayarnya tapi ini soal dimana kita tidak menyia-nyiakan yang ada. jatohnya mubazir pak..."

usulan Revi adalah ia akan tetap memakai wo dan catering beserta pernak pernik pernikahan lainnya yang sudah ia bayar setengah untuk pernikahannya yang gagal.

Revi sudah menghubungi mereka dan mereka tidak menolak, toh hanya tanggalnya saja yang di ubah karna  pernikahannya masih sama. pikir Revi dari pada uang nya hilang dengan percuma maka lebih baik ia kembali membayar setengah harganya lagi.

"tapi saya mau menikah itu hanya sekali seumur hidup dan saya mau yang terbaik untuk semuanya.." ujar Arhan

"tahu pak.. saya tahu..  saya juga maunya begitu, tapi ini mubazir loh pak lebih baik uang yang mau bapak keluarkan dipakai buat yang lain. beli rumah kah atau tabungan anak kita dimasa depan.."

"anak ?" Arhan terdiam sejenak seolah berfikir dan mengangguk

"baiklah.."

.

.





kabar pernikahan Revi sudah di dengar kalangan tetangga tidak terkecuali oleh Aslan dan keluarganya yang turut bahagia.

"land kamu beneran gak sibuk kan ?" Revi tidak enak hati harus merepoti temannya itu, meski Asland memiliki usaha sendiri tapi dia tidak boleh seenaknya juga kan bolos kerja.

"aku sibuk Rev, sibuk nganterin kamu.." kekeh pria tampan yang lebih terlihat imut itu, badannya memang besar tegap dan berisi tapi jangan salah wajahnya terlihat baby face dari pada badannya yang kekar berotot

"aku gak nyangka kamu beneran nikah.." ujar Aslan sembari mengemudikan mobilnya

"jadi kamu sukanya aku gagal nikah gitu ?"  Revi tersenyum miring

"ya gak gitu, aku pikir kamu bakalan  butuh waktu buat Nerima orang lain di hidup mu.." Aslan masih fokus dengan pandangannya yang lurus kedepan dimana jalanan lumayan padat

"jodohkan gak ada yang tau land.."

"aku kalah cepet ya Rev, ku pikir setelah kejadian Akbar bakalan dateng kesempatan buat aku.." kekeh Aslan membuat Revi terhenyak diam, ada rasa kasian di hatinya melihat bagaimana Aslan seolah tersenyum dalam pedihnya

Pasutri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang