langkah kakinya yang kecil kini melebar dan kian besar, sebisa kakinya menjangkah agar langkah nya menjadi cepat. ia harus cepat untuk memastikan sesuatu yang begitu mengganjal dihatinya.
gadis dengan hijab berwarna pink yang membungkus kepalanya itu jelas terburu, sembari menggumamkan kata maaf pada orang orang yang tidak sengaja ia tabrak dengan matanya yang terus berusaha fokus dan mencari target buruannya.
Revina sudah merasa ada yang mengganjal dan tidak beres selama sebulan terakhir atas sikap tunangannya yang bernama Akbar Ibrahim, seseorang yang sudah berhubungan dengan Revina selama 6 tahun sampai dengan sekarang dengan itikad baik untuk menjalin hubungan kejenjang yang lebih serius.
pernikahan yang sudah di rencanakan dan akan diselenggarakan kurang lebih dari satu setengah bulan dari hari ini kian terasa berat karna hati revi terus merasa janggal akan sikap Akbar.
pria yang lebih tua darinya 2 tahun itu berubah tiba tiba hingga Revi kebingungan atas kesalahan apa yang sudah ia perbuat. Akbar yang biasanya romantis, penyayang dan penuh kesabaran akhir akhir ini sering marah tidak jelas bahkan sulit dihubungi.
contohnya hari ini, Revi begitu ingin mengajak Akbar pergi ke sebuah mall untuk melihat lihat sovenir pernikahan tapi ditolak dengan alasan sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk. sebisa mungkin Revi sabar dan memahami, disini dirinya lah yang pengangguran jadi harus dengan legowo meluangkan waktu untuk mencari dan memilih sendiri sovenir untuk acara pernikahannya kelak.
sebanarnya Revi belum lama berhenti bekerja, sebenarnya ia juga sangat ingin tetap bekerja meski nanti sudah menikah tapi Akbar bersikeras meminta Revi berhenti bekerja bahkan di 2 bulan sebelum pernikahan. tidak ingin dianggap pembangkang Revi akhirnya menurut, melepas karir yang sudah ia rintis selama 6 tahun untuk sebuah janji suci pernikahan.
tapi pemandangan yang tadi sempat ia lihat membuat keyakinannya pada sosok Akbar mulai tergerus rasa curiga, ia tidak mau diam dan hanya menerka saja. revi harus memastikannya sendiri apa yang ia lihat benar atau tidak.
"kak Akbar !!"
tidak sanggup lagi kakinya melangkah, Revi berteriak melupakan rasa malunya yang tengah berada ditengah keramaian pusat perbelanjaan
dadanya terasa bergemuruh seolah sebentar lagi terbakar, tangan hingga kuku kakinya terasa dingin saat sosok yang ia teriaki berhenti dan menoleh kearahnya
Revina benar, jelas ia tidak mungkin salah melihat ia hafal betul bagaimana perawakan tunangannya itu.
Akbar terdiam, tangannya mengepal kuat saat hatinya gelisah. ia tidak mau secepat ini ketahuan ia tidak mau semuanya berantakan sebelum satu per satu masalah yang ia buat terselesaikan. ini di luar rencananya, akan ada banyak hati yang terluka dan kecewa apalagi saat Revi mendekat dengan tatapan mata yang sulit ia perhatikan.
gadisnya, perempuan yang sebentar lagi akan sah jadi miliknya berdiri tepat dihadapannya melihat dengan mata kepalanya sendiri ia tengah di gandeng oleh seorang perempuan dengan perut buncit
"kamu bilang sibuk.. kamu bilang kerja..." suara Revi bergetar menatap Akbar lalu bergantian pada sosok disebelahnya.
mata Revi fokus pada eratnya perempuan itu merengkuh Akbar, ia tidak mengenal sosok tersebut. ia sudah akan menjadi istri Akbar tentu ia tahu betul sanak saudara Akbar lalu bagaimana dengan wanita di sebelah Akbar ? Revi merasa sesak
"yank... dia siapa ?"
hati revi berdenyut nyeri, kebingungannya menyimpan rasa sakit seolah mendengar jawaban yang begitu pahit
"dia.... dia..." Akbar ragu dan begitu gugup hingga dengan 1 tarikan nafas Revi memberanikan diri mengulurkan tangannya
"Saya Revina, calon istrinya kak Akbar.." harusnya suara Revi terdengar begitu jelas dan membuat wanita disebelah Akbar menciut dan mundur selangkah tapi revi salah saat melihat bagaimana perempuan itu tersenyum miring dan kian mengeratkan rengkuhannya
"kenalin, aku Maya pacarnya mas Akbar dan calon ibu dari anaknya mas Akbar !" perempuan bernama Maya itu mengelus perut buncitnya dengan angkuh membuat persendian Revi tiba tiba menjadi lumpuh.
ia tidak tuli, ia tidak buta dan disore ini dimana langit mendung mulai merintikan hujan Revi seolah tersambar petir yang begitu keras
JEDAARR !!
"ah, mas aku takut..." Maya memeluk Akbar membuat Revi kian sakit hati dan sesak nafas "ayo kita pergi mas, baju mu aku jemur diluar nanti gak ada yang ngangkatin..."
air mata Revi luruh seperti hujan di luar sana "kamu bisa jelasin ini kak ?" revi butuh kepastian detik ini juga demi menenangkan perasaannya yang campur aduk
"mas ayo !" Maya menyeret Akbar yang tergagap dalam kebingungan, laki laki itu hanya bisa memandang Revi sekilas sembari menggumamkan kata maaf
"kak... kak Akbar !!"
tidak perlu dijelaskan seharusnya Revi sudah tahu dan faham tapi meski begitu hatinya tidak puas dan ingin mendengar semuanya sendiri dari mulut Akbar.
mengapa begitu tega ia menghianati cinta Revi ? bagaimana bisa Akbar mengecewakan Revi dan keluarganya ? lalu bagaimana dengan rencana pernikahan mereka ? bagaimana nantinya Revi akan menjelaskan semua pada keluarga besar ?
Revi tidak tahu apapun, hatinya begitu sakit ia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan mudah yang terus berputar di kepalanya.
"hiikss .. kak ..."
Revi kembali berjalan cepat berniat menyusul Akbar dan wanitanya, ia mau kepastian ia mau penjelasan sejelas jelasnya tanpa peduli hujan yang membasahi tubuhnya bahkan tanpa peduli tatapan orang orang padanya yang berlari di tengah hujan demi mengejar mobil yang kian menjauh.
tidak kuasa menahan tangis, Revi sesuguhan tak lagi bisa mengejar Akbar. ia tidak bisa menemukan kepastiannya detik itu juga. ia merasa bingung akan apa yang menimpanya, hatinya sakit seolah air hujan yang datang padanya adalah jutaan anak panah beracun yang siap menghancurkannya perlahan lahan.
bahunya bergetar karna tangis yang bercampur dinginnya air hujan. untuk beranjak dari posisinya yang luruh ditanah pun terasa berat untuk Revi lakukan bagai harus menerima kenyataan yang baru saja ia alami
"hiiksss..... hiikss...."
"kamu kalau mau hujan hujan di rumah aja jangan di pinggir jalan kaya gini..."
tubuh Revi tak lagi dihujani air dari langit saat ia merasakan teduh dan suara seseorang yang memayunginya. Revi perlahan mengangkat wajahnya melihat seseorang menatapnya datar tanpa ekspresi.
detik itu juga saat matanya bersibobrok dengan pemilik mata hitam yang tajam bak elang itu Revi sadar, dirinya amat terlihat menyedihkan dan memalukan.
sekuat tenaganya meski masih ada isakan dalam didada Revi menghapus airmatanya sembari kembali menundukan kepala malu, dan takala matanya melirik ukuran tangan besar yang terlihat Kokoh Revi kembali mengangkat wajahnya.
pria itu, pria dingin yang tidak banyak bicara itu mengulurkan tangannya untuk Revi
haruskan Revi terima ?
mengulurkan perlahan tangannya yang putih pucat dan bergetar karna kedinginan revi tidak menyangka bahwa pria di hadapannya begitu tidak sabaran karna langsung meraih tangannya dengan cepat agar Revi lekas berdiri.
kini dibawah payung yang sama dengan keadaan yang berbeda karna Revi basah kuyup mereka saling bertatapan. Revi tidak tahu harus mendeskripsikan seperti apa hati dan pikirannya saat ini karna semua berkecamuk sedangkan pria di depannya hanya diam bergulat dengan emosi yang saling beradu.
"ayo saya antar kamu pulang.." suara berat itu begitu membebani tapi seolah juga menenangkan hati revi
haruskah ia berterima kasih karna rasa kasihan yang ia terima ? Revi memilih terdiam dan mengikuti langkah perlahan seorang yang telah menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri
General Fictionpokoknya cerita vsoo jangan lupa follow, vote dan tinggalin komentar ya