3. kesempatan

480 81 16
                                    

sebanarnya Revi tidak enak hati pada Aslan karna dirinya setengah mengusir saat mengatakan akan pergi lagi malam ini bersama temannya.

Revi tahu Aslan sedikit kecewa meski mencoba tersenyum, tapi bagaimana lagi ia sudah ada janji dengan pak Arhan untuk makan malam

"kamu mau kemana lagi kak ?"

tanya ibunda Revi melihat putrinya sudah berpenampilan rapih

"mau makan malam sama temen kantor ku dulu buk, tadi sudah izin sama bapak kok.."

"kakak gak jalan lagi kan sama bajingan itu ?" Revi menoleh mendapati adik laki lakinya bersidekap dada dengan wajah sinis penuh curiga

"enggaklah, males amat..." jawab Revi menutup pintu kamarnya sebelum mengembalikan badan untuk mencium tangan ibunya

"jangan pulang malem malem kak, kalau ada apa apa langsung telpon Risky.." Revi tersenyum sembari berjalan mendekati adiknya dan mencubit pipinya gemas.

sebanarnya Risky adalah tipe adik laki laki yang Tsundare tapi setelah tahu kakaknya disakiti oleh mantan tunangannya kini laki laki yang mulai tumbuh dewasa itu mulai posesif pada kakaknya secara terang terangan.

"mau dibawain martabak gak ?"

"mau lah !" mau sedewasa apapun nanti risky akan tetap menjadi adik kecil untuk Revi, sebesar apapun badannya bagi Revi  adiknya itu tetap lucu dan menggemaskan

"tapi besok kalau ngapel pacarnya gantian ya.." kekeh Revi menggoda adiknya

"yee... siapa juga yang punya pacar..." risky mendengus dan pergi masuk kedalam kamarnya, itu ciri khas risky kalau sedang malu pasti langsung kabur dan pergi







"pak ! saya mohon... ijinkan saya bertemu dengan Revi.. pak !! tolong pak !!"

Revi dan ibunya saling bersitatap mendengar suara gaduh dari arah depan rumahnya, keduanya langsung terburu untuk melihat hingga mendapati ayahnya tengah menahan Akbar yang ingin masuk

"kak Akbar..." lirih Revi begitu matanya bersibobrok dengan mantan tunangannya tersebut

"Revina..." mata Akbar berkaca kaca melihat gadis yang ia cintai

"pergi  ! saya dan keluarga saya tidak Sudi melihat dan menerima tamu seperti kamu !!" bentak ayah Revi yang biasanya begitu lembut dan bijak dalam bersikap kini nampak begitu emosi

ia tahu Akbar pantas mendapatkan semua kata kata kasar dan pengusiran tapi melihat bagaimana wajah Akbar yang kusut dan tatapan sendunya hati Revi terasa sakit belum lagi ia melihat ayahnya yang tidak pernah sekalipun marah kini terlihat mengeluarkan tenaga  untuk meluapkan emosinya karna sakit hati atas hal memalukan yang Akbar lempar pada muka keluarga.

"bapak..." dengan lembut Revi menyentuh punggung ayahnya, ia tidak mau melihat ayahnya bersusah payah dan menguras banyak emosi hanya untuk orang seperti Akbar

"Revina... kasih aku kesempatan buat bicara, aku mohon.. pak... buk.. saya mohon beri saya waktu untuk memperjelas semua..." pinta Akbar mengiba

"apa lagi yang mau di perjelas ? semua sudah selesai !" risky keluar ikut menyusul, ia sudah mendelik karna begitu kesal dan jika boleh jujur rasanya ia ingin memberi hadiah bogeman untuk Akbar

"buk.. tolong bawa risky masuk. pak... gak apa apa, biar aku yang bicara.." ujar Revi tersenyum lembut

"silahkan kalau dia mau bicara tapi bapak gak akan pergi dan gak akan pernah memberi izin dia buat masuk ke rumah kita lagi..."

Revi mendesah, ayahnya tidak membiarkan Akbar masuk juga tidak mengizinkan Revi berbicara di luar. tapi rasanya aneh berbicara pada tamu meski tidak di undang di depan pintu seperti ini

Pasutri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang