Ting Tong !
bunyi bel rumah membuat Revi segera menghentikan aktifitasnya di dapur dan berlalu menuju ruang tamu.
"selamat pagi, ada kiriman bunga.." ujar seorang petugas pengirim paket pada Revi yang membuka pintu rumahnya
"dari siapa ya mas ?" tanya Revi sembari menerima buket tersebut
"saya kurang tahu mba, soalnya saya cuma kurir tapi kayaknya disitu ada kertas note nya.."
ada kertas berwarna pink yang terselip diantara bunga mawar yang tengah Revi bawa
"oh, okey makasih.."
Revi membawa bunga tersebut masuk, diciumnya bunga mawar yang terlihat segar dan beraroma wangi segar itu.
wanginya begitu Revi sukai, terkesan manis menyegerakan dan tidak membuat perutnya mual. maklumlah ia tengah hamil dan mengalami morning sicknees mencium bau bauan yang sedikit menyengat ia langsung mual.
senyum cantik Revi mengembang, ia kemudian mengambil kertas yang terselip disana dan membacanya
"tidak perlu berterimakasih atas bunga ini, tapi berterimakasih lah karna tuhan sudah menciptakan perempuan secantik dirimu..
aku mencintai mu..."
wajah Revi bersemu membaca tulisan tersebut, ia menebak pengirimnya adalah Arhan sehingga ia segera mengambil ponsel dan menelfon suaminya
"makasih bunganya..." ujar Revi begitu sambungan telfonnya diangkat
"bunga ?" Arhan yang tengah sibuk dikantor menyerengit bingung
"iya.. bunganya cantik, aku suka.."
"bunga apa ?" Arhan tidak terlalu fokus dengan telfon Revi, ia sangat sibuk sekarang
"bunga mawarnya lah..."
"oh, iya.. iya.. aku lagi sibuk, nanti aku telfon lagi ya kalau pekerjaan ku udah beres ?"
Revi setuju dan mematikan telfonnya, ia nampak riang dan memindahkan bunga bunga segar itu kedalam vas dan memindahkannya dengan diletakan diatas lemari tanpa tahu kalau Arhan tadi tidak paham dengan ucapan kalimatnya.
"assalamualaikum, sayang..." Arhan pulang membawakan Revi buket bunga mawar, maklum tadi ia tidak fokus dan mendengarkan setengah setengah dan berfikir pendek kalau Revi ingin dibelikan bunga mawar jadilah ia pulang membawakan bunga itu untuk istrinya
"waalaikumsalam, loh kok..." kalimat Revi menggantung saat ia menerima sodoran bunga tersebut dan dikecup keningnya oleh Arhan
"maaf aku gak pengertian banget, jadi suami..."
Revi tidak menjawab ia hanya menatap bunga ditangannya dengan bingung
"hei, kenapa... gak suka ?" Arhan melihat istrinya melamun
"tadi bukannya udah kirim ya ?" Arhan kini yang diam, dan ia menoleh saat Revi menunjuk lemari pendek dibelakangnya. ada vas bunga berisi mawar merah disana
"itu dari mas kan ?" tanya Revi
"bukan..." mendengar jawaban itu dada Revi berdebar, ia seketika gugup
"itu dari siapa ?" Revi menggeleng lemah
"aku kira dari mas Arhan..." lirih Revi lagi
"apa orang salah kirim ?" Arhan mendekat dan melihat bunga yang ada divas tersebut
"coba aja tunggu besok kirain ada orang balik kesini lagi, mungkin ini salah kirim.." Revi hanya mengangguk setuju, ia berusaha tenang meski jujur perasaanya tidak enak.
keesokkan nya Revi kembali mendapat bunga, dan sekali lagi saat Revi bertanya siapa pengirimnya kurir pengantar nya mengatakan tidak tahu bahkan itu terjadi hampir 5 hari berturut-turut dan jujur itu membuat Revi benar benar merasa takut karna Arhan mengatakan kalau ia tidak mengirim bunga untuk Revi selain bunga mawar kala itu.
"sayang, hei.. tenang bisa jadi emang salah kirim, salah alamat bisa aja kan ?"
Arhan berbicara demikian bukan tanpa alasan karna ia sudah mengecek sendiri kalau alamat tujuan si pengirim itu benar rumah mereka hanya saja nama pengirim nya yang tidak jelas jadi sejauh ini tebakan Arhan adalah salah alamat saja apalagi rumah yang ia beli ini dulunya bekas rumah orang yang kemudian ia beli dan renovasi
"salah kirim ? salah alamat ? 5x loh mas..." gerutu Revi cemas
"sayang tenang, jangan panik jangan stres inget kandungan kamu. kasian anak kita kalau dia harus ikut ikutan stres kan ?"
Revi menarik nafasnya dalam dalam, berusaha tenang meskipun jujur di hatinya tidak tenang sama sekali
"percaya sama aku semua baik baik aja, aku bakalan pasang cctv dirumah kita dan kamu bisa main kerumah ayah ibu atau kerumah mama papa selagi aku kerja dan bakalan aku jemput selepas pulangnya nanti.."
Revi dipeluk dan dielus lembut tapi itu sama sekali tidak menyenangkan nya sama sekali. ia tetap resah
seorang pria berhoodie dan menutup wajahnya dengan masker mengintip kearah rumah Revi, ia terkesan mencurigakan karna terus memperhatikan sekitar seolah mengawasi lingkungan. pandangannya yang tajam memicing saat pintu rumah yang sedari tadi ia perhatikan tiba tiba terbuka.
disana Revi keluar, dengan membopong beberapa buket bunga yang kemudian ia masukan kedalam tong sampah besar yang ada didepan rumahnya.
hal itu memicu rasa sakit yang amat dalam, ada perasaan kecewa dan amarah yang timbul karna apa yang Revi lakukan. dadanya berdebar kuat seolah ingin berteriak detik itu juga saat melihat tangan Revi di genggam kemudian dikecup keningnya dan digandeng untuk masuk mobil sebelum mobil itu menjauh dan melewatinya.
buru buru pria itu berbalik, dengan tangan mengepal kuat seolah menyimpan dendam dan matanya menajam bak elak menandai mangsanya begitu mobil yang membawa Revi melewatinya.
kamu buang bunga pemberian ku, sama seperti kamu yang gak peduli sama perasaan ini Rev...
kamu gak tahu betapa sakitnya hati ku ini Revina...
sesulit dan sesakit ini kah aku harus mencintai mu ?!
"beneran gak mau ke rumah ibu ?"
Revi menggeleng, hari ini ia ingin mengunjungi kafe Natasya saja. ia fikir tempat ramai akan mampu membuatnya melupakan ketakutan dan kecemasan yang ia rasa
"jangan capek capek disana ya ?" Revi mengangguk, ia yang tidak menutup pintu kaca mobil melihat kearah spion dan tidak sengaja melihat seorang pria mencurigakan dengan wajah tidak jelas karna jarak yang mulai jauh. sosok itu tengah berdiri dan seolah menatap kearahnya
deg ! deg ! deg !
mata Revi melebar, dadanya berdegup kencang lagi dan ia terburu buru menutup kaca mobilnya dan menatap lurus kedepan sembari meremas tangannya
"kok ditutup? bukanya kamu mual sama bau AC mobil ?" tanya Arhan bingung melihat istrinya
"tutup mas, tutup aja aku kepanasan.."
Arhan memperhatikan Revi sekilas kemudian menuruti kemauan istrinya itu.
sebenarnya bukan Arhan tidak peduli pada apa yang Revi rasakan hanya saja ia pikir itu hanya sebuah kecemasan Revi yang berlebihan ditambah hormon kehamilan yang membuatnya menjadi seperti ini.
Arhan tahu jelas, Revi adalah perempuan baik baik yang bahkan tidak memiliki musuh atau saingan. kesehariannya juga tidak terlalu banyak bertemu orang karna revi lebih suka menghabiskan waktu dirumah jadi kalau dipikirkan baik baik tentu seorang Revina tidaklah mungkin memiliki musuh
update guys
yuk follow

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri
General Fictionpokoknya cerita vsoo jangan lupa follow, vote dan tinggalin komentar ya