17. Kesalahan

516 43 7
                                    

AUTHOR POV

Jeslin benar,

Stefan dan Rose bahkan melakukannya dengan sadar semalam.

...

Masih dengan Lingerie warna merah nya, Rose berjalan dengan segelas kopi menuju kamar yang dia tempati bersama Stefan.

Mereka menginap di resort yang lumayan terkenal.

Diluar kamar sudah tersaji pemandangan yang indah, membuat suasana pagi menjadi benar-benar romantis dari kamar itu.

Stefan tersenyum dan berjalan ke arah Rose. Kemudian memeluknya mesra. "Love you.., Rose."

"Aku udah lelah sama Jefri. Aku menyerah."

Rose? Kamu menyerah hanya karna sekali hentak?

"Kamu emang udah seharusnya sama aku, bukan sama Jefri. Seharusnya kita yang menikah sejak awal." Stefan mengecup Rose. Dia bahkan sudah merubah cara bicaranya pada Rose.

Rose sepertinya udah kecewa sama Jefri karna foto-foto Jefri di Club yang dikirim Dio. Terlebih Jefri juga belum menghubunginya sama sekali.

🥲

Persahabatan mereka jadi nggak jelas.
Urusan komunikasi aja mendadak jadi buruk.
Memang deh sebaiknya dari awal jangan pernah mencampur urusan pertemanan dan percintaan. Karna dua hal itu sepertinya sulit untuk disatukan.

.
.
.

Stefan dan Rose berjalan beriringan di jalanan pinggiran kota di Bandung, suasananya tentu berbeda dengan Jakarta. Nggak terlalu ramai, dan Rose terlihat begitu menyukai suasana ini.

Walau kadang sesekali Rose masih terdistraksi dengan sesekali melihat notifikasi di hapenya dan tidak ada satupun notifikasi dari suaminya yang membuatnya merasa semakin kecewa.

Stefan mengecup bibir puncak kepala Rose. "Ada apa? Mau pergi kemana lagi biar kamu nggak cemas mikirin Jefri terus?"

Rose menatap Stefan, tersenyum dan kemudian menggandeng tangan Stefan. "Kemana aja deh, aku ikut kamu Fan." Ujarnya.

Lihatlah dua orang -puber kedua- ini.

Lihatlah dua orang -puber kedua- ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fan, nggak inget anak lo apa huh?

.
.
.

Di Jakarta,

Dio melamun di ruang kerjanya saat jam istirahat. Cuma ada dia seorang diri disana.

"CEO pergi ke Bandung dan belum balik juga sampai sekarang, padahal beberapa karyawan yang ikut kesana udah sampai di Jakarta pagi ini. Mereka lagi liburan ekstra kah? Cuma berdua? Mencurigakan banget anjing." Ujar Dio, bebicara sendiri.

"Lalu istri CEO malah nganterin Jefri malem itu, dan siapa yang tau apa yang terjadi setelahnya. Mereka mencurigakan juga nggak sih?" Lanjut Dio yang masih berusaha suudzon sejak tadi.

"Wah.. mereka udah buat gue jadi makin takut menjalin hubungan nih. Aneh banget relationshipnya, sumpah. Kaya' lagi tukeran pasangan gitu nggak sih? Emang boleh?" Dio bergidik memikirkan hubungan bosnya dan orang-orang disekitar bosnya itu.

.
.
.

Di tempat lain, Jefri dan Jeslin sedang pergi ke taman bermain bersama Feli.

'Kalau mereka bahagia di Bandung, kita juga harus mewujudkan kebahagiaan kita disini Jef.' Kurang lebih seperti itu kata yang terucap dari mulut Jeslin pada Jefri.

...

"Ayah.. ayo kesana.." Ajak Feli.

Jefri mengikuti langkah kecil Feli, senyumnya tak pernah lepas kalau sedang bersama Feli. Gadis cilik periang, yang udah dia anggap seperti anaknya sendiri.

Mereka bersenang-senang bersama layaknya keluarga kecil yang bahagia. Layaknya sepasang suami istri dan satu anak cantik yang ada ditengah-tengah mereka. Berbeda dengan Stefan dan Rose yang justru terlihat seperti remaja kasmaran di Bandung sana. 🙃

.
.

Jefri, Jeslin dan Feli kini sedang duduk bersama di sebuah kursi taman. Jeslin memangku anaknya itu, sembari menikmati ice cream masing-masing.

"Jef, makasih ya.. Stefan sama sekali nggak pernah ngajak gue dan Feli ke tempat-tempat kaya' gini."

"Dan dia malah berlibur di Bandung sama istri gue. Kalau orang-orang tau soal ini, -hidup kita- kesannya nggak masuk akal banget."

"Hmm.. Dio pasti udah nganggep kita aneh."

"Orang itu tau tentang ini?"

"Bukan tentang kita, tapi yang jelas cuma Stefan dan Rose yang belum kembali ke SHINE. Entahlah.. Stefan emang udah gila."

"Tapi mereka baik-baik aja kan Jes? Nggak terjadi hal buruk kan?" Jefri justru khawatir.

Jeslin menggeleng pelan, "Enggak kok.. gue sempet telpon Stefan pagi ini dan dia bilang dia lagi sarapan sama Rose."

"Dia ngomongnya sepolos itu?! Dia nggak merasa bersalah apa ke kita? Atau sebaiknya gue akhirin aja lah pertemanan ini trus gue hajar aja dia sampai mati??"

"Lo lupa Jef? Lo masih hidup sampai sekarang juga karna dia pernah nyelametin lo dari kecelakaan. Masa' lo mau lupain kebaikan Stefan?"

"Tapi dia udah keterlaluan Jes. Diliat dari sisi manapun dia udah bersalah ke kita."

"Nggak bisa apa lo cuma balas perasaan gue dan jauhin Rose?" Ujar Jeslin dengan mata berkaca-kaca seperti siap menangis saat ini juga.

Jefri membelai pipi Jeslin. "Udah Jes.. nggak usah nangis ya, dan jangan bicarain soal rumah tangga aneh ini lagi, Feli pasti bingung."

"Ayah kenapa?" Tanya Feli.

"Nggak apa-apa sayang... Nggak terjadi apa-apa kok. Feli suka ice creamnya?" Tanya Jefri.

"Suka banget.." Jawab Feli menggemaskan.

"Oh ya.. Feli lebih suka Ayah Jefri atau Ayah Stefan?" Tanya Jeslin ke anaknya.

"Ayah Jefri." Jawab anak kecil ini sangat polos, dia memang hampir nggak punya kenangan menarik dengan ayah kandungnya sejak kecil.

"Mau tinggal sama Ayah Jefri nggak sayang?" Tanya Jeslin lagi.

Feli terdiam. "Ibu..tapi Feli nggak mau ninggalin Ayah Stefan, Feli nggak mau Ayah sendirian."

"Lo ngomong apa sih sama anak kecil?" Omel Jefri pada Jeslin.

"Nggak gitu ya Feli.. Ayah Stefan tetap jadi ayahmu sampai kapanpun. Kamu bisa bertemu dengannya kapanpun kamu mau."

"Ibu mau pergi dari Ayah?" Tanya Feli.

Jeslin kembali berkaca-kaca. 🥺
Menikah dengan Stefan adalah kesalahan terbesarnya selama ini. Karna kalau tau akan selalu diperlakukan -tidak seperti seorang istri-, Jeslin lebih baik membiarkan status mereka sebagai sahabat saja seperti sebelumnya.

[To be continue~]

Wrong Direction [JISOO x JAEHYUN x ROSE x SEHUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang