19. Kabar Bahagia?

464 35 4
                                    

AUTHOR POV

Rose datang ke Pohon Harapan seorang diri sore itu, menangis dan memikirkan segalanya tentang apa yang udah terjadi pada kehidupannya belakangan ini.

"Haruskah gue mengakhiri semuanya sama Jefri? Lalu apa semua ini bisa diterima kalau gue memulai dari awal lagi sama Stefan?" Rose berbicara sendiri pada pohon yang mereka besarkan bersama-sama itu. "Lo tau segalanya tentang kita berempat kan? Ada nggak dari mereka yang datang kesini untuk ceritain semuanya ke lo selain gue?" Lanjut Rose yang udah kaya' orang nggak waras dari tadi berusaha curhat ke Pohon.

"Gue, gue dateng kesini lebih sering daripada kalian." Jawab seseorang tiba-tiba.

Rose menoleh dan menemukan Jeslin yang lagi mendekat ke arahnya. Seorang diri.. tanpa Feli maupun Stefan.

Jeslin duduk di sebelah Rose. "Rose.. Gue udah lebih dulu menyerah sama Stefan, dia terlalu cinta sama lo. Kebayang nggak sih gimana hidup gue selama ini?" Ujar Jeslin to the point dengan mata berkaca-kaca.

"Jeslin maaf, tapi--" Jawab Rose.

"Dia udah kasih surat cerai ke gue udah dari seminggu yang lalu. Gue maunya segera tanda tangan biar semua ini buruan kelar aja, tapi gue juga takut dia nggak bisa dapetin lo dan berakhir sendiri. Stefan terlihat kuat di luarnya, tapi sebenernya dia juga masih butuh seseorang untuk terus berada disisinya." Potong Jeslin.

"Jefri juga kasih gue surat cerai pagi ini. Aneh nggak sih Jes? Kita berempat kenapa sih sampai harus dapetin akhir kaya' gini?"

"Ini bukan akhir Rose.. kita cuma perlu memulai lagi dengan pasangan yang sesuai."

"Lo suka Jefri?" Tanya Rose.

Jeslin mengangguk. "Dia peduli sama gue lebih banyak ketimbang Stefan."

Rose mulai berkaca-kaca.

"Rose maafin gue.. tapi sekarang gue lagi mengandung anaknya Jefri."

Rose menoleh cepat. "Lo becanda kan Jes?"

"Maaf Rose.. hari itu, kita udah tidur bareng tanpa sepenuhnya sadar."

"Nggak, nggak mungkin, itu pasti anak Stefan."

"Tapi Stefan udah nggak pernah berhubungan intm sama gue lagi setelah bulan madu beberapa tahun yang lalu."

Iya, Stefan dan Jeslin beneran hidup bersama sebagai formalitas aja selama ini.

Rose menutup wajahnya, menunduk dan menangis lagi.

"Rose maafin gue.." Jeslin memeluk Rose, meskipun udah berusaha menahan air mata tapi akhirnya Jeslin tetep aja ikutan nangis. Soalnya selama ini Rose juga udah dia anggap sebagai saudaranya sendiri. Rasanya sakit saat harus mengkhianati Rose seperti ini, tapi cuma ini yang bisa dia lakuin untuk perasaannya pada Jefri.

"Jefri udah tau soal ini?" Tanya Rose.

Jeslin menggeleng pelan. "Gue nggak mau kasih tau dia kalau memang kalian masih mau bersama. Nggak apa-apa Rose, gue akan rawat anak ini dan bilang kalau ini anak Stefan."

"Jangan Jes.. Lo harus cepet kasih tau soal ini ke Jefri, dia pasti bahagia banget dengernya."

"Rose?"

"Gue emang nggak baik-baik aja sekarang, tapi Jefri tetep harus tau soal ini Jes."

.
.

Rose berjalan gontai menuju rumahnya. Sesekali ia berusaha tersenyum saat membayangkan betapa bahagianya Jefri saat mendengar kalau Jeslin sedang mengandung darah dagingnya.

"It's okay.. Jefri pasti bahagia setelah ini. It's okay Rose.." Rose berusaha menyemangati dirinya sendiri.

"Rose? Are you okay?" Bukan Dio, kali ini Stefan.

..
[To Be Continue~]

Wrong Direction [JISOO x JAEHYUN x ROSE x SEHUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang