Before the First Ice Cream

147 77 112
                                    

🍦🍦🍦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍦🍦🍦

Senyumannya kini benar-benar merekah, layaknya bunga selesai tumbuh. Tak percaya di hadapannya kini berdiri seorang lelaki dengan mahkota emas terpasang di kepalanya.

Gadis yang mengenakan gaun biru mewah menyala itu pun melihat ke sekelilingnya. Kedua tangannya lantas bertepuk saat melihat banyak lampion yang tengah menghiasi langit malam. Menemani bulan menggantikan bintang-bintang yang entah bersembunyi di mana.

"Cantik bukan?" tanya lelaki itu, dengan mata yang terus memandangi gadis di depannya. "Namun, kamu lebih cantik dari mereka. Lebih terang dari mereka." Pipi gadis itu lantas memerah, layaknya mawar yang sudah berada di puncak tumbuh.

"Rain, apakah kamu mau menjadi kekasihku?" Pipinya masih merona, tetapi senyumannya hilang. Tak menyangka lelaki tampan dengan mata berwarna coklat dengan kombinasi hijau dan oranye itu mengatakan hal demikian.

"JANGAN BERGERAK!"

Belum sempat menjawab, keduanya harus mengalihkan semuanya hanya untuk menoleh pada beberapa orang dengan muka garang lengkap dengan senapan di tangan.

"Kembalilah ke istana, Kau tidak pantas dengan gadis desa itu." Perkataannya sungguh menusuk hati kecil Rain. Apakah lelaki paruh baya dengan kumis yang begitu tebal itu tidak melihat seberapa cantik dirinya saat ini? Bukankah gaun mewah ini sangat terlihat jelas? Tega sekali ia masih menganggapnya gadis desa.

Dengan raut kesal, Rain maju, kedua tangannya menjinjing gaun indah itu. "Kamu kalau iri itu bilang!" sarannya dengan menunjuk orang berkumis tebal itu, yang Rain tebak jika ia ketua dari pasukannya-terlihat ia berdiri paling depan.

Tangan Rain kembali ditarik, untuk tetap berada di belakang lelaki tampan bermahkota itu. Senyumannya jelas kembali lagi, merasa jika lelaki tampan layaknya seorang pangeran itu tengah melindunginya.

Memang para lelaki paruh baya yang berada di hadapannya kini sangat menakutkan jika dilihat. Semua bertubuh besar, ditambah jari mereka yang selalu siap untuk kapan saja menarik pelatuk dari senapan yang mereka genggam.

"Lebih baik bersama dengan seorang gadis desa, daripada harus bersama dengan gadis yang tidak saya cintai!" ucapnya dengan tegas.

Mungkin jika Rain dapat melihat, kini pipinya sudah sangat memerah hampir meledak. Lelaki yang tengah melindunginya sangat pandai membuatnya kagum dengan setiap perkataan yang ia lontarkan.

"PANGERAN LARI!" Kini giliran Rain yang menarik lengan lelaki yang ia tahu adalah seorang pangeran. Berlari untuk menjauh dari para lelaki berpakaian layaknya prajurit dari kerajaan.

Semua lampion hilang entah ke mana, dirinya juga baru menyadari jika ia kini berada di sebuah jembatan besar. Hanya ada mereka beserta para prajurit yang mengejar.

Namun, cahaya hanya bersinar ke arah mereka. Seakan-akan membantu menghilangkan para monster dari penglihatannya. Mereka tertawa bersama. Tak menyangka semesta berpihak pada mereka.

Ice Cream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang