Punch for the Second Ice Cream

83 58 12
                                    

🍦🍦🍦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍦🍦🍦

ˢᵃᵇᵗᵘ, ⁰² ᴰᵉˢᵉᵐᵇᵉʳ ²⁰²³

"Latihannya bareng, tapi kalo udah di lapangan main sendiri." Leo menutup matanya, membuang napasnya perlahan setelah mendengar suara dari orang di belakangnya. Leo yang sudah mengenakan jersey lengkapnya mencoba untuk menahan rasa kesalnya pagi ini. Waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi, bukankah ini masih terlalu pagi untuk mengindahkan perkataan dari pengganggu?

Dengan mengenakan hoodie yang dipadukan dengan celana pendek, Elliot bersandar pada pintu kamar Leo. Memperhatikan kakaknya yang tengah membereskan beberapa keperluan untuk berlatih hari ini. "Atau sebenarnya kalian itu bukan latihan fisik tapi lagi latihan mental?" tanyanya menambah kesal orang yang ia ajak bicara.

Elliot tidak tahu saja, jika orang yang tengah berdiri tak jauh darinya, orang yang tengah menghadap jendela itu tengah tersenyum tipis. Tersenyum tipis setelah sebuah pikiran terlintas di otaknya. Seperti yang Elgar katakan, jika Leo mungkin tak kalah liciknya dengan Elliot. Ia tak pernah takut dengan tantangan, dan Elliot adalah tantangannya. Menurut Leo, semua tindakan yang dilakukan oleh Elliot adalah tantangan baginya.

"Kalo lo punya gue, gue juga punya Zaldi," ucapnya dengan sedikit tersenyum setelah berdiri tepat di depan adiknya yang masih bersandar. Jelas, raut wajah Elliot berubah datar, seakan ia tahu maksud dari cowok yang yang sudah memakai hoodie biru tuanya. "Jaga Zaldi baik-baik. Soalnya kalo dia mati, lo juga mati," lanjutnya meledek. Sebelum melewati adiknya, Leo menyempatkan diri untuk menepuk pundak Elliot dengan pelan, mencoba memberinya kekuatan. Membuat Elliot merasa kalah.

🍦🍦🍦

Lengkap dengan baju olahraganya serta jaket putih yang melapisi bagian luar, Rain mengayuh sepedanya.

Senyumannya mengembang, seakan tidak menghiraukan panasnya jalanan kota. Bahkan dirinya tidak memedulikan pandangan orang lain terhadapnya. Mengendarai sepeda di tengah-tengah banyaknya pengguna sepeda motor ataupun kendaraan roda empat.

Memang, 2023 benar-benar sangat berbeda dari tahun-tahun terdahulu. Dulu, dirinya sangat senang dapat bermain sepeda bersama teman-temannya. Namun, sekarang satu teman pun Rain harus memohon-mohon untuk ia dapat bermain sepeda dengannya.

Rain sering menanyakan, apa yang akan hilang di tahun berikutnya?

BRAAK

Mungkin itu adalah kesialannya hari ini karena sudah membayangkan sesuatu dengan senyuman. Namun, ia masih sedikit bersyukur, kemalangan hari ini tidak ada seorangpun yang ia kenal melihatnya jatuh. Jatuh dari sepeda setelah ditabrak oleh gerobak sampah.

Entah apa yang ada di pikiran tukang sampah itu sampai harus menabraknya. Apakah Rain sekecil itu sampai tidak terlihat?

"Aduh Neng, maaf Bapak nggak lihat." Lelaki tua dengan rambut hitam bercampur dengan uban yang diketahui sebagai si pendorong gerobak sampah itu melangkah untuk melihat apa yang ia tabrak. "Lagi buru-buru soalnya," ucapnya memberi alasan.

Ice Cream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang