No Twentieth Ice Cream

16 11 0
                                    

🍦🍦🍦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍦🍦🍦

ᴿᵃᵇᵘ, ²⁰ ᴰᵉˢᵉᵐᵇᵉʳ ²⁰²³

Dari pertemuan-pertemuan yang lain, mungkin ini menjadi salah satu pertemuan yang paling tidak disangka-sangka dan tidak inginkan. Pertemuan antara Leo dengan seorang Zaldi—teman sewaktu di SMP.

Zaldi melemparkan pandangan ke seluruh dinding cafe yang menurutnya sangat menarik. Cafe dengan ornamen-ornamen yang sangat menarik perhatiannya. Sebuah tempat dengan dinding hampir semua dipenuhi oleh piringan hitam. Alat musik seperti gitar dan saxophone terpajang berdiri dengan gagah. Serta sebuah piano yang dipadukan dengan drum menambah kesan layaknya sebuah panggung hiburan. Tentu saja ini menjadi kali pertama Zaldi masuk ke dalam cafe seperti ini. Sebuah tempat bertemu yang mungkin diciptakan oleh seorang yang gemar akan alat musik.

Seorang pelayan mencatat pesanan mereka dan pura-pura sibuk menuju dapur untuk menyuruh barista membuatkan pesanan mereka.

"Hebat juga lo milih tempat." Pandangannya kini terkunci pada Leo yang ia tahu jika sedari tadi, cowok yang duduk berhadapan dengannya menatapnya.

"Gue pikir lo nggak akan datang."

Jika ingin, Zaldi mungkin sudah membuat Leo babak belur. Pikiran benar-benar menjebak. Membuatnya tak tahu kata apa yang pantas untuk menjawabnya.

Tiga tahun yang lalu, tepatnya saat dirinya masih kelas 8 serta Leo yang menjadi kakak kelasnya adalah waktu di mana pertemanan mereka harus berakhir. Itu semua hanya karena hal yang seharusnya tidak perlu diributkan, hal sepele yang seharusnya sudah bukan lagi menjadi urusan Leo.

Cowok yang sebenarnya Zaldi juga ikut mengakui jika matanya indah itu tidak menginginkan dirinya untuk melanjutkan tempatnya sebagai ketua tim voli. Hanya dengan alasan, dirinya, Zaldi Ragasa selalu bermain dengan kasar.

Memang ia akui jika beberapa kali dirinya membuat tim lawan cedera karena spike yang ia beri: pingsan karena spike-nya terkena kepala, bola yang mengenai mata hingga tidak dapat lagi mengikuti pertandingan, cedera pada telapak tangan karena kuatnya laju bola membuat lawan ikut terbawa, dan masih banyak cedera-cedera yang ia buat untuk lawannya.

"Ini ekstrakurikuler bola voli bukan ekstrakurikuler karate!" Mungkin itu alasan dari Leo yang sangat ia ingat hingga sekarang.

Namun, sekeras apapun ia membuat pernyataan. Dirinya tetap menjadi ketua ekstrakurikuler bola voli. Dari sana, pertemanan perlahan hilang: tidak bersuara bila bertemu, tidak saling menganggap bila bersama dan tidak lainnya.

Setelah tiga tahun lamanya, ini adalah pertemuan kedua mereka setelah bertemu di acara sarapan bersama yang Elliot ciptakan.

"Anggap aja ini pertemuan pertemanan sebelum bertanding," ucap Zaldi lalu menyeruput mocha yang baru saja diantar. "Gue pikir malah lo ajak gue ketemuan karena lo mau berlutut, memohon untuk di pertandingan nanti gue nggak bikin lo cedera." Cowok yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam dengan kaos putih polos di dalamnya itu bersandar pada sandaran kursi besi. Menatap Leo dengan sedikit senyum jahilnya.

Ice Cream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang