🍦🍦🍦
Dengan berdiri bersandar pada tembok depan rumahnya, Leo dengan tajam menatap Opca si anjing cokelat tua itu. Cowok yang masih mengenakan seragam serta tas yang ia gendong di pundak kanannya itu juga tengah menggenggam batu berukuran sedang, melambungkannya ke atas lalu ditangkap kembali. Berniat untuk melemparkannya pada hewan yang tengah menjulurkan lidah basahnya.
Cowok itu curang, hewan itu tidak akan menyerang karena sudah dilatih oleh pemiliknya untuk tidak menyentuhnya dan orang-orang yang tinggal di rumah itu. Bahkan hanya untuk sekedar masuk ke dalam rumah saja tidak diperbolehkan. Bukan jahat, melainkan keyakinan mereka yang tidak memperbolehkannya. Sejak Elliot pindah ke rumah American Classic style itu, Opca bukan lagi hewan peliharaan, tetapi sebagai hewan penjaga. Bahkan sampai saat ini hanya Elliot yang memegangnya dan memberinya makan.
"Buang, atau gue yang bakal lempar ke lo pake batu yang lebih besar!" perintahnya dengan kata menekan.
"Lo sengaja kan, undang Zaldi buat nginep di sini biar dia ketemu sama Rain?" ucap Leo langsung pada inti. Elliot terkekeh, tak percaya jika ternyata cowok itu tengah menunggunya di luar rumah untuk membahasnya.
Elliot kini melangkah, menuju hewan peliharaannya untuk membelainya. "Jadi alasan kenapa kemarin lo bawa lari Rain, karena lo nggak mau Rain ketemu sama Zaldi?" balasnya masih membelai anjingnya. "Gue jadi penasaran sama rencana lo," lanjutnya dengan tersenyum menatap Leo.
"Urusin aja tuh anjing lo." Leo masuk ke rumahnya, meninggalkan Elliot yang masih bersama Opca di halaman rumah.
Dengan memperhatikan anjing kesayangannya, Elliot berpikir, bertanya, dan menebak alasan mengapa Leo tidak ingin jika Rain bertemu dengan Zaldi. "Opca, kalau manusia itu kayak tadi lagi, gigit jarinya sampai putus. Ini perintah!"
"Sh*t!" Umpatan itu datang dari Elliot yang terkena lemparan batu dari Leo. Cowok itu belum sepenuhnya pergi karena lupa akan batu yang masih ia genggam.
🍦🍦🍦
Dengan menatap pantulan dirinya pada cermin, Leo terdiam, menunggu cairan merah yang perlahan mengalir melalui lubang hidungnya. Mengelapnya ketika sampai pada dinding bibir merah mudanya.
Ini adalah ketiga kalinya ia mimisan di hari ini. Namun, cowok yang masih mengenakan seragam putih itu tetap menyepelekan kondisinya. Dirinya tetap diam seakan tidak apa-apa, seakan tidak akan terjadi apapun.
Sepuluh tahun yang lalu, Leo kecil dengan tangisan kencangnya berjalan memasuki rumah. Area pipi, bawah hidung, serta tangannya sudah berlumuran darah.
"Leo!" teriak Meghan yang saat itu tengah duduk bersantai di ruang tamu, majalah yang awalnya ia pegang terbuang begitu saja untuk berlari menghampiri anaknya. "Kami mimisan?" tanya dengan nada khawatir, dahinya mengernyit. Dengan cepat, wanita yang masih terlihat muda itu langsung menggendong anaknya untuk ia bersihkan dari cairan yang mengganggu mata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream [SELESAI]
Teen Fiction[CERITA INI SUDAH DINYATAKAN LOLOS TERBIT DALAM EVENT PENSI VOLUME 6 OLEH TEORI KATA PUBLISHING] 🍦🍦🍦 Sebuah cerita tentang pertemuan antara Rain dan Air melalui dinginnya ice cream. Dalam waktu 30 hari, Rain mengikuti sebuah tantangan bersama ice...