The Twenty-second Missing Ice Cream

14 10 0
                                    

🍦🍦🍦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍦🍦🍦

ᴶᵘᵐᵃᵗ, ²² ᴰᵉˢᵉᵐᵇᵉʳ ²⁰²³

Mungkin hari ini adalah hari ketidakadilan bagi manusia. Di saat yang lain memiliki kesenangan diri untuk merayakan sebuah Hari Ibu, lalu bagaimana dengan anak anak di panti asuhan? Siapa yang akan mereka rayakan?

Kini, Rain berada di tengah ketidakadilan itu. Tidak adil jika teman-temannya murung di tempat tinggal bersama untuk memikirkan wanita hebatnya masing-masing, sedangkan dirinya masih dapat bisa merayakan hari ini walaupun sendiri.

"Selamat hari Ibu," ucapnya dengan raut sedikit semangat. Gadis itu tersenyum, mengelus batu nisan putih yang tertulis nama Mea Hergia.

"Ini bunga untuk kalian." Rain meletakan buket bunga berukuran sedang di samping batu Nisa kedua orang-tuanya. Mengelus batu itu secara bersamaan.

"Kalian datang dong ke mimpi Rain," ucapnya masih tersenyum. "Kasih tahu Rain tentang bagaimana di sana?" Rautnya kini murung.

"Rain minta maaf." Dengan bersimpuh, gadis itu seketika menjatuhkan air matanya, menghadap gundukan tanah yang sudah tertutup oleh rumput hijau yang tumbuh dengan rapi.

Perasaan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya selalu muncul di saat yang sama pula. Sebuah rasa penyesalan. Menyesal jika dirinya tidak ada di samping mereka di saat terakhirnya.

Lima tahun yang lalu, mobil pick up berwarna hitam itu sangat sunyi. Tidak ada yang memulai percakapan. Erga yang fokus mengemudi serta Mea yang terlihat tengah menikmati jalanan kota yang ramai kendaraan lain.

"Ibu, ini hari apa?" tanya Rain, menoleh pada Mea yang duduk di sampingnya.

Mereka bertiga duduk berjejer, mengingat mobil yang mereka bawa adalah mobil pick up, mobil yang mereka gunakan untuk membawa barang-barang pindahan. Pada hari itu, adalah hari mereka berpindah untuk memulai kehidupan baru.

Kehidupan baru mereka. Erga dan Mea yang hidup bersama Tuhan serta Rain yang hidup sendiri.

Semua belum sempat mereka lakukan, tetapi sudah hilang seakan ditelan. Bukankan itu sangat menyakitkan. Gadis kecil dengan rambut terurai sepunggung itu harus hidup tanpa ucapan "selamat ulang tahun" dari siapapun bahkan kedua orang-tuanya.

Antara terlambat atau memang tidak diberi sempat. Sedih sekali jika pertanyaannya harus dijawab langsung oleh sang Pencipta: ini adalah hari kematian kalian.

Di saat terakhir mereka, dirinya bahkan tidak diberi kesempatan untuk hanya sekedar mengucap "selamat tinggal". Mereka berpisah begitu saja tanpa ada sentuhan tangan.

Ice Cream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang