Fourth Ice Cream Trash

70 50 17
                                    

🍦🍦🍦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍦🍦🍦

"Ice cream ketiga di hari Minggu untuk Kak Leo," ucapnya mengikuti tulisan di sebuah kertas kecil. "Dari Raiana."

Mendengar nama itu, lantas membuat Leo yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya menoleh pada sumber suara. Suara yang dihasilkan oleh adiknya dari pintu kamarnya.

"Sebenarnya namanya Rain atau Raiana?" tanyanya sebelum menjilat ice cream pemberian dari Rain untuk Leo. Sepertinya, Elliot lebih setan dari pada Faiz. Bukankah dirinya sudah tahu jika ice cream itu untuk Leo, tetapi dengan santainya ia memakannya bahkan membaca surat yang Rain tulis.

"Norak!"

Hanya mendengar semua yang diucapkan oleh Elliot, Leo langsung mengerti apa maksud dari semua ini. Ia menebak jika Rain baru saja datang ke rumahnya hanya untuk satu buah ice cream, dan lebih gilanya Elliot yang menerimanya. "Apa ayah sama bunda nggak pernah ngajarin lo sopan santun?" Pertanyaan itu cukup untuk mengundang emosi Elliot.

Seperti sekarang, tanpa aba-aba cowok itu menjatuhkan ice cream yang baru ia jilat lalu menghampiri untuk mencengkeram baju Leo. Mereka kini saling menatap dengan tatapan tajam, "Kalo gak bisa jaga omongan, setidaknya lo harus bisa jaga cewek lo!" ancamnya dengan senyum palsu.

Alih-alih Leo mengumpat pada Elliot yang baru saja mengancamnya, dirinya justru tengah mengumpat pada Rain di dalam hati. Rain yang selalu ceroboh dan gegabah dalam segala hal. Rain yang selalu bertindak tanpa memikirkan apa yang ada di depannya. "Cewek mana yang lo maksud?" tanyanya, meledek agar tidak terlihat kalah.

"Cewek ice cream lebih menarik."

🍦🍦🍦

ˢᵉⁿⁱⁿ, ⁰⁴ ᴰᵉˢᵉᵐᵇᵉʳ ²⁰²³

Rain menatap pantulan dirinya yang sudah berseragam rapi di cermin. Tersenyum dengan tangan yang merapikan rambutnya yang terurai panjang.

"Kenapa sih harus ada hari Senin?" keluh Fera-teman satu kamarnya di panti asuhan tempatnya tinggal. Gadis yang masih berdiri di depan cermin itu hanya terkekeh melihat tingkah temannya yang juga sudah berseragam terlentang di kasur.

Merasa kasihan pada hari Senin yang selalu tidak diinginkan kehadirannya. Rain pernah mendengar jika kemalangan, kesusahan, kegembiraan, dan sebagainya datang tak mengenal waktu. Jika sudah seperti itu, bukankah semua hari sama saja?

Seperti biasanya, gadis dengan sepeda berwana merah muda itu bersenandung saat mengayuhnya. Bersenandung sambil menikmati udara segar pagi ini. Jelas udara segar hanya tersedia di kompleks panti asuhannya saja yang memang banyak pepohonan rimbun tertanam di setiap pinggir jalan, selanjutnya ia yakin jika dirinya akan bertemu dengan udara kotor. Udara kotor yang dihasilkan oleh kendaraan. Udara kotor yang selalu tersedia di jalanan kota. Mereka yang membuat, tetapi Rain dan orang-orang yang berjalan di jalan raya yang harus menanggung asap kotornya.

Ice Cream [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang