13. Share

27.3K 1.6K 17
                                    


"Kita tidak bisa membiarkan dia terus melakukan sesuatu seenaknya lagi Ranos. Dia bahkan sampai berani membunuh Dominic." Ucap seorang pria paruh baya dengan mengebu ngebu.

"Benar. Jika begini terus, aku yakin dia juga akan berani membunuh kita suatu hari nanti." Timpal yang lainnya.

"Kita harus melakukan sesuatu."

"Kirim seseorang untuk membunuhnya juga."

"Tapi itu tidak mungkin, dia juga sangat berbahaya.

"Tenanglah semua, kita pasti akan melakukan sesuatu. Dia hanyalah seorang bocah yang baru terjun ke dalam dunia gelap, untuk apa kalian jadi sangat takut seperti ini?" Ranos tersenyum miring melihat semua orang yang ada di depannya itu. Dia memutar mutar gelas wine pada tangannya.

"Jika kalian sangat ingin membunuhnya, maka lakukan lah."

_________________________________
________________________

Estrella menatap pantulan dirinya pada cermin kamar mandi. Dia sudah berdiri di sana selama lima belas menit dan hanya melakukan itu.

Lamunannya buyar saat handphone miliknya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Estrella mengangkat panggilan itu dan menempelkan handphone pada telinganya.

"Hallo sayang, apa kabar mu hm?" Tanya orang di sebrang sana.

Estrella kembali menatap dirinya pada cermin, "Sella baik." Jawabnya singkat.

"Benarkah? Tapi Dada dengar sepertinya kamu tertembak lagi?" Pancing Jake.

Estrella meremas wastafel dengan tangan kirinya, menghela nafas untuk menahan emosi yang rasanya ingin meledak saat ini juga. "Hm, hanya tembakan biasa, tidak sampai membuat Sella mati."

Jake mendengus mendengar jawaban dari Estrella, "setidaknya kau harus lebih berhati-hati. Tubuh mu itu sudah memiliki terlalu banyak bekas, jangan menambahnya lagi." Nasehat Jake.

"Ya, Sella akan lebih berhati-hati lain kali."

"Bagus, kau juga harus berhati-hati dengan para tua bangka itu, mereka pasti sedang merencanakan sesuatu karena kau membunuh Dominic."

"Ya, Sella tau."

"Kalau butuh bantuan sesuatu hubungi Dada oke? Dada tutup dulu teleponnya."

Estrella hanya berdehem dan mematikan sambungan telepon itu. Bekas?

Dia membuka seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya dan hanya menyisakan pakaian dalam saja. Estrella memerhatikan setiap inci dari tubuhnya yang terdapat sebuah bekas sayatan pisau yang cukup panjang di lengan kanannya.

Bukan hanya itu, dia juga punya tiga bekas tembakan. Dua di perut, satu di punggung sebelah kiri. Dan sekarang, dia mendapat tembakan baru pada betisnya yang masih terdapat perban. Mungkin itu akan menjadi bekas ke empat miliknya nanti.

Setelah puas memandangi dirinya sendiri, Estrella berjalan masuk ke ke dalam bathtub dengan kaki kiri yang menjuntai ke luar. Dia akan berendam sebentar untuk menenangkan isi kepalanya.

_________________________________
________________________

Davian menatap kesal ke arah pintu kamar mandi, "lama banget dah mandinya. Udah satu jam lebih belum keluar keluar juga." Dumel Davian dan menjatuhkan tubuhnya pada kasur.

Ceklek

Davian kembali terbangun saat mendengar pintu kamar mandi terbuka, diamana Estrella keluar dengan rambut yang masih basah, mendekat ke arah Davian.

D'E Sella Vian [End] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang