22. Siluet

20.2K 1.3K 63
                                    

Sudah setahun lebih sejak Davian dan Estrella berpisah. Dan selama setahun itu juga mereka tidak saling berinteraksi sedikit pun. Sampai sekarang Davian juga tidak tau bagaimana kondisi Estrella sejak hari itu, hari di mana Estrella tertembak?

Dia sudah mencoba mencari taunya dengan berbagai macam cara. Mulai dari bertanya pada orang tuanya sendiri sampai dia juga bertanya pada Relci. Namun nihil, dia tetap tidak menemukan apapun. Dia sempat mencoba untuk pergi ke Amerika kembali, tapi lagi-lagi dia tidak bisa karena Daddy-nya selalu berhasil menangkap dirinya kembali sebelum dia berhasil lepas landas.

Hubungan Davian dan keluarganya kian hari semakin memburuk sejak dia mengetahui rahasia di balik perjodohannya dengan Estrella. Dimana Estrella yang rela bergabung dengan gangter sebagai bayaran untuk bisa memiliki Davian.

Ya Davian memang sudah mengetahui semuanya. Dari kenapa dia di jodohkan, kenapa Estrella memilih untuk menerima hukuman tiga tahunnya, apa pekerjaan Estrella, dan kenapa Estrella sangat melarang dia untuk pergi keluar dari mansion saat masih di As. Semuanya, dia sudah mengetahui semuanya.

Dari mana dia mengetahuinya? Dia tau dari Relci yang bercerita selama mereka masih dalam penerbangan pesawat satu tahun lalu. Saat itu Davian sempat tidak percaya dengan cerita Relci. Apa bagusnya anak nakal seperti dirinya sampai Estrella rela melakukan pekerjaan berbahaya seperti itu? Dia benar-benar tidak mengerti.

Davian juga sangat kesal pada Estrella yang menutupi semua hal itu dari dirinya. Kalau dia memang mencintai dirinya, kenapa harus ada yang di tutup-tutupi? Kenapa dia juga tidak mengabari dirinya sampai sekarang? Kenapa? Kenapa?!

Ada banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepala Davian sekarang. Tapi dia sama sekali tidak bisa melakukan apapun hingga membuatnya prustrasi.

Sebagai informasi, Davian sudah lulus dari Sekolah SMA, dan sekarang dia sedang berkuliah semester tiga di fakultas bisnis. Kepribadian Davian juga berubah seratus delapan puluh derajat. Davian yang nakal dan keras kepala hilang di gantikan dengan Davian yang dingin dan minim ekspresi. Dia hanya akan menunjukkan emosinya jika sedang berada di sekitar orang-orang terdekatnya.

Perpisahan dia dan Estrella membawa dampak yang besar pada mental Davian. Setiap hari Davian selalu menyalahkan dirinya sendiri. Karena dirinya Estrella dalam bahaya, karena dirinya juga Estrella tertembak.

Tapi apa Estrella selamat atau hidup? Davian tidak tau. Sudah Davian bilang sebelumnya, dia tidak tau apa-apa tentang kabar Estrella.

'Sial...' runtuk Davian dalam hati sambil mengusak rambutnya. Kepalanya selalu saja sakit setiap berpikir tentang Estrella. Bisa-bisa dia akan gila kalau begini.

"Daddy...." panggil seorang anak kecil yang sedang duduk dengan piring kosong di pangkuannya. Piring itu tadinya terisi melon, tapi sekarang melon itu sudah hilang masuk ke dalam perut anak kecil itu.

Davian menoleh ke samping dan sedikit menunduk untuk melihat anak itu, "ya? Kenapa, hm?" Tanya Davian lembut.

Anak itu menunjukkan piring kosong itu pada Davian, tidak lupa sambil tersenyum manis sampai memperlihatkan gigi kelincinya, "melonnya udah habis," ujar anak itu.

Davian tersenyum, dia pun mengambil alih piring itu dan menaruh pada meja di depannya, "anak pintar." Ucap Davian sambil mengelus rambut anak itu pelan, "ayo kita cuci tangan Arel dulu." Lanjut Davian dan mengangkat Arel ke dalam gendongan, berjalan menuju kamar mandi.

Zarel Altair Mahardika, atau biasa di panggil Arel, adalah anak angkat Gema dan Relci. Mereka mengadopsi Arel saat masih di SMA dulu. Dan sekarang anak itu dititipkan pada Davian selama seminggu karena Gema dan Relci sedang pergi berlibur ke luar negri untuk merayakan hari anniversary pertemuan mereka yang ke sembilan tahun.

Awalnya Gema ingin membawa Arel, tapi niat itu di tahan oleh Arel sendiri. Dia bilang tidak ingin mengganggu momen spesial orang tuanya. Dan pada akhirnya Arel dititipkan pada Davian. Sebenarnya bisa saja mereka menitipkan pada keluarganya yang lain, tapi sayangnya mereka juga sedang sibuk dan tidak mungkin akan menggangu kalau merawat Arel. Asisten pribadi milik Arel yang bernama Ardi juga sedang mengambil cuti.

Davian mendudukkan Arel di pinggiran wastafel, menghidupkan kran air dan mulai membasuh tangan Arel. Sedangkan Arel diam menerima semua perlakuan dari pamannya itu.

Setelahnya Davian mengelap tangan Arel menggunakan tisu, "Arel ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya Davian masih dengan mengelap tangan Arel.

Arel memiringkan kepalanya ke samping sedikit, "pergi?" Ulangnya.

Davian mengangguk dan kembali menggendong Arel keluar dari kamar mandi itu, "iya, emang Arel nggak bosan di ruman terus sama Daddy?" Tanya Davian balik.

"Arel nggak bosan." Jawab Arel jujur sambil mengedip-ngedipkan matanya lucu.

Davian menggeleng-gelengkan kepalanya, ada anak kecil seperti ini ya? Sudah dua hari mereka hanya menghabiskan waktu berdua di rumah dengan makan tidur, makan tidur. Kalau begini Davian yang bosan bukan Arel.

"Baiklah kalau emang Arel nggak bosan. Jadi Daddy nggak perlu beli mainan baru buat Arel kan?"

Mata Arel langsung berbinar saat mendengar kata mainan, "Daddy Daddy, Arel mau mainan."

"Tadi katanya nggak mau keluar, " goda Davian.

Arel menggeleng ribut, "nggak kok, Arel nggak bilang gitu. Ayo Daddy kita beli mainannya....."

"Baiklah baiklah, ayo kita beli mainan." Ucap Davian dan berjalan keluar menuju garasi untuk mengambil mobil.

Biasanya kalau sedang hqri libur begini, Davian hanya menghabiskan waktu di rumah sendirian. Tapi karena ada Arel sekarang, dia memutuskan untuk pergi keluar, dia juga tidak mau anak kecil itu hanya mendekam di rumah bersama dirinya.

_________________________________
________________________

Sekarang mereka sedang berada di sebuah mall dan sedang berkeliling untuk mencari toko mainan yang biasa di kunjungi oleh Arel.

"Daddy nanti Arel mau mainan dino sama.... boneka melon!" Ucap Arel girang. Tidak lupa tangannya yang menggenggam tangan Davian.

Tadi Davian ingin menggendongnya, tapi Arel bilang dia ingin berjalan sendiri. Katanya, "Arel pasti berat, nanti Daddy capek." Begitulah kira-kira.

Davian menaikkan sebelah alisnya, "boneka melon?"

Arel mengangguk, "iya boneka melon. Nanti Arel mau pamer sama Baba."

Ah Davian mengerti sekarang. Arel dan Gema itu memang maniak melon, mereka selalu saja berantam hanya karena berebut melon.

"Baiklah ayo kita beli." Kemudian mereka kembali fokus untuk menyusuri mall itu.

Namun mata Davian tidak sengaja melihat siluet seseorang di antara banyaknya pengunjung mall. Dia menyipitkan matanya berusaha untuk melihat lebih jelas.

Deg

Davian terdiam membeku di tempatnya. Jantungnya sekarang bahkan berpacu dengan sangat cepat, seolah-olah membenarkan apa yang di lihatnya.

"Daddy?" Panggil Arel sambil menarik-narik tangan Davian. Dia bingung kenapa tiba-tiba saja pamannya itu berhenti berjalan.

Davian yang tersadar pun segera kembali ke alam sadarnya. Davian kemudian berjongkok di depan Arel, "Arel tunggu di sini dulu ya? Jangan kemana-mana, Daddy ada urusan sebentar, oke?" Ucap Davian.

Setelah mendapat anggukan dari Arel, Davian mulai berlari untuk mencari apa yang dia lihat tadi. Semoga, semoga saja yang dia lihat tadi itu benar.

'Ku mohon....'

_________________________________
________________________

Sampai sini dulu ya. Leher aku sakit banget pas ngetik ini.

Jangan lupa paket lengkapnya....

Sabtu, 13 januari 2024
Ig : huswarelci
Ttk : huswarelci




D'E Sella Vian [End] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang