15. Wolf

28.9K 1.7K 52
                                    

Davian berdiri sambil mengelap keringat yang bercucuran di dahinya, "ujung hutan ini dimana dah, capek gw jalan dari tadi. Mana kayaknya mau hujan." Ucap Davian sambil menengada ke atas langit.

Tampak langit yang mulai menggelap, dengan angin berhembus yang terasa semakin kencang. Davian, menjatuhkan dirinya untuk bersandar pada sebuah pohon. Dia akan beristirahat sebentar sebelum kembali melanjutkan aksinya.

Kalau di pikir-pikir, rasanya dia sedikit menyesal kabur dari mansion. Kalau dia kembali sekarang apa masih bisa?

"Tunggu, jalan ke mansion tadi arah mana?" Buru-buru Davian berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru hutan. Davian mengacak-acak rambutnya. Sial.... dia tersesat. Bagaimana ini?

Tes, tes,

Butir-butir air jatuh ke atas hidung Davian yang membuatnya mendongak ke atas. Davian mengangkat telapak tangannya, "hujan."

Tak lama kemudian, hujan benar-benar turun. Yang awalnya masih rintik-rintik, berubah menjadi hujan deras.

"Beneran hujan lagi." Sontak saja Davian berlari mencari tempat berteduh. Pohon tempat dia bersandar tadi tidak rimbun, sehingga air masih bisa tembus.

Setelah beberapa saat berlari, akhirnya Davian menemukan sebuah pohon besar yang rimbun. Dengan cepat, Dia kembali menjatuhkan dirinya di sana dengan pandangan gusar.

"Kapok gw kabur-kabur gini lagi sumpah." Davian menendang sebuah kerikil yang terlempar ke arah semak-semak.

Udara semakin dingin karena hujan yang turun masih deras. Davian yang memang sempat terkena hujan mejadi kedinginan. Dia memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosol bahu dan kedua belah telapak tanganya berharap bisa mendapatkan kehangatan. "Dingin..."

"Ghrrr....."

Davian menoleh, "suara apaan tu?" Tanya Davian pada dirinya sendiri sambil mencari sumber suara yang baru saja dia dengar. Jantungnya bahkan sudah berdetak sangat kencang sekarang.

"Ghrr akhh...."

Pandangan Davian berhenti ke arah semak-semak yang sempat dia tendang sebuah kerikil tadi. Ada banyangan hitam yang terus berjalan perlahan ke arah dirinya.

"Auu......"

"Bangsad, serigala!" Tanpa basa basi lagi, Davian langsung berlari sekuat tenaga untuk menghindari serigala itu.

Masih dengan keadaan berlari, Davian menoleh ke belangkang, dia sangat terkejut. Bukan hanya satu serigala, tapi ada tiga serigala yang sedang mengejar dirinya. 

Karena terlalu fokus melihat serigala di belakangnya, Davian tidak sadar ada akar pohon yang mencula di atas tanah, membuat dirinya tersandung dan terjerembab.

Bukk!!

Tubuh Davian ambruk ke depan. Kepalanya bahkan membentur sebuah batu.

"Akhh..." Davian memegang kepalanya yang sudah mengeluarkan darah. Dia juga merasa kakinya sangat sakit sekarang akibat akar pohon tadi.

Dengan susah payah, Davian memutar badannya ke belakang untuk melihat serigala-serigala itu.

"Ghrr..."

Serigala itu kembali mengeram, nafas Davian tercekat melihat ketiga serigala itu yang sudah berada di depannya. Bersiap-siap untuk menerkam mangsa mereka yang sudah tidak berdaya.

Davian diam membatu di tempatnya, tidak tau harus berbuat apa. Jika dia bergerak tiba-tiba, pasti para serigala itu akan langsung menerkamnya.

Salah satu dari tiga serigala itu berjalan perlahan mendekati Davian. Dia bahkan bisa mendengar geraman serigala itu meski hujan turun dengan sangat deras.

D'E Sella Vian [End] [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang