"Babe bangun."
Bukannya bangun, Davian malah berbalik memeluk Estrella dan mencari posisi nyaman di sana.
Estrella tersenyum dengan mengusap rambut Davian, "bangun sayang, aku harus pergi kerja."
Sontak Davian membuka matanya dan mendongak ke atas, "kerja? Tapi ini weekend." Bingung Davian.
"Maaf, aku harus bertemu seseorang hari ini," jelas Estrella.
"Tapi..."
"Aku mau mandi dulu, Kalau kamu masih mau tidur gapapa." Ucap Estrella sambil melepas pelukan Davian dan bangun, berjalan menuju kamar mandi.
"Ada orang kerja di hari minggu? Harusnya itu pergi jalan-jalan keluar." Davian berbicara pada dirinya sendiri.
Padahal niat Davian, dia mau mengajak Estrella untuk keluar hari ini. Hampir seminggu dia hanya berada di mansion.
"Trus apa tadi katanya, Mau ketemu seseorang? Siapa? Pacarnya?" Davian terdiam memikirkan apa yang baru saja dia ucapkan. "Ah nggak mungkin pacarnya, kan dia udah di jodohin sama gw." Davian mengibas-ngobas tangannya. Namun tak lama kemudian dia kembali terdiam, "nggak mungkin kan?"
Ceklek
Estrella keluar dari kamar mandi, sudah memakai pakaian lengkap. Perhatiannya beralih ke arah Davian yang bengong di kasur. Apa yang sedang dia pikirkan? Batin Estrella.
Kemudian, dia berjalan mendekati Davian, mengecupnya sekilas pada pucuk kepala.
"Sedang memikirkan apa hm?" Tanya Estrella.
Davian menggeleng, "nggak mikirin apa-apa." Jawab Davian sambil memunduk.
"Beneran?" Tanya Estrella lagi untuk memastikan. Dan Davian hanya mengangguk saja sebagai jawaban.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Jangan buat ulah oke?" Peringat Estrella sebelum keluar dari kamar mereka berdua.
Davian terus memandangi pintu tempat Estrella keluar tadi. "Udah? Gitu doang? Minimal cium kek atau apa gitu, main pergi-pergi aja." Dumel Davian.
Davian berdecak, bangun dan berjalan menuju balkon. Pandangannya mengedar melihat ke sekeliling mansion. Hutan, itu lah pemandangan yang mengelilingi mansion. Entah apa yang di pikirkan oleh Estrella sampai membuat mansion di tengah hutan seperti ini. Mana luas banget lagi hutannya.
"Apa gw keluar sendiri aja ya?" Tanya Davian pada dirinya sendiri.
"Tapi gimana? Pasti nggak di kasih kalau keluar sendiri."
Davian kembali kesal, dia benar-benar bosan berada di mansion terus. Kepalany terus berpikir bagaimana cara dia bisa keluar dari mansion ini. Saat sedang melihat sekitaran danau kecil yang berada tepat di samping kamarnya, Dia melihat sesuatu.
Ada tangga tinggi yang berada pada tembok gerbang yang langsung tembus menuju hutan. Melihat hal itu, terlintas sebuah ide di kepalanya. Buru-buru Davian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Hanya beberapa menit, dia sudah selesai dengan acara mandinya dan turun menggunakan lift menuju dapur untuk mencari Marv.
"Marv." Panggil Davian setelah menemukan Marv yang sedang memasak.
Marv membungkukkan badannya sekali sebelum menjawab, "ya Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?"
"Itu... gw mau sarapan di gazebo yang di tengah danau."
Marv mengerutkan alisnya bingung, kenapa harus di sana. Tapi ya sudah lah, mungkin Davian merasa bosan makan sendiri di meja makan yang besar itu.
"Baik Tuan Muda, akan segera saya siapkan," Ucap Marv.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'E Sella Vian [End] [Terbit]
Teen FictionBagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di situ, cewenya juga lebih tua dari kalian, dan juga dia adalah seorang cewe dominan. Sangat gila bukan...