Davian menatap sengit ke arah pintu yang di lewati oleh Estrella. Dia merasa kesal karena Estrella menciumi dirinya.
"Vian...."
Oh shit. Davian lupa kalau ke tiga temannya ada di sini. Dengan gerakan kaku, Davian memalingkan wajahnya ke arah tiga temannya yang juga sedang menatap tajam dirinya.
Sontak saja Davian menundukkan kepalanya. Dia tidak berani bertatapan langsung dengan mereka, yang dia yakini pasti sedang marah dengan dirinya. Davian akui dia salah karena sudah menyuruh orang untuk menusuk Gema, tapi....
"Kenapa menunduk, angkat kepala mu." Ucap Elias dengan nada dingin.
Davian menarik napasnya dalam-dalan dan menghembuskannya, baru setelahnya dia mengangkat kepala menatap lansung ke arah mereka.
"Ada yang ingin kamu katakan?" Tanya Brayen sambil bersedekap dada.
"Ma-maaf." Ucap Davian pelan.
"Untuk?" Tanya Brayen lagi.
Davian membuang matanya ke arah lain, "itu.... emm karena Vian udah nyuruh orang buat lukain Gema." Davian kembali menundukkan kepalanya sambil memilin-milin jari tangan. Ini sudah menjadi kebiasaan Davian kalau dia sedang gugup atau takut.
Elio berdengus mendegar jawaban Davian, "lalu, apa lagi?"
Davian mendongak, "lagi?" Beo Davian bingung.
"Iya, apa lagi kesalahan yang lo buat?" Elio menuntut jawaban.
"Apa ya?" Davian menggaruk-ngaruk rambutnya bingung. Seingat dirinya, dia tidak melakukan ulah yang lain, "emang ada lagi?" Tanya Davian balik.
"Malah nanya balik, ya ada lah." Kesal Elio, "lo pindah ke sini tapi nggak ngasih tau kami bertiga, itu kesalahan lo." Gemas Elio, ingin rasanya dia mengunyel-unyel pipi tembem Davian itu.
"Ohh gitu toh?" Davian mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, tapi malah membuat Elio semakin geram.
Dengan cepat Elio berjalan mendekati Davian dan menarik pipinya sampai me-merah, "aaa... lepwasinnnn!" Jerit Davian sambil berusaha melepas pipinya dari tarikan Elio.
"Nggak, gw nggak akan lepas. Siapa suruh pancing-pancing emosi gw!"
"Huaaa bwang ias thowlongin...." ucap Davian sambil mengulurkan kedua tangannya ke arah Elias.
Elias yang merasa kasihan pun membantu melepaskan tarikan Elio pada pipi Davian, "sudah." Ucap Elias dengan nada memperingati ke arah kembarannya, Elio.
Elio berdecak melihat kembarannya itu, Selalu saja seperti ini. Elias itu sangat lemah terhadap Davian.
"Bang... sakit." Ujar Davian, menununjukkan pipinya yang memerah ke arah Elias.
"Mulai dah playing Victim ke gw." Dumel Elio yang masih bisa di dengarkan oleh yang lain.
"Kau memang salah." Balas Brayen.
"Ck, diem deh lo." Sungut Elio.
"Mana coba liat." Elias duduk di kasur, bersampingan dengan Davian. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi Davian.
Hangat, itulah yang Elias rasakan saat dia menyentuh pipi Davian. Apa Davian demam? Elias juga mengarahkan tangannya ke dahi Davian. Benar saja, Davian memang sakit.
"Vian sakit?" Tanya Elias untuk memastikannya lagi.
Elio dan Brayen yang sedang perang dingin pun mengalihkan perhatian mereka ke arah Davian dan Elias. Apa? Davian sakit?
"Serius dek, lo sakit?" Tanya Elio heboh sambil mendekati mereka berdua.
"Emm, sedikit." Jawab Davian. Dia sudah cukup sering sakit seperti ini, dan itu juga tidak akan berlangsung lama. Tapi dia tidak tau dengan kondisi pantatnya. Ah sepertinya yang satu ini akan memakan waktu sedikit lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'E Sella Vian [End] [Terbit]
Teen FictionBagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di situ, cewenya juga lebih tua dari kalian, dan juga dia adalah seorang cewe dominan. Sangat gila bukan...