Bab 01

745 30 10
                                    

Kehidupan Sasya Anamika bisa dibilang mendekati sempurna. Mengapa?

Kita mulai dari keluarga Bunda Sasya---Dania, merupakan anak tunggal dari pemilik Saraya Textile. Salah satu toko kain yang paling laris di ibu kota. Otomatis Sasya menjadi cucu satu-satunya dari Kakek Hirawan dan Nenek Elina.

Lalu, Bara---papa Sasya adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Sasya mempunyai tiga Om dan tiga Tante yang lebih membela Sasya ketimbang anak mereka sendiri.

Sasya juga cucu kesayangan Nenek Ulanni---Mama Bara, sebab Sasya satu-satunya cucu perempuan di keluarga Papanya.

Sasya tumbuh dengan kasih sayang yang berlebih. Jika kasih sayang itu diibaratkan air yang ditaruh ke dalam gelas, mungkin sudah tumpah-tumpah.

Tidak berhenti disitu saja, Sasya tidak pernah kekurangan materi. Apapun yang Sasya ingini selalu dituruti, entah pada siapapun Sasya meminta.

Mungkin karena itulah membuat Sasya begitu kekanakkan, manja, egois, tidak mandiri, boros, dan bersikap layaknya tuan puteri. Ia suka memerintah. Merasa bahwa dirinya adalah pemeran utama di dunia ini.

Hidup Sasya selalu bahagia tanpa ada konflik. Sejak lahir, ia belum merasakan penderitaan. Siapa yang tidak mau menjalani hidup sebagai Sasya?

Bel istirahat sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi Sasya masih berada di dalam kelasnya yaitu XI MIA 2.

Kelas XI MIA 2 berisi murid-murid populer, kebanyakan dari mereka mengikuti organisasi atau ekstrakurikuler di sekolah. Berbanding terbalik dengan kelas XI MIA 1, kelas tersebut didominasi murid-murid pintar yang setiap harinya hanya belajar dan tidak peduli dengan popularitas.

"Eehhh, ada kabar baruuu!!" heboh cewek yang baru datang dan duduk di depan Sasya sambil memukul meja Sasya.

"Tenang, tenang dulu." kali ini gadis yang di sebelah Sasya yang bersuara, namanya Prita Charita---teman sebangku Sasya.

"Berita apa? buruan bilang, aku penasaran, sumpah!!" antusias Sasya.

"Aku balikkan sama Ansel," nyengirnya.

Cewek yang membuat ketiga temannya mendengus sebal itu bernama Maura Hilary, yang paling bucin diantara mereka.

"Nggak penting," cetus Prita.

"Mau-maunya aja balikkan sama si Ransel playboy," sahut Ruby Mustika yang duduk di samping Maura.

"Ansel, Ruby!!" serempak teman-temannya.

"Ahhh, itu maksudnya," ucap Ruby sekenanya.

SMA Bina Bangsa adalah sekolah paling unggul di kecamatan ini. Walaupun daerahnya terbilang lumayan jauh dari kota, tapi murid-muridnya pun setingkat dan mampu bersaing dengan sekolah yang ada di kota.

Sasya dan Prita asli orang kecamatan ini, sedangkan Ruby dan Maura pindahan dari ibu kota sejak setahun yang lalu. Bagi murid-murid SMA Bina Bangsa, orang yang berasal dari kota terlihat lebih keren dan berkualitas.

Sasya, Prita, Ruby, dan Maura dijuluki bunga XI MIA 2 karena paras ke-empatnya sama-sama cantik. Itu juga yang menyatukan mereka untuk berteman sejak kelas X. Meskipun tinggi badan Sasya lebih pendek dari ketiga temannya, malah inilah yang membuat Sasya terkesan lebih imut. Ditambah lagi pipi chubby Sasya yang begitu menggemaskan.

Rasakanlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang