Bab 09

291 38 107
                                    

Sasya menatap papan tulis dengan pandangan nelangsa. Ternyata, Agam memang tidak mau bekerja sama dengan Sasya untuk mengembalikan jiwa mereka ke raga yang benar.

Apa sebaiknya, Sasya menyerah saja? Bagaimana pun Sasya berusaha, hasilnya percuma. Agam tetap kokoh dengan pendiriannya.

"Aku mana bisa nyelesaiin misi ini sendirian," keluh Sasya dalam hati.

Bukan Sasya sengaja menguping pembicaraan siswi-siswi yang duduk di depan meja Sasya. Telinga Sasya tidak salah. Salahkan saja mereka yang lokasi duduknya dekat dengan Sasya.

Ada empat siswi yang Sasya tidak kenali, wajah mereka asing bagi Sasya. Beberapa hari berada di kelasnya Agam, Sasya fokus pada dirinya sendiri hingga tidak memperhatikan sekitarnya.

Obrolan dimulai dari gadis berambut keriting sedang memegangi dadanya yang berdebar. "Tadi, Niko lihatinnn akuuuu... Meleleh dong akunyaaaa."

"Baru juga dilihatin, wajarlah, kan Niko punya mata!! Gitu aja baper," jengkel Sasya.

Lalu, disambung gadis berambut pendek dengan potongan sebahu. "Eehhh, Ben kemarin follow instagram akuuuu."

"Apaan sihh? Aku sama Ben udah dari lama saling follow-followan. Dasar pamer," sebal Sasya.

Gadis berkulit putih pucat berucap bangga, "Katanya Gibran jombloo, boleh aku pepet nggak sih?"

"Silahkan, kalau Gibran mau. Cihhh, kepedean," kesal Sasya.

Yang terakhir ada gadis yang ukuran tubuhnya paling mungil dibanding ketiga temannya. "Berhubung Ansel udah ada pawangnya. Aku tungguin Ansel sama Maura putus deh."

"Idihhh, halu!!" cibir Sasya.

"Eehh ngapain juga aku yang sewot? Suka-suka merekalah... bodo ahhh, Intinya Agam ngeselin parahhh!!" Sasya memanyunkan bibirnya.

Niko, Ansel, Gibran, dan Ben banyak diidolakan oleh siswi-siswi kelas lain. Terlebih mereka adalah anak basket dan Niko menjabat sebagai ketua OSIS. Sayangnya, ke-empat cowok keren tersebut terkenal akan keplayboy-annya.

Mereka suka menebar pesona dan bermulut manis. Siapa yang tidak kepincut? Bahkan, Sasya saja begitu menggilai Niko sejak kelas X.

"Halahhh, masih juga gantengan akuu," sahut cowok yang baru masuk dan duduk di sebelah Sasya.

Ke-empat siswi tersebut bersorak kompak, "Wuuuuuuu!!" sambil memberikan jempol terbalik pada cowok berpenampilan seperti kutu buku itu.

Sasya memicingkan matanya. "Raka?"

Cowok bernama lengkap Raka Shankara terlihat membenarkan letak kaca matanya yang merosot. Sebelumnya Raka pernah memberitahu bahwa mereka sekelas. Tapi, Sasya baru tau sekarang kalau mereka ternyata teman sebangku!

"Kamu duduk di sini?"

"Ya Iyalah, tolol. Kemana aja selama ini? Baru sadar?" ceplos Raka.

"Cuman nanya, kok malah ngegas," protes Sasya.

Sasya menarik kembali kalimatnya yang mengatakan Raka baik.

Sasya melirik teman sebangku Agam yang kini sedang membaca buku. Sasya memutar bola matanya malas. Kelas XI MIA 1 benar-benar penggila belajar. Bahkan manusia seaneh Raka saja mau belajar?

Sasya mengedarkan pandangannya dan tinggallah Sasya seorang yang tidak sedang menulis atau membaca buku.

Cewek-cewek dengan tingkat kepercayaan diri tinggi tadi saja, mereka bercerita sambil sibuk mencatat tugas.

Rasakanlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang