Bab 28

67 3 0
                                    

Ruang kelas XI MIA 2 tampak sepi, hanya berisi tiga siswi berparas cantik yang sedang duduk di bangkunya masing-masing.

Padahal saat ini sedang ada praktek mata pelajaran olahraga di lapangan. Tetapi seperti biasa, mereka akan kompak izin dengan alasan kurang enak badan atau sakit perut.

"Kamu ngapain, Prita?" tegur Ruby yang mempunyai firasat tidak baik ketika melihat gerik mencurigakan dari Prita.

Maura yang tadinya sibuk bermain ponsel pun ikut mengekori teman sebangkunya itu.

Ruby mengerutkan keningnya menatap sebuah dompet yang masih di genggam Prita. Gadis bersweater lilac tersebut menoleh dengan ekspresi sulit diartikan.

"Aku mau ngasih pelajaran buat Sasya," tutur Prita datar.

"Ya... nggak gini jugalah caranya," protes Ruby.

Gadis dengan potongan rambut sebahu itu bisa menebak rencana jahat sahabat dekatnya. Bagaimana tidak? Prita berniat menfitnah Sasya dengan cara menaruh uang kas ke dalam tas sekolah milik Sasya. Menurut Ruby, apa yang hendak dilakukan Prita teramat murahan untuk dilakukan. Sangat memalukan!!

"Aku nggak suka sama Sasya!" jujur Prita.

Kasabaran Prita sudah habis menyaksikan Niko yang semakin hari semakin akrab dengan Sasya.

Apalagi akhir-akhir ini, Niko berusaha menjauhi Prita. Ditambah lagi nilai mata pelajaran Sasya terus saja mengalami perkembangan.

Kenapa Sasya selalu beruntung dalam segala hal? Prita tidak terima! Tidak akan pernah terima!

"Aku tau, tapi kamu kelewatan Prita! Kali ini aku nggak setuju sama kamu," ujar Ruby.

Meskipun Ruby tampak seperti tokoh antagonis di dalam drama-drama, nyatanya Ruby merupakan yang paling waras diantara mereka bertiga.

Lidahnya memang tajam, lebih tepatnya apapun yang Ruby keluar dari bibirnya adalah fakta.

"Ruby betul... aku nggak mau ikut-ikutan kalau masalah ini sampai ke mana-mana. Kamu nggak belajar dari kasus Kak Yolanda sama Surya?" Maura ikut berbicara.

Napas Prita naik dan turun. Kini, kedua sahabatnya tidak lagi berpihak padanya. Hal itu membuat Prita bertambah kesal.

"Kalian nggak lihat Sasya lagi pamer ke kita-kita---"

Belum selesai Prita menyelesaikan, Ruby sudah terlebih dahulu memotong kalimatnya.

"Nggak Prita, nggakkk... Sasya nggak lagi pamer. Itu cuman prasangka kamu aja," bela Ruby.

"Kalian kenapa sihhh?!" decak Prita.

Prita marah saat tidak ada yang mendengarkannya.

Ruby menarik napasnya dalam-dalam. Ia sudah muak dengan ini semua. Setelah beberapa menit diam, Ruby pun bersuara, "Kalau kamu masih mau lanjutin niat jahat kamu, silahkan! Tapi, kita nggak bisa temenan lagi," pungkas Ruby.

Maura membulatkan matanya dengan mulut terbuka. Ia menatap Kedua sahabatnya yang masih berselisih paham dengan perasaan cemas.

"Udah donggg, jangan berantem lagiiii..." bujuk Maura kebingungan.

"Prita, aku nggak mau ngomong ini karena ngejaga perasaan kamu. Sekarang aku jujur aja, Niko nggak pernah suka sama kamu. Jadi, nggak usah kege'eran," ujar Ruby menohok.

"Niko juga pernah jalan sama aku, sama anak kelas sebelah juga pernah. Jangan nganggap perlakuan Niko tuh spesial, karena dia ngelakuin itu kebanyak cewek." Ruby melanjutkan, "Biar aku tegasin sekali lagi, Niko baik ke semua orang."

Ruby terkekeh hambar, "Kayak yang pernah kamu bilang, Prita. Diantara kita berempat memang nggak ada yang betul-betul baik."

"Aku nggak munafik, Aku memang pernah nggak suka sama Sasya. Tapi, aku nggak pernah ada niat nyakitin siapapun. Bukan sok baik, aku cuman nggak mau rugi," jelas Ruby mendominasi perdebatan.

Rasakanlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang