Chapter 13

85 9 3
                                    

"Menurutmu, apakah sekarang mereka kembali bersama?" Tiffany sedang mengaduk kopi di cangkir, bertanya kepada kekasihnya.

"Gomawo." Chanyeol menerima kopi buatan kekasihnya, menyeruputnya sedikit. Lalu mengajak Tiffany untuk duduk di sofa.

"Bisa jadi begitu." Chanyeol meletakkan kopinya di atas meja.

"Chanyeol-ah, aku tidak mengerti. Mengapa Baekhyun tetap ingin bersama dengan Taeyeon, walaupun Taeyeon sudah mencampakkannya?"

"Kenapa kau bertanya kepadaku?"

"Karena kau kenal mereka sejak lama, aku merasa kau tau sesuatu. Apalagi kau yang memperkenalkan Taeyeon kepada Baekhyun."

"Hmm bagaimana ya..." Chanyeol tampak berpikir. "Mungkin karena Taeyeon adalah satu-satunya gadis yang menemani Baekhyun melewati masa-masa sulitnya?"

Tahun 2012

"Kau pembunuh!"

"Kau tidak becus menjadi kakak! Kau telah membunuh adikmu!"

"Aku tidak ingin seorang pembunuh ada di sini!"

Perkataan itu selalu muncul dalam kepalanya, perkataan kejam yang diucapkan oleh wanita yang pernah melahirkannya. Baekhyun duduk bersandar pada tembok sambil memeluk kakinya yang menekuk. Kini, hari-hari dipenuhi oleh rasa bersalah dan penyesalan yang seakan tak berujung.

"Astaga yeobo! bagaimana bisa kau mengatakan hal itu kepada anakmu sendiri? Baekhyun bukan pembunuh, ini kecelakaan!"

Namun, balasan suara berat dan tegas itu selalu menenangkan hatinya. Meskipun itu tidak lama setelahnya cacian itu kembali berputar di kepalanya.

"Jika Jisoo tidak ikut denganmu, dia tidak mati sia-sia seperti ini!"

"Ini semua salahmu!"

Baekhyun mengakui dirinya yang bersalah atas kematian adiknya. Jika saja ia tidak mengajak adiknya pergi, adiknya pasti masih hidup. Pandangan Baekhyun beralih ke pintu, ketika pintu diketuk. Tanpa beranjak dari posisinya, ayahnya masuk membawa makanan untuknya. Bahkan ibunya tak sudi untuk makan semeja dengannya, membuat pria paruh baya itu harus turun tangan, mengantarkan makanan ke kamarnya.

"Makanlah." Tuan Byun meletakkan nasi dan lauk pauk di atas meja belajar milik putranya. Ia hendak keluar namun dirinya teringat sesuatu. "Tadi Chanyeol datang. Dia kemudian pergi setelah aku mengatakan bahwa kau sedang tidur."

Baekhyun tetap pada posisinya, hanya memasang telinga baik-baik. Ia tidak tertarik untuk melakukan apapun, terlebih pergi bersenang-senang dengan teman-temannya. Ia merasa tidak pantas untuk bahagia, wajah yang penuh senyuman dan suara tawa lepas perlahan menghilang darinya.

"Baekhyun-ah, cobalah untuk pergi keluar, kembalilah ke sekolah. Appa tidak ingin kau terus diliputi rasa bersalah. Carilah kegiatan yang bisa mengalihkan dari perasaan itu."

....

Seminggu kemudian, Baekhyun akhirnya menuruti saran ayahnya, kembali ke sekolah setelah satu bulan absen karena berkabung dengan kematian adiknya. Baekhyun juga merasa bosan terkurung di dalam kamar terus-menerus dan tak tahan dengan tatapan kenencian dari ibunya. Di lorong, murid-murid menatapnya heran. Pasalnya, dulu Baekhyun dikenal sebagai siswa yang ceria dan menyenangkan. Namun sekarang dirinya terlihat murung dan kurang bersemangat.

"Akhirnya kau datang juga ke sekolah!" Chanyeol datang ke kelas lalu merangkul bahu Baekhyun. Laki-laki jangkung itu tak bisa menyembunyikan rasa senangnya melihat sang sahabat kembali ke sekolah.

"Kenapa orang-orang selalu menatapku?" Baekhyun merasa risih dengan tatapan para murid sepanjang perjalanan dirinya masuk ke kelas.

"Hmm...mungkin karena wajahmu jelek sedangkan ketampananku meningkat."

"Aish! Aku serius!" Baekhyun memukul Chanyeol dengan buku paket.

"Ya! kita baru bertemu, kenapa kau sudah memukulku?"

"Siapa suruh kau menjawab pertanyaanku dengan ngawur begitu."

Suasana kelas mendadak hening, seorang guru laki-laki berusia sekitar 50-an masuk ke dalam kelas. Guru itu membawa satu buku ajar, absensi dan penggaris warna cokelat muda, ciri khas seorang guru matematika.

"Byun Baekhyun?!"

"Hadir Ssaem!" Baekhyun mengangkat tangan kanannya ketika pak Lee mengabsen dirinya.

"Ssaem pikir kau sudah pindah sekolah, Baekhyun."

"Eiy Ssaem, tidak mungkin aku pindah sekolah saat semester akhir."

"Geurae Baekhyun, kau harus lebih rajin lagi ke sekolah. Bukan hanya untuk Baekhyun saja tapi untuk semuanya, Ssaem harap kalian tidak ada lagi yang absen atau bolos sekolah. Kalian sudah kelas tiga, sudah seharusnya kalian belajar dengan giat. Ujian sekolah akan diadakan dalam tiga bulan lagi. Kerjakanlah dengan baik agar kalian bisa mendaftar di SMA impian kalian."

Chanyeol memutar bola matanya dengan malas lalu menguap, ia sudah muak dengan nasihat seperti itu. Pelajaran pun kemudian dimulai setelah satu jam mendengar pak Lee memberi wejangan kepada para murid, maklum pak Lee adalah wali kelas dari kelas tersebut.

"Sepulang sekolah kau ada waktu luang?" tanya Chanyeol. Ia memang anggota anak band di sekolahnya yang berposisi sebagai gitarist sub vokal, yang sering mengisi festival di sekolah dan juga kadang-kadang mengisi di banyk café walaupun sudah dilarang.

"Ada apa?"

"Aku akan tampil bernyanyi di sebuah café, datanglah dan jangan terus menerus mengurung diri."

"Akan aku usahakan untuk datang," balas Baekhyun ragu.

Jam istirahat tiba, Baekhyun mengecek kolong mejanya. Ia merasakan banyaknya kertas yang tersimpan disana. Dan sesuai prediksinya, banyak surat yang tersimpan di kolong meja. Semua surat itu dikirim oleh para gadis yang menyukainya lengkap dengan nama, yang mayoritas berisi kata-kata semangat untuknya.

Baekhyun mengusap rambutnya kebelakang dengan percaya diri. "Kurasa aku terlalu tampan untuk dikatakan jelek."

.....

Sepulang sekolah, Baekhyun mendatangi café tempat Chanyeol manggung dengan mengayuh sepedanya, sudah lama ia tidak menonton penampilan sahabatnya itu. Dan siapa tau ada seorang gadis yang bisa ia ajak kencan buta dengannya.

Baekhyun memasuki café, menempati meja paling belakang namun sejajar dengan panggung kecil setinggi 30 cm di depan. Baekhyun menunggu Chanyeol tampil menikmati Hot Chocolate yang dipesannya, ia merasa tidak enak jika hanya duduk-duduk menonton saja tanpa memesan apapun.

Chanyeol akhirnya muncul dan naik ke atas panggung membawa gitar diikuti seorang gadis berkulit putih dan berambut hitam panjang sepunggung. Chanyeol kemudian menyapa para pengunjung yang rata-rata membawa pasangannya. Mata elang Chanyeol menyusuri segala arah dan menemukan Baekhyun, dalam hati ia menertawakan Baekhyun yang terlihat menyedihkan karena duduk sendirian di tengah-tengah banyak pasangan yang sedang berkencan.

Tanpa bertele-tele, Chanyeol dan sang gadis membawakan lagu berjudul "Pehaps Love" yang merupakan OST dari drama Princess Hour. Mereka tampil berduet sambil duduk karena perbedaan tinggi badan yang sangat jauh. Selama penampilan mereka, para pengunjung sangat menikmati penampilan tersebut. Dari tempat duduknya, Baekhyun dapat melihat wajah sang gadis, rasanya ia ingin berkenalan dengannya setelah ini. Selain itu, ia terkesima dengan suara lembut sang gadis. Suara itu menyatu sempurna dengan suara berat milik Chanyeol.

Setelah menyanyikan tiga lagu sesuai dengan kesepakatan pemilik café, Chanyeol turun dari panggung dan menghampiri meja Baekhyun sambil mengajak sang gadis.

"Baekhyun-ah, ini temanku dari SMP tetangga. Dia seumuran dengan kita." Chanyeol memperkenalkan rekannya sesuai prediksi Baekhyun.

"Kim Taeyeon." Taeyeon mengulurkan tangannya.

Baekhyun tersenyum menatap manik indah itu, lalu membalas uluran tangan itu. "Baekhyun. Byun Baekhyun."


🌸🌸🌸🌸🌸

Niatnya cerita ini selesai tahun 2023, tapi kenyataannya ya sudahlah.... 😔

Your Voice Like My Springtime [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang