Chapter 31

63 10 1
                                    

"Eomma?!" Baekhyun berseru kepada ibunya.

Ibu Baekhyun sedang menyiapkan sarapan di meja, ia menoleh ketika Baekhyun memanggilnya. "Akhirnya kau keluar juga."

"Eomma datang ke sini sendiri?"

"Bersama ayahmu, dia masih di bawah. Dan kau jangan berdiri saja, panggil kekasihmu. Kita sarapan bersama."

"Bagaimana Eomma tahu?" pertanyaan bodoh dilontarkan oleh Baekhyun.

"Di rak sepatumu ada sepatu wanita. Eomma akan gila jika itu milikmu."

Baekhyun tertawa lalu kembali ke kamar. Sejauh ini, hubungannya dengan sang ibu mulai membaik.

"Taeyeon-ah."

"Hm?"

"Ayo kita sarapan. Eomma sudah menunggu."

"Eommeonim?" Taeyeon mendadak gugup, ini pertama kalinya akan bertemu dengan ibunya Baekhyun.

"Jangan khawatir. Walaupun hubunganku dengan Eomma tidak baik selama bertahun-tahun, Eomma adalah orang baik." Baekhyun tersenyum, lalu menggandeng lengan kekasihnya. "Kajja!"

Di saat bersamaan, Tuan Byun muncul bergabung di meja makan. Taeyeon menyapa orang tua Baekhyun dengan sopan lalu duduk di samping Baekhyun.

"Oh iya Taeyeon-ah, apa kau senggang hari ini?"

"Aku senggang, Eomeonim."

"Bagus, kita bisa keluar bersama," Ibu tersenyum menatap kekasih putranya, lalu beralih ke Baekhyun. "Hari Eomma pinjam kekasihmu."

Baekhyun mendengus. "Kalian akan kemana? Taeyeon dan aku harus–aw!" kakinya diinjak oleh kaki yang sejajar dengannya, tanpa melihat pun Baekhyun sudah mengetahui siapa yang melakukannya di bawah meja. "Arasseo! Kalian boleh pergi."

Mereka semua tertawa dengan jawaban Baekhyun yang terdengar terpaksa. Usai sarapan, Ibu Baekhyun dan Taeyeon keluar. Tuan Byun merangkul pundak putranya yang melihat bahu ibu dan kekasihnya menjauh.

"Sudahlah, biarkan saja. Ibumu hanya ingin kenal dekat dengan kekasihmu."

"Aku tahu. Tapi Appa tak perlu menginjak kakiku segala tadi!"

"Mian."

....

Ibu Baekhyun sedang duduk-duduk di sebuah cafe bersama Taeyeon. Di meja sudah tersaji minuman hangat masing-masing.

"Baekhyun sudah banyak cerita tentangmu. Kudengar kau juga yang mengajak Baekhyun mengunjungi makam adiknya."

"Benar. Aku minta maaf jika aku terlalu lancang."

Ibu Baekhyun menggeleng, lalu menyunggingkan senyuman. "Justru aku ingin berterimakasih kepadamu, karena Baekhyun bisa menghadapi masa lalunya."

Taeyeon tidak menjawab. Ibu Baekhyun sepertinya hendak kembali berbicara, rasa penyesalan terlihat di wajahnya.

"Sejujurnya, aku memang ibu yang buruk. Aku terlalu menyayangi putriku, hingga tanpa sadar aku menelantarkan putraku."

Sejak dulu, Ibu Baekhyun menginginkan anak perempuan sebagai anak pertamanya. Namun ia hanya mendapat kekecewaan saat Baekhyun-lah yang lahir pertama.Tiga tahun kemudian kekecewaan itu terobati karena kelahiran adik perempuan Baekhyun, Jisoo. Sayangnya, Ibu Baekhyun lebih menyayangi putrinya dan membuat Baekhyun terlupakan. Untungnya Baekhyun memiliki seorang ayah yang peduli padanya, jadi ia tidak merasa terabaikan.

Ibu Baekhyun kemudian melanjutkan, "Puncaknya setelah kecelakaan itu, aku semakin jauh dari putraku sendiri karena aku selalu menyalahkannya. Aku sangat memahaminya, jika akhirnya Baekhyun memutuskan tinggal sendiri setelah lulus SMA. Sesekali suamiku datang untuk mengujunginya, sementara aku terlalu gengsi untuk melakukannya. Lalu dua minggu sebelum masa wamil dimulai, Baekhyun datang ke rumah setelah sekian lama. Rasanya sangat berbeda melihatnya secara langsung dengan melihatnya di billboard yang terpajang di mall-mall besar."

"Bagaimana perasaanmu, Eomeonim?"

"Aku lebih senang melihatnya secara langsung." Ibu Baekhyun tersenyum lalu menggenggam tangan Taeyeon. "Aku sangat berterima kasih kepadamu karena membujuk Baekhyun untuk pulang, Taeyeon-ah."

.....

Sepasang kekasih berdiri di balkon menikmati suasana malam kota Seoul. Masing-masing memegang secangkir coklat hangat di tangan mereka.

"Apa yang kau bicarakan dengan ibuku tadi siang?"

"Dirimu."

"Apa? Eomma tidak berbicara aneh-aneh kan?"

"Aneh-aneh apa yang kau maksud?"

"Yah, bukan apa-apa." Baekhyun menyeruput minuman lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Oh iya, apa Hyung sering menginap selama aku tak ada?"

"Hanya sebulan sekali saja. Oppa sangat sibuk. Dan kalian benar-benar menyebalkan! Kalian menangkap penguntit itu tanpa memberitahuku."

"Karena kau pasti akan menolaknya, jadi aku dan Hyung harus mengusutnya diam-diam." Baekhyun bergeser ke samping, memeluk kekasihnya dari belakang. "Selama tujuh bulan ini, tidak ada sesuatu yang terjadi kan?"

Taeyeon menggeleng. Tidak ada peristiwa penting yang terjadi selain pengumuman kepada publik bahwa dirinya akan kembali ke industri musik.

"Aku lega tidak ada sesuatu yang terjadi. Besok bagaimana kalau kita pergi kencan?"

"Call!" 

.....

Malam ini pusat kota Seoul di penuhi pernak-pernik natal. Pohon natal mudah sekali dijumpai, sepanjang jalanan banyak toko-toko yang sengaja memajangnya sebagai hiasan. Cuaca dingin tak menyurutkan niat para pasangan untuk pergi berkencan.

Baekhyun mengetuk-ngetuk kakinya di lantai, menunggu kekasihnya turun ke lobi.

"Annyeong!"

Baekhyun tersenyum sumringah. "Annyeong!"

"Ayo, kita akan kemana?" Taeyeon memeluk lengan Baekhyun.

"Kau pasti lapar, kita ke restoran dulu."

Letak apartemen Taeyeon dengan pusat kota tidaklah jauh dan restoran yang akan mereka tuju ada di pusat kota. Jadi, kencan hari hanya berjalan kaki saja. Hidangan kemudian tersaji di meja, Baekhyun dan Taeyeon segera menyantapnya. Taeyeon merasa tidak asing dengan restoran yang disinggahinya.

"Kapan kau melakukan reservasi di restoran ini?" tanya Taeyeon.

"Sekitar dua bulan yang lalu. Aku melakukannya jauh-jauh hari karena katanya hari natal nanti restoran akan padat. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Bukan. Tapi Appa pernah bercerita bahwa restoran ini tempat Appa melamar Eomma. Apa kau pernah kesini sebelumnya?"

"Ti-tidak. Aku menemukannya di internet–ya, internet," dusta Baekhyun, ia sebenarnya menanyakan alamat dan nama resotan itu kepada tuan Kim. "Restorannya terlihat klasik, cocok denganmu yang menyukai hal-hal yang klasik."

"Eh begitu ya. Aku pikir Appa pernah bercerita kepadamu."

Baekhyun berpikir keras, ia harus merencanakan rencana kedua. Rencana pertama sudah hancur karena kecerobohannya, untung saja Baekhyun belum menyewa pengiring musik dan lainnya.

Selesai makan, mereka berjalan-jalan di sekitar pusat kota. Menikmati kehidupan orang biasa, bergandengan tangan seperti pasangan normal lainnya. Orang-orang terlalu sibuk, hingga tak menyadari pasangan selebriti berkencan di antara kerumunan.

Langkah Baekhyun berhenti dan Taeyeon juga ikut berhenti. Mereka berdiri di depan pohon natal raksasa yang bagian atasnya terkena butiran salju.

"Kenapa berhenti?" tanya Taeyeon.

Baekhyun merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah rantai kalung dengan cincin sebagai bandulnya. Baekhyun memasangkannya di leher Taeyeon. Taeyeon mengelus pelan cincin itu.

"Itu hadiah untukmu, lalu..." Baekhyun menelan ludah.

"Lalu?"

"Ada yang ingin aku katakan kepadamu."

"Apa?"

Baekhyun meraih pipi kekasihnya dan mengelusnya pelan. "Setelah masa bertugasku berakhir,

"Ayo menikah denganku!"     











🌸🌸🌸🌸🌸

Your Voice Like My Springtime [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang