Chapter 22

5.1K 149 3
                                    

Minggu yang melelahkan. Hari ini Dito ingin sekali pulang ke kosannya dan bermesraan dengan Bila. Namun, sialnya pagi ini ia dihubungi oleh Gery untuk segera ke kampus.

Sebetulnya project di laboratorium kemarin berjalan cukup baik. Dito juga sudah menitipkan sampelnya pada Pak Yahya, laboran di lab tersebut, untuk mengecek sampelnya pada jam jam tertentu yang sudah Dito beritahu.

Namun hari ini ia harus kembali ke laboratorium untuk menghitung hasil sampelnya. Meskipun ia sudah menitipkan Pak Yahya untuk sekalian menghitung hasil sampelnya, tiba tiba saja hari ini Pak Yahya sakit dan memberitahu Dito bahwa ia tidak pergi ke kampus hari ini.

Jadilah saat ini Gery, Dito, Raya dan Sinta pergi ke laboratorium untuk mengecek sampel mereka.

"Gilaaakkk, ini dekan ga mau adain lift apa? Gue tau kita fakultas teknik yang banyaknya orang keker semua tapi kalo harus naik turun tangga lima lantai kek gini cape lah woyy" keluh Gery.

"Bacot banget sih lo. Anak tekpang yang banyaknya cewe aja bolak balik ruang Androgini buat kuliah, tiap minggu lagih" ucap Raya yang kesal mendengar keluhan Gery.

"hah serius lo? Kantin kan di lantai bawah, terus mereka bolak baliknya gimana bejirr?" tanya Sinta.

"mereka bawa bekel sendiri, terus makan bareng di koridor. Gue waktu itu ga sengaja liat pas keluar dari stockroom dua. Menurut gue mereka bukan apatis sih, lebih ke- karena kondisi aja" jelas Raya.

"ohh.. Pantesan lo masih bertemen sama anak anak itu yaa, gue kira lu seambis itu makanya bertemen sama mereka" ucap Sinta.

Sementara itu Gery melihat Dito yang sangat santai berjalan menyusuri koridor dan menaiki tangga.

"lo keliatannya seger banget Dit, ga ada cape capenya gue liat. Padahal kemaren lu udah kek orang gila ngelab seharian" ucap Gery.

Dito tersenyum, sementara pikirannya masih berkelana menyusuri kejadian malam tadi. Tiba tiba saja ia menundukan kepalanya sembari tersenyum salah tingkah.

"wah, gila beneran temen lo Ger" ucap Sinta.

"ga, gue ga gila. Makasih Ger" ucap Dito.

"oke, berarti rencananya berhasil" ucap Gery tersenyum bangga.

"rencana apa? Kok gue ga tau apa apa? Lo ngapain?" tanya Raya penasaran.

"Dito sama Bila uda-"

"udah baikan" potong Dito.

Sinta menunjukan cengirannya, "pake kode kodean, dikira kita ga tau apa" ucap Sinta.

"lo udah pake nyawa kembarnya?" tanya Raya sambil menaik turunkan alisnya.

Dito hanya tersenyum sebagai jawaban.

"WAH? SERIUS?? cerita anjir!" ucap Sinta.

"apaan sih" ucap Dito yang masih tersenyum salah tingkah.

"ya udah gue tanya Bila aja" ucap Raya.

"sssttt.. Sudah yaa kawan kawan wanitakuu, biarlah itu menjadi rahasia dapur Dito" ucap Gery.

"mana bisa kaya gitu, itu kan bukti kalo omongan lo tentang 'nyawa kembar' itu rill no kaleng kaleng" ucap Sinta.

"mana tau lo boong kan" ucap Raya.

"lo bedua bisa ga fokusnya jangan kesitu duluu, mending lo urusin tuh sampel lu yang gagal" ucap Gery.

"sialan lu ya" ucap Raya.

"nanti gue kasih tau kalo anaknya cerita sendiri" bisik Gery pada Sinta dan Raya.

Mereka bertiga pun cekikikan seperti tikus yang sedang berpesta keju.

Roommate Neighbor [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang