Chapter 20

4.3K 139 8
                                    

Tak ada percakapan sedikit pun antara Dito dan Bila. Mereka sampai di kosan tepatnya di kamar Bila. Terlihat bahwa lemari Bila sudah dipindahkan, namun pintu besi masih sama.

"gue tau alesan lo ngehindarin gue"

"gue ga-"

"ga usah ngelak Bil, jelas jelas lo ngehindarin gue" ucap Dito yang berdiri tepat di depan pintu kamar Bila.

"lo ga ngerti"

"temen lo suka sama gue kan?"

Seperti petir menyambar hatinya, tiba tiba saja kupingnya terasa pengang mendengar ucapan Dito barusan.

"lo-"

"ngeliat reaksi lo kaya gitu berarti bener" ucap Dito.

Bila terdiam ia tak tahu harus merespon apa, yang dikatakan Dito benar.

Dito menarik nafas panjang, "gini Bil, menurut gue, lo ga harus ngejauhin gue hanya karena temen lo suka sama gue"

"ga bisa kaya gitu Dito! Lo ga tau apa apa!"

"temen lo itu udah ninggalin lo, ngejauhin lo demi perasaannya sendiri, terus lo ga boleh egois buat diri lo sendiri gitu?" jelas Dito bagaimanapun juga ia tidak boleh terpancing emosi.

"lo ga ngerti karena lo ga tau gimana rasanya jadi gue, gue ga bisa kaya gitu" ucap Bila.

"kalo gitu buat gue ngerti, jelasin sama gue Bil" ucap Dito sembari menggenggam kedua tangan Bila berharap Bila bisa tenang.

"gue mau kita break dulu, gue butuh waktu Dit" ucap Bila.

Luruh sudah semangat Dito untuk meyakinkan Bila, jika itu memang kemauan Bila ia tidak bisa terus terusan membujuk Bila.

Dito melepaskan genggaman tangannya, "oke kalo itu mau lo, tapi lo harus tau gue ga bakal tinggal diem kalo ini udah menyangkut hubungan kita" ucap Dito.

Dito keluar kamar Bila dan memasuki kamarnya.

Bila pun terduduk di tepi kasurnya, rasanya ia ingin sekali menangis. Ia tidak memiliki energy untuk membersihkan dirinya, Bila hanya ingin tidur dan bangun esok hari berharap esok hari akan lebih ringan dari ini.

Setelah meringkuk di kasurnya beberapa lama dan juga sempat menangis sebentar, Bila akhirnya tertidur dengan masih menggunakan baju yang sama.

Sedangkan Dito, kini terduduk di depan pintu kamarnya tepatnya di samping pintu besi, menatap Bila melalui pintu besi itu.

Ia tidak tidur atau lebih tepatnya tidak bisa tidur tanpa memastikan bahwa Bila tidur dengan nyaman.

Pikirannya sungguh kalut, hubungannya yang baru seumur jagung ini harus dihentikan sejenak hanya karena pertengkaran konyol Bila dan teman temannya.

Pertengkaran antar perempuan memang rumit pikir Dito.

Tak lama Dito kembali ke kasurnya dan istirahat, besok kelasnya mulai jam 10 pagi jadi ia bisa tidur sampai siang, percuma memaksa Bila agar ia mau diantar ke kampus olehnya, Dito lelah ia harus mempersiapkan energinya untuk besok pagi.

Pagi harinya Bila telah bersiap, lebih pagi agar ia tidak perlu bertemu dengan Dito, atau mendapati Dito yang memaksanya untuk diantar ke kampus.

Namun nihil, Bila justru penasaran dimana Dito? Apakah ia masih di kamarnya?

Bila mencoba melihat dari balik pintu besi, ia dapat sedikit melihat Dito yang sedang tertidur di kasurnya, samar samar juga ia mendengar dengkuran kecil yang Dito buat.

Tanpa sadar Bila menunjukan senyum kecilnya mendengar dengkuran kecil itu, namun detik selanjutnya ia tersadar. Hubungan ini mungkin akan berakhir tidak lama lagi, jadi ia tidak seharusnya tersenyum mendengar dengkuran yang dulu bisa ia dengar setiap kali bangun tidur.

Roommate Neighbor [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang