Siang sudah berganti menjadi malam, matahari sudah tenggelam dan berganti menjadi bulan dan bintang.
Di sebuah ruangan yang sering disebut public area di dalam kapal pesiar, sedang diadakannya pesta kecil-kecilan antar keluarga dan teman terdekat.
Mereka semua menikmati musik yang mengiringi pesta itu, sambil meminum wine yang disiapkan oleh pelayan.
Teman-teman Davin juga ikut memeriahkan pesta itu dengan bernyanyi diatas panggung.
Agatha dan Maura mereka berdua membuat pesta itu menjadi tawa, saat mereka berdua melakukan sulap konyol.
Semua orang bertepuk tangan pada setiap pertunjukan yang dilakukan.
Pipi Amoza kini sudah memerah akibat terlalu banyak meminum wine yang alkohol nya berkadar tinggi.
"Davin gue benci sama lo." Ucapnya sambil menatap pria itu.
Namun karena suara musiknya yang terlalu besar, membuat ucapannya tidak terdengar oleh pria itu.
Dan untungnya mereka berdua duduk jauh dari kedua orangtuanya. Mereka menikmati permusuhan dan pertarungan itu dalam diam.
Amoza yang sudah merasa sesak keluar dari dalam public area itu menuju Davit (Lokasi perahu penyelamat digantungkan).
Tidak tahu apa yang dipikirkan ia berada disana. Menurutnya pemandangan di sana terlihat bagus dan indah.
"Gue ga mau ada di sini." Ucapnya sambil menatap langit yang penuh dengan bintang bintang.
"Lo ngapain disini?" Tanya seorang pria yang tiba tiba berada disana.
"Aku pengen nyari udara." Jawabnya.
"Davin kamu ngapain disini?" Tanya Amoza kepada Davin yang kini berada disampingnya.
"Gue juga nyari udara." Jawabnya.
Mereka berdua menatap langit begitu lama, sampai salah satu dari mereka memutuskan untuk masuk kembali kedalam.
"Aku masuk dulu." Ucap Amoza yang memilih untuk pergi dari sana.
Namun karena tarikan seseorang membuat Amoza terjatuh bersamanya kedalam perahu penyelamat itu.
Tali yang menjadi pengikat perahu itu terlepas dan membuat mereka terpisah dengan kapal pesiar.
Mereka berdua menjadi tidak sadarkan diri, karena tidak sengaja membentur dinding kapal pesiar itu.
Musik yang terus mengiringi pertunjukan membuat semua orang melupakan pasangan pasutri itu.
Sampai seorang pembawa acara memanggil mereka berdua untuk naik ke atas panggung, barulah mereka semua sadar jika pasangan itu sudah tidak ada di dalam public area.
Musik berhenti dan menjadi kegaduhan, mereka semua mencari cari keberadaan Davin dan Amoza.
"Davin sama Amoza mana?" Tanya Nagita.
"Mungkin mereka udah ke kamar duluan." Jawab Eli.
Mereka semua berusaha berpikir positif, sambil terus mencari.
Agatha dan Maura juga berusaha menghubungi temannya itu, namun ponsel Amoza tertinggal di sini.
Arkana dan teman-temannya juga berusaha mencari ke setiap sudut kapal, namun mereka tidak menemukan keberadaan Davin dan Amoza.
Nagita dan Eli sudah menangis, mereka tidak tahu harus mencari keberadaan mereka dimana lagi.
"Bunda tenang dulu." Ucap Ryan berusaha menenangkan istrinya.
"Davin dan Amoza pasti ga akan jauh dari sini." Ucap Beni.
"Om tante, Amoza ga bawa hp. Ini hp Amoza tertinggal di meja." Ucap Agatha sambil memberikan ponsel Amoza.
"Davin juga ga bisa dihubungi om tante." Ucap Arkana.
Pelayan dan penjaga kapal pesiar pun sudah membantu mencari keberadaan mereka berdua.
Namun tetap saja mereka tidak ditemukan di dalam kapal ini.
"Kemungkinan mereka pergi menggunakan perahu penyelamat, karena perahu penyelamat tidak ada ditempat." Ucap salah satu penjaga kapal.
"Perahu penyelamat?Malam malam seperti ini, mau kemana mereka pergi?" Ucap Beni.
"Kita cari mereka Pak." Ucap Eli
"Maaf bu, ini sudah larut malam. Kami tidak bisa melakukan perjalanan, karena mungkin akan ada bahaya yang tidak di inginkan." Ucap penjaga itu.
"Tapi anak kita dalam bahaya diluar sana." Ucap Nagita.
"Maaf bu, kami tidak bisa melakukannya. Tolong ibu dan bapak bisa mengerti, saat matahari terbit kami akan langsung mencari keberadaan anak ibu bapak." Ucap penjaga itu.
"Kami akan menunggu." Ucap Beni mengambil keputusan.
Karena percuma jika mereka terus memaksa, hari sudah semakin gelap dan mereka kemungkinan juga akan ikut kehilangan arah.
"Amozaa." Lirih Maura mengkhawatirkan temannya itu.
Mereka semua khawatir dengan keberadaan mereka berdua, ditambah lagi mereka pergi saat larut malam.
Mereka memutuskan untuk menunggu dan beristirahat terlebih dahulu untuk menunggu pagi yang akan datang.
Kedua orang tua dari pasangan itu tidak bisa beristirahat dan tenang begitu saja.
Mereka masih memikirkan anak anaknya, mereka sangat sangat khawatir dan cemas.
"Amoza kemana si lo?" Tanya Agatha kepada orang yang tidak ada disana.
"Gue juga gatau kalau gue tau juga, gue pasti udah susulin dia buat balik kesini." Ucap Maura.
"Kalian berdua bisa diem ga?" Ucap Darren.
Mereka sedang berkumpul di balkon kapal, mereka mencoba melihat sekitar, siapa tau mereka bisa melihat keberadaan Amoza dan Davin.
Namun semua usaha yang dilakukan sia sia, mereka sama sekali tak terlihat. Mungkin karena hari sudah gelap.
"Lo itu ga punya jiwa perempuan, jadi ga usah banyak bacot." Jawab Agatha.
"Lagian Arkan lo ngapain si temenan sama si Darren ga jelas ini?" Tanya Maura kepada Arkana.
"Lo ga bisa ngatur gue mau temenan sama siapa." Bukan Arkana yang menjawab namun Darren.
"Lama lama kalian gue nikahin, gelut mulu." Ucap Juna, yang sudah kesal mendengar perdebatan itu.
"Gue nikah sama dia, ogah gila." Tolak Maura.
"Gue juga ga mau nikah sama sampah." Ucap Darren.
"SAMPAH?LO BILANG GUE SAMPAH?LO NGACA BRO, LO JUGA UDAH JADI SAMPAH BUAT GUE." Ucap Maura dengan suara yang cukup tinggi.
"Kalian pernah pacaran?" Tanya Arkana.
Terlihat jelas dari keduanya saat berbicara, mereka berdua seperti sudah mengenal lama.
Apalagi saat di dalam public area, Arkana sempat melihat Darren menatap Maura terus menerus.
"Dulu." Jawab Maura dengan suara yang sedikit pelan.
"Hah?!" Ucap Agatha terkejut.
"Kapan lo pacaran sama dia?Kok gue ga tau?" Tanya Agatha yang tidak mengetahui jika temannya itu pernah berpacaran.
"Lo bukan temennya, makanya ga dikasih tau." Ucap Juna mengompori.
"Waktu SMP." Jawab Maura.
"Cinta SMP tapi kayanya bakalan sampe cinta SMA juga." Ledek Juna.
"Ngga." Jawab Darren dan Maura secara bersamaan.
"Ciee jawabnya barengan." Ucap Agatha yang ikut mengolok-olok temannya itu.
"Balikan aja udah." Ledek Juna.
"Ogah." Ucap Maura dan Darren bersamaan lagi.
"Tuh kan barengan lagi." Ucap Agatha.
°
°
°
°
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Amoza (Transmigrasi)
Подростковая литератураBagaimana jadinya jika jiwa kita berpindah hanya karena tersengat lebah dari setangkai bunga yang kita petik sendiri. Kecelakaan itu terjadi kepada seorang gadis yang bernama Kinan Priscilla Zeana. Dia harus menerima takdir yang sangat ia benci. Nam...