28

6K 165 1
                                    

Pasangan yang kini masih tetap pada posisinya menatap satu sama lain.

Davin menimpanya hingga membuatnya sedikit terkejut, sekarang jarak diantara keduanya cukup dekat.

Sedikit canggung, namun sampai sekarang belum ada yang sadar dengan apa yang sedang terjadi.

'Kesempatan buat gue.' Batin Amoza.

Amoza bisa merasakan detak jantung Davin yang berdegup begitu kencang. Posisinya yang sekarang membuat ia tahu, jika pria itu juga bisa gugup saat didekatnya.

'Apa lo udah mulai suka sama gue Vin? Kalai gitu bagus, gue akan buat cinta itu semakin dalam.' Batinnya.

Amoza terus menatap pria yang kini terus menatapnya, ingin sekali ia mengubah posisinya namun itu adalah kesempatan yang sangat besar untuknya.

"Davin aku nyaman ada diposisi ini." Ucap Amoza memecahkan keheningan diantara mereka, sekaligus dapat menyadarkan Davin.

Davin yang akan tersadar dengan posisinya sekarang langsung terbangun, namun bukan Amoza jika ia tidak melakukan sesuatu.

Ia menarik kembali Davin hingga terjatuh menimpanya lagi, bahkan karena tarikannya yang cukup keras membuat bibir Davin menempel pada bibirnya.

'Terpaksa gue lakuin ini, abis ini gue harus cuci mulut pake kembang tujuh rupa selama tujuh hari tujuh malem, lewat tujuh turunan, tujuh tanjakan, dan tujuh tikungan.' Batinnya.

Amoza menahan tengkuk leher pria itu, hinggga membuat bibir mereka menempel begitu lama.

Bukan pria jika tidak tergoda dengan bibir seksinya. Davin jatuh kedalam perangkapnya.

Pria itu memperdalam ciumannya itu, bahkan pria itu melumatnya. Dan sekarang lidah nya sedang menjelajah di dalam mulut Amoza.

'Bukan singa kalau ga ganas, sial ini cowok, dikasih hati minta jantung.' Batinnya.

Kini pria itu melonggarkan dasi yang dipakainya, membuka satu kancing kemejanya saat merasakan napasnya sudah sedikit sesak.

Amoza yang sudah tidak kuat, memukul mukul dada bidang Davin agar melepas ciuman itu.

Pria itu bukannya melepaskan, ia malah memberinya napas buatan.

Amoza yang berpikir jika pria itu sudah dalam nafsu nya, langsung mendorong pria itu hingga menjauh darinya.

"Davin kamu mau bunuh aku?" Tanya Amoza.

Davin tidak menjawab sama sekali, ia masih memikirkan apa yang ia lakukan barusan.

Kini Davin lebih memilih untuk pergi dari sana, meninggalkan Amoza yang kini malah tersenyum miring kepadanya.

"Bagus Davin, gue pastiin lo bakalan jatuh cinta sama gue setelah ini." Ucap Amoza sedikit pelan .

Davin kini sedang terduduk dibawah pohon kelapa, ia menatap lautan, berharap bantuan akan cepat datang.

Pria itu melemparkan batu batu kecil ke arah depan sambil mengingat kejadian yang sudah ia lakukan.

"Davin awas!" Teriak Amoza yang ikut menyusul pria itu.

"AKHH." Teriak Davin saat seekor ular cobra menggigitnya.

Amoza dengan cepat mengambil ranting kayu, lalu mengusir ular itu.

Ia menghampiri Davin yang kini sedang meringis kesakitan akibat gigitan ular itu.

'Lo punya utang nyawa sama gue Davin.' Ucap Amoza, lalu menghisap bisa yang terdapat pada gigitan itu.

Amoza tahu jika terdapat racun dalam bisa itu, ia memang ingin membunuh pria ini, tapi tidak sekarang.

'Kenapa lo baik sama gue za?' Batin Davin saat melihat Amoza terus menghisap keluar bisa ular itu.

Setelah mengeluarkan semua bisa nya, Amoza memapah Davin pergi dari sana menuju batu besar, tempat peristirahatan mereka.

Amoza merobek cardigannya untuk diikatkan pada kaki Davin. Walaupun ia sudah mengeluarkan bisanya, ia masih takut jika masih ada racun di dalam gigitan itu.

"Kamu istirahat aja dulu, aku mau cari makanan." Ucap Amoza.

"Lo mau cari makanan dimana?" Tanya Davin.

Amoza memang sedikit bingung, namun setelah ia melihat sebuah kayu yang ujungnya tajam, ia langsung mendapatkan ide.

"Kamu tunggu aja, pokonya malam ini, kita ga akan mati kelaparan." Ucap Amoza.

Lalu Amoza pun pergi dari sana, membawa kayu itu sekalian.

Amoza berjalan ke arah air laut yang tidak terlalu dalam. Dapat dilihat dari sana, kalau banyak ikan yang bisa ia tangkap.

Air yang jernih membuat ia dengan mudah menemukan keberadaan ikannya.

Sebelum menangkap ikan, Amoza sudah menyiapkan sebuah wadah untuk ikannya itu.

Amoza sangat senang, menangkap ikan ikan yang begitu mudah.

Setelah dirasa sudah cukup, ia pun langsung membersihkan ikan ikan itu. Lalu menusuknya, untuk dibakar diatas api unggun.

Tidak lupa ia juga menyiapkan air untuk nanti minum, untung saja di dekat sana ada mata air.

Bukan hanya menangkap ikan dan air, ia juga harus menyiapkan kayu untuk membuat api unggun.

Semua itu ia siapkan sendiri, tanpa bantuan Davin.

Amoza menyalakan api dengan menggunakan batu, ia ingat tentang menghasilkan api dengan menggosokkan kedua batu secara bersamaan hingga menimbulkan percikan api.

"Sini biar gue coba." Ucap Davin saat melihat Amoza tidak bisa melakukannya.

Setelah beberapa gosokan api pun muncul dan langsung membuat api yang cukup besar.

Amoza mengambil ikan itu, lalu membakarnya.

"Davin kamu makan duluan." Ucap Amoza, sambil memberikan ikan yang sudah matang duluan.

Api yang tidak terlalu besar itu, membuatnya harus membakar ikan satu persatu.

"Lo aja dulu, lo yang pasti cape dan butuh energi." Ucap Davin.

"Kamu aja vin, aku masih bakar ikannya."  Ucap Amoza.

Amoza melanjutkan untuk membakar ikannya, walaupun ia juga sudah sangat lapar.

'Kenapa lo baik sama gue za?Apa gue harus maafin lo dan coba buat lupain dendam itu?' Batin Davin sambil menatap Amoza.

Davin mengambil ikan itu, lalu memakannya. Ikan yang dibakar Amoza matang dengan sempurna.

Tangannya terulur untuk memberikan daging ikan itu kepada Amoza.

"Nih." Ucapnya.

Amoza pun menoleh saat Davin hendak menyuapinya. Amoza tersenyum, lalu menerima sepotong ikan itu.

"Lo juga makan, jangan manja karena mau disuapin." Ucap Davin sambil memberikan sepotong ikan itu.

'Masih gengsi ternyata.' Batin Amoza.

Sambil membakar ikan, Amoza juga sambil makan ikan milik Davin. Mereka membagi ikannya untuk dimakan bersama.

Bersamaan dengan habisnya ikan itu, ikan yang sedang dibakar pun akhirnya matang.

Mereka bisa melanjutkan memakannya, hingga mereka kenyang dan bisa tertidur pulas.

Karena sudah larut malam dan cuaca semakin dingin, Amoza menambah kayu bakar itu untuk membuat api yang cukup besar dan bertahan lama.

Amoza juga sudah menyiapkan daun pisang sebagai alas untuk mereka tidur.

"Ini daun pisang buat alas kamu, aku udah siapin." Ucap Amoza sambil memberikan daun pisang itu.

"Terus lo?" Tanya Davin.

"Aku udah siapin punya aku juga." Jawab Amoza.













°
°
°
°
°

Amoza (Transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang