Hari yang sudah mulai gelap, disitulah semuanya berkumpul dan kembali ke awal sesuai kemauannya.
Berada diruang yang sama, membuat Amoza merasa senang bertemu kembali dengan teman-temannya.
Amoza sesekali menatap seorang pria yang kini masih menatapnya tajam, pria itu duduk disampingnya sambil terus membisikkan sesuatu.
"Aku kan udah bilang sama kamu ganti bajunya, kenapa ga nurut." Ucap Mahen dengan suara yang sedikit pelan.
"Lo ga bisa ngatur gue!" Tegas Amoza dengan suara yang dipelankan.
"Amoz—" Ucap Mahen terpotong saat Amoza langsung pergi menghampiri teman-temannya.
"Agatha, Maura, gimana kalian selama ga ada gue?" Tanya Amoza yang mengabaikan Mahen.
"Za, lo makin cantik aja." Ucap Juna yang membuat Amoza tersenyum.
"Pesenan yang biasa kita beli, kenapa belum sampai ya?" Tanya Maura.
Mahen dan ketiga temannya itu sedikit bingung, pesanan apa yang dimaksud gadis itu.
"Gue cek dulu." Ucap Agatha sambil membuka layar ponselnya.
Ketiga gadis itu sama sama sibuk melihat ponsel yang digenggam Agatha, mereka juga sampai tersenyum melihatnya.
"Apa yang mereka pesen hen? Lo tau?" Tanya Darren kepada Mahen yang kini berada disampingnya.
Mahen menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak tahu.
"UDAH SAMPAI." Teriak ketiga gadis itu sambil berdiri.
Ting
Suara bel berbunyi, tepat saat mereka berteriak.
"Biar gue aja yang ambil." Ucap Maura yang sangat bersemangat.
Amoza dan Agatha menganggukkan kepala, mereka membiarkan Maura untuk mengambil pesanan mereka.
Keduanya kembali duduk, sambil terus tersenyum. Tingkah mereka membuat para pria itu kebingungan.
"Amoza apa yang kamu pesen?" Tanya Mahen sambil menatap Amoza.
"Apapun itu bukan urusan lo." Jawab Amoza, yang diakhiri dengan senyuman nakal.
Mahen menarik napasnya, ia harus terus bersabar menghadapi Amoza, yang semakin membuatnya kesal.
"Pesanan datang." Ucap Maura yang baru saja datang dengan membawa sebuah kotak yang sedikit besar.
Maura meletakkan kotak itu tepat didepan kedua temannya. Mereka akan membuka kotak itu bersama, seperti dulu.
"Satu, dua, ti...gaaaa" Ucap mereka menghitung sebelum membuka kotak itu.
Mata mereka berbinar saat pesanan yang mereka pesan sesuai, memang sangat menyenangkan jika mengobrol dengan adanya ini.
"Amoza siapa yang izinin kamu buat minum minum?" Tanya Mahen yang melihat isi kotak itu adalah sebuah minuman beralkohol.
"Sht, mending lo diem dan minum ini." Ucap Amoza sambil memberikan sebotol minuman itu kepada Mahen.
Mereka memesan begitu banyak minuman, Amoza dan kedua temannya itu sudah merencanakan hal itu.
Mereka akan bersenang-senang malam ini, sifat Amoza akan kembali kedalam dunia bebasnya lagi.
"Gue boleh minta ga?" Tanya Juna.
"Ambil aja." Jawab Agatha sambil ia juga mengambil sebotol minuman itu.
"Za, musikk." Ucap Maura meminta sebuah musik.
Untung saja apartemen itu kedap suara, jadi mereka bisa menyalakan musik sesuai keinginannya.
Amoza menyalakan musik itu dengan suara yang sedikit keras, ia juga mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu bar.
Tanpa Mahen ketahui, Amoza sudah menyiapkannya.
"Asik juga nih cewek cewek." Ucap Darren yang mulai ikut bergoyang.
Lampu kelap-kelip dan suara musik disko membuat mereka merasakan berada disebuah bar.
"Kita tos dulu dong." Ucap Maura sambil mengangkat sebuah botolnya.
Arkana dan yang lainnya juga ikut, kecuali Mahen yang masih duduk terdiam menatap Amoza.
Mata Mahen sama sekali tidak berubah, ia tetap menatap Amoza. Pria itu terus memperhatikannya, ia takut jika Amoza mabuk dan berbuat hal yang akan membuatnya marah.
"Udah cukup za." Tahan Mahen saat Amoza hendak mengambil sebotol minuman itu lagi.
"Minuman ini ga akan buat gue mabuk Mahen, mending lo ikutan." Ucap Amoza sambil menarik Mahen agar ikut dengannya.
Amoza membawa Mahen untuk ikut bergoyang bersama yang lainnya, ia juga memberikan sebotol minuman itu kepadanya.
"Cobain." Ucapnya sambil menyuapi Mahen.
Mau tidak mau pria itu meminumnya, Amoza yang melihat itu merasa sangat senang.
"HEH, LO SEMUA DENGER. INI MINUMAN PUNYA GUE YA." Ucap Juna berteriak, karena suara musik yang begitu keras.
"ENAK AJA LO, INI MINUMAN PUNYA KITA. KITA YANG PESEN." Ucap Agatha yang sudah dalam keadaan mabuk.
"IYA JUN, LO NGOMONG GAMPANG BANGET LO, MAIN NGAKU NGAKU AJA." Ucap Maura yang ikut menjawab.
"GUE AMBIL, KEBANYAKAN BACOT LO PADA!" Ucap Darren yang langsung mengambil kotak minuman itu.
"HEH, AWAS KALAU LO BERANI SENTUH KOTAK ITU!" Ucap Maura yang menahan Darren.
"BUAT GUE AJA SEMUANYA." Ucap Darren sambil merebut kotak itu dari tangan Maura.
"LEPASIN! GUE GA SUDI YA, NGASIH SEMUA MINUMAN INI KE LO." Ucap Maura yang tak mau kalah.
Mereka terus saja berebut kotak, sementara Amoza dan Mahen, mereka sedang asik bersama.
Mereka berdua menari bersama dengan tenang tanpa memedulikan teman-temannya yang sedang bertengkar.
"Amoza cukup ya." Ucap Mahen, Amoza menggelengkan kepalanya tanda tidak mau.
Ia tidak akan berhenti sebelum semuanya bersenang-senang.
"Mahen nikmati aja, lo ga akan dapet kesempatan dua kali buat sedeket ini sama gue." Ucap Amoza yang kini berada di pelukan Mahen.
"BALIKIN!" Teriak Maura saat Darren berhasil merebut kotaknya.
"INI PUNYA GUE!" Ucap Darren yang langsung membawa kotak itu menjauh dari Maura.
"DARREN, LO ITU YA NGESELIN!" Kesal Maura, sambil mengejar Darren.
"TANGKAP DIA MAURAA." Teriak Agatha yang kini sedang terduduk.
Agatha sudah merasa pusing, ia tidak punya tenaga lagi untuk melanjutkan bergoyang.
"DARREN SIALAN LO YA! AWAS AJA KALAU GUE BERHASIL TANGKAP LO!"
Darren yang terus berlari dan melihat kearah belakang, tidak melihat jika didepan nya ada Amoza.
Amoza dengan mudah dapat mengambil kotak itu.
"AMOZA KOTAK KITA, JANGAN DIKASIH LAGI KEORANG BRENGSEK ITU." Ucap Maura yang baru saja sampai disana.
Mahen menghentikan musiknya, ia menatap Amoza yang kini sedang melangkahkan kakinya menuju sofa.
"ITU PUNYA KITA!" Ucap Maura dan Darren bersamaan sambil menunjuk kotak yang sedang dipegang Amoza.
"PUNYA GUE!" Ucap Maura dan Darren bersamaan lagi.
"LO BERANI NGIKUTIN UCAPAN GUE." Ucap mereka bersamaan lagi.
"JELAS JELAS LO YANG NGIKUTIN GUE." Ucap mereka bersamaan lagi.
"STOP!" Teriak Amoza yang sudah pusing mendengar perdebatan mereka berdua.
"Gue nikahin juga lo berdua." Ucap Juna.
"Gue nikah sama dia? Dih ogah." Ucap Maura dan Darren bersamaan lagi. Mereka berdua saling tatap dan melototi satu sama lain.
°
°
°
°
°
KAMU SEDANG MEMBACA
Amoza (Transmigrasi)
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika jiwa kita berpindah hanya karena tersengat lebah dari setangkai bunga yang kita petik sendiri. Kecelakaan itu terjadi kepada seorang gadis yang bernama Kinan Priscilla Zeana. Dia harus menerima takdir yang sangat ia benci. Nam...