"Waktunya tinggal tiga puluh detik lagi." Ucap Mahen yang melihat waktu pada bom itu terus berjalan.
Mahen dengan segera mengambil sebuah kursi, ia mengangkat nya menuju jendela.
Mahen memukul mukul jendela itu menggunakan kursi agar pecah dan ia bisa mengeluarkan bom itu, sebelum bom itu meledak.
"Kak bantuin gue." Ucap Mahen meminta bantuan Davin.
Dengan segera Davin pun datang membantu Mahen. Davin juga membawa kursi untuk memecahkan kaca jendela itu.
"Cepetan, waktunya tinggal lima belas detik lagi." Ucap Amoza yang menunggu disana.
Amoza sedikit panik, ia ingin membantu mereka memecahkan kaca itu, namun Mahen melarangnya.
Prangg
Mereka langsung menutupi wajah mereka, saat kaca jendela berhasil dipecahkan.
"Sepuluh detik." Ucap Amoza sambil memberikan bom itu kepada Mahen.
"Aku akan tunggu pada tiga detik terakhir." Ucap Mahen sambil menatap Amoza.
"Lo mau ngapain?" Tanya Amoza, jika bom itu dilemparkan keluar, itu akan sangat berbahaya.
"Aku akan lempar bom ini ke udara, biar bom ini meledak di atas." Jawab Mahen.
Untung saja ia memiliki ide seperti itu, jika tidak mereka mungkin akan mati di dalam apartemen.
Mahen sudah bersiap siap untuk melemparkan bom itu, pada detik detik terakhir.
Amoza kini sudah menutup kedua telinganya, ia memejamkan matanya.
"Lima, empat, tiga, dua." Ucap Mahen lalu melemparkan bom itu ke udara dan..
BOMM
Bom itu meledak di udara tepat waktu, percikan api dari bom itu sangat besar dan bom itu mengeluarkan suara yang cukup keras.
Orang orang didalam gedung itu keluar dan melihat, mereka juga dibuat terkejut saat melihat bekas bom yang terjatuh dari langit.
Orang orang sangat ricuh, mereka dibuat panik. Namun para penjaga apartemen membantu menenangkan mereka.
"Amoza bom nya sudah tidak ada." Ucap Davin yang melihat Amoza masih menutup telinga dan matanya.
Perlahan Amoza membuka matanya, ia mengintip kearah Mahen yang sudah tidak memegang bom itu.
"Bom itu udah meledak?" Tanya Amoza.
Kedua pria itu mengangguk, yang membuat Amoza langsung bernapas dengan tenang.
Amoza mengelus dadanya yang sudah berdetak panik sedari tadi, untung saja ia bisa melewati hal yang bisa membuatnya merasakan mati kembali.
"Kalau gitu gue mau balik." Ucap Amoza.
"Tunggu." Tahan Mahen.
Amoza menatap Mahen yang melangkahkan kakinya mendekatinya.
Amoza menghela napasnya, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh pria ini lagi.
"Jangan pulang Amoza, diluar bahaya. Aku yakin orang bertopeng itu pasti bakalan lakuin sesuatu hal jahat juga di apartemen kamu." Ucap Mahen.
"Betul apa yang dikatakan Mahen, kamu sebaiknya jangan jauh jauh dari kami." Ucap Davin yang ikut mengkhawatirkan Amoza.
"Terserah deh." Ucap Amoza yang dirinya juga sedang merasa takut dan gelisah.
Davin dan Mahen mengecek seisi apartemen itu, mereka takut jika orang bertopeng tadi menyimpan sesuatu yang berbahaya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amoza (Transmigrasi)
Teen FictionBagaimana jadinya jika jiwa kita berpindah hanya karena tersengat lebah dari setangkai bunga yang kita petik sendiri. Kecelakaan itu terjadi kepada seorang gadis yang bernama Kinan Priscilla Zeana. Dia harus menerima takdir yang sangat ia benci. Nam...