Bab 3

417 42 1
                                    

Aqua sudah siap dengan tas kecilnya, menunggu Arthur di balik pintu ruangan sang Ratu. Sementara di dalam sana, Arthur tengah berbicara dengan Ratu Melisa—lebih tepatnya meminta ijin membawa Aqua untuk tinggal di kediaman lelaki itu sementara waktu.

Meskipun semuanya bohong. Sebenarnya Aqua merasa bersalah karena telah menumbalkan Arthur, lelaki yang selama ini selalu ada untuknya. Namun Aqua tidak punya pilihan lain. Dirinya hanya ingin menyelamatkan Rius dan hanya Arthur yang bisa membantunya bisa keluar dari Istana bawah laut dengan aman, tanpa harus menjadi buronan sang ibu.

Terlalu asik dengan lamunannya, Aqua sampai tidak sadar saat Arthur telah berada di sebelahnya. Menyampirkan selembar kain yang dipakainya di bahu Aqua dan mengikatnya di depan. Aqua tertegun saat menyadari perhatian kecil itu.

"Bawalah itu bersamamu. Setidaknya akan menghangatkan tubuhmu nanti."

Aqua menyentuh kain yang merupakan pakaian Arthur itu dan mengangguk seraya tersenyum. Melihat Arthur yang saat ini berada di hadapannya, lalu menggandeng tangannya menjauhi gerbang Istana membuat Aqua luar biasa bahagia. Bukankah ini artinya, mereka berhasil.

"Kau berhasil meyakinkan ibuku?" Tanya Aqua.

"Hm."

"Luar biasa. Semudah itu."

Arthur tidak menjawab. Lelaki itu lebih memilih menarik bahu Aqua merapat ke tubuhnya dan mereka berenang beriringan. "Ratu Melisa sedang memperhatikan kita di belakang sana, Aqua."

Aqua mengangguk. Paham betul ibunya itu. Namun, Aqua tetap tidak bisa menahan rasa bahagianya karena untuk yang pertama kalinya akhirnya dirinya bisa keluar dari Istana tanpa harus sembunyi-sembunyi.

Aqua langsung memeluk pinggang Arthur dari samping. "Terima kasih Arthur."

🌊🌊🌊

Arthur tahu ini salah. Dirinya baru saja membohongi ratu negeri bawah laut serta mendorong Aqua menuju marabahaya. Namun, Arthur tidak berdaya. Meskipun akal dan logikanya terus memperingatkan, hatinya lemah jika itu menyangkut Aqua.

Melihat wajah Aqua yang luar biasa cerah serta semangat gadis itu, Arthur mau tidak mau membiarkan hatinya menang. Mengabaikan akal sehatnya sendiri.

"Sudah sampai. Arthur, aku pergi!"

"Aqua!" Aqua berhenti berenang dan memutar pandangan ke arah Arthur. Menunggu lelaki merman itu yang hendak mengatakan sesuatu.

"Berjanjilah untuk kembali dengan selamat...." Arthur menghela napas dengan gusar. "Bersama adikmu."

"Pasti," angguk Aqua, penuh percaya diri.

Aqua kemudian melanjutkan berenang maju, namun tiba-tiba berbalik arah dan berenang cepat untuk memeluk tubuh Arthur. Arthur yang awalnya terkejut segera membalas pelukan Aqua dan mengusap punggung gadisnya itu.

"Terima kasih, Arthur. Terima kasih atas bantuanmu. Aku pasti akan membalas mu suatu saat nanti."

Setelahnya Aqua menarik diri, melabuhkan ciuman perpisahan tepat di pipi Arthur dan bergegas melarikan diri. Arthur tertegun mengamati kepergian Aqua yang semakin jauh, namun segera tersenyum saat mendapatkan kesadarannya kembali. Diusapnya pipi kiri bekas kecupan bibir Aqua, bibir Arthur tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar bahagia.

"Hati-hati, Aqua."

🌊🌊🌊


Malam itu terasa sangat dingin. Namun Aqua bangga pada dirinya sendiri yang berhasil mendarat di bibir pantai terpencil.

AQUARIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang