Bab 7

419 34 1
                                    

"Katanya setelah menikah akan langsung mengantar Rius pulang. Sekarang kita sudah menikah. Ayo, antarkan Rius pulang." Rius terus menagih janji pada King Albartaz yang kini berdiri di belakangnya, melingkupi tubuh mungilnya dengan tubuh kokoh itu.

Untuk acara puncak atau proses terakhir dari ritual pernikahan mereka berdua harus melakukan sex untuk yang pertama kalinya di hadapan seluruh rakyat Agathea. Rius yang polos tidak mengetahui tradisi itu.

"Nanti sayangku."

"Nanti kapan?"

"Setelah ritual malam pertama kita," ucap King Albartaz, sambil mengecupi sepanjang bahu gadisnya itu. Sebentar lagi, puncak bulan purnama tiba dan itulah waktu yang tepat untuk mendapatkan berkat dari alam semesta.

Beruntung, Rius tidak berontak dan kini menjadi jauh lebih rileks setelah King Albartaz memberi perintah untuk menurunkan bingkai serupa kelambu untuk melindungi mereka berdua sekaligus membatasi pandangan Rius pada beberapa rakyat Agathea yang juga akan melakukan sex dengan pasangan masing-masing.

"Rius masih tidak mengerti fungsi dari bingkai kelambu itu."

"Untuk melindungi pandangan matamu dari mereka semua."

"Tidak ada bedanya masih kelihatan tuh."

"Setidaknya, kau tidak lagi gemetar sekarang."

Rius terdiam. Membenarkan perkataan King Albartaz yang kini sudah beralih memeluk tubuhnya dari arah belakang. Jemari kokoh pria iblis itu bahkan sudah melancarkan aksinya, menelusup masuk kedalam dress yang tersingkap sebatas pinggang.

Rius memekik terkejut saat King Albartaz menyentuh pusat tubuhnya, sementara mulutnya telah bekerja mengulum daun telinga sang gadis.

"Ahh! B-berhenti...."

Suara riuh di kelilingnya membuat Rius panik. Dia tidak bisa menahan desahannya saat King Albartaz semakin membuatnya tidak berdaya, padahal mereka masih berada di tempat umum. Seakan memang sengaja, pria iblis itu membuatnya mengeluarkan suara desahan nyaring yang disambut erangan seluruh rakyat Agathea yang menyaksikan sekaligus mendengarkan dengan antusias.

"Aduh... Hentikan."

"Kau harus cukup basah sayangku. Aku tidak ingin menyakitimu nanti."

"J-jangan... jangan disini. Ahh!"

"Sekarang, keluarlah!" Rius menggigil saat merasakan sesuatu mengaliri celah miliknya dibawah sana. Kedua kakinya terasa lemas dan dia hampir jatuh ke arah depan andai lengan kiri King Albartaz tidak menahannya untuk tetap berdiri.

Rius lemas bukan main saat merasakan sensasi  yang baru saja dirasakannya. Diatas langit, bulan semakin merah membuat semua makhluk bersiap menyatukan tubuh dengan pasangan masing-masing. Pun King Albartaz yang telah membawa Rius untuk berbaring dibawah, ingin membuat tubuh Rius rileks lebih dulu. Karena ini yang pertama, Albartaz ingin meninggalkan momen yang berkesan di hati sang ratu.

🌊🌊🌊

Gadis itu memutuskan untuk beristirahat sejenak karena kedua kakinya mulai letih. Puncak bulan purnama tengah berlangsung dan Aqua menyaksikan sendiri di tempat ini. Dulu, saat masih berada di laut, Aqua dan Rius selalu mencuri waktu melarikan diri untuk naik ke daratan hanya demi bisa melihat cahaya bulan yang memerah seperti saat ini.

Tapi sekarang. Dirinya sendirian. Ditengah hutan belantara tanpa ada siapapun. Aqua bahkan tidak terlalu yakin dirinya bisa sampai di negeri Agathea—mengingat terlalu banyak rintangan yang harus dihadapinya untuk tiba di negeri kegelapan itu.

AQUARIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang