Bab 11

888 62 3
                                    

Hujan tiba-tiba turun mengguyur bumi. Aqua terpaksa harus berteduh terlebih dahulu. Beruntung, Aqua sudah tiba disebuah pedesaan. Melihat sebuah gubuk yang atapnya terbuat dari tumpukan Jerami, tanpa berpikir panjang Aqua langsung bergabung dengan warga desa yang juga tengah berteduh.

"Sepertinya kau pendatang baru, nona? Kami tidak pernah melihatmu sebelumnya?"

Aqua yang tengah membenahi rambutnya yang sempat basah menoleh kearah orang di sebelahnya itu.

"Y-ya. Saya dalam perjalanan menuju Desa sebelah." Sejujurnya, Aqua tidak tahu keberadaan desa di pulau itu. Aqua hanya asal mengatakannya karena hanya itu alasan yang terlintas dalam kepalanya untuk menjawab pertanyaan penuh minat orang-orang di tempat itu.

Pun Aqua juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan orang-orang di sana tentang identitasnya yang seorang mermaid.

"Oh—Desa Ottoman? Lalu dari mana kau berasal? Di pulau ini kan hanya ada dua desa nona?"

Aqua terdiam. Saat menyadari sesuatu Aqua pun mengumpat. Jika ditelaah, jelas pertanyaan orang itu—mencurigainya. Apalagi saat terang-terangan orang itu bilang kalau di pulau ini hanya ada dua desa. Desa tempat Aqua berteduh saat ini dan Desa Ottoman.

Dan jika Aqua dalam perjalanan melewati Desa ini menuju Ottoman, jelas saja dipertanyakan dari mana asal Aqua jika bukan dari kedua desa itu. Mengingat di pulau ini, sudah menjadi rahasia umum kalau bukan hanya kaum manusia yang tinggal dan menetap melainkan juga banyak siluman dan makhluk yang lainnya juga.

"Emm.. Itu. Sebenarnya saya berasal dari Desa Ottoman. Saya sempat tersesat dan lupa jalan pulang. Karena itulah saya malah terdampar disini." Terang Aqua, berusaha setenang mungkin saat menjelaskan.

Aqua hanya bisa berharap semoga orang-orang itu percaya. Aqua menatap rintik hujan dibawah kakinya dengan gelisah saat orang-orang disebelahnya itu masih terus memperhatikan dirinya.

"Oh.. Begitu." Orang disebelahnya mengangguk. Lantas tersenyum saat mengulurkan tangannya ke arah Aqua. "Maaf karena kami banyak ternyata. Kami hanya penasaran karena kau terlihat begitu cantik dan jelas bukan berasal dari Desa ini. Namaku Gempita. Kalau kau?"

Aqua mengamati uluran tangan itu sebelum buru-buru membalasnya. "A—Athalia.. Ya, nama saya Athalia," kata Aqua. Memutuskan untuk menyamarkan namanya. Aqua hanya ingin mencari aman saja.

"Omong-omong, hujannya sepertinya akan cukup lama. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari tempat ini. Bagaimana kalau kau berteduh di sana dulu."

Aqua tampak berpikir keras. Tidak seharusnya ia mempercayai orang asing—terlebih seorang manusia. Namun, jika dipikir-pikir lagi, Aqua pun butuh tempat yang nyaman untuk beristirahat barang sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang pasti sangat melelahkan. Apalagi, dia tidak bisa melanjutkan perjalanan sebelum hujan benar-benar reda karena airnya bisa membuat kaki Aqua berubah menjadi ekor mermaid nanti.

"Bagaimana? Kau bisa makan dulu di sana untuk mengisi tenagamu. Kau pasti lapar kan?"

"Apakah ada rumput laut?"

Wanita manusia itu menaikan satu alisnya dan tersenyum. "Ternyata kau suka rumput laut ya. Ada kok, nanti akan saya masakan untukmu olahan rumput laut spesial."

Aqua berbinar mendengar itu. "Baiklah. Saya mau, Nona."

🌊🌊🌊

Arkeolus tengah duduk di atas batang pohon sambil menciumi kalung dengan liontin ekor duyung berwarna emas yang dia curi dari Aqua. Pangeran Vampire itu tampak memejamkan kedua mata, tengah membayangkan menciumi aroma Aqua melalui benda itu.

AQUARIUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang