***
.
.
.
“Yang Mulia.”
“Saya berkelana dari tempat yang sangat jauh itu semata hanya untuk menemui putri anda.”
Riuh ricuh tepuk tangan dan siulan dari penonton memenuhi panggung teater. Bahkan Wonbin, si manis sesekali melirik bangku penonton dengan pandangan khawatir, cemas dengan segala keramaian ini.
“Pangeran Oli Ababwa. Tentu saja, aku sangat senang bertemu denganmu.” Sultan Chenle menyambut kedatangan meriah Seolladin dengan salaman hangat.
“Dia Jahoon penasehat istana, dia juga sangat senang bertemu denganmu.” lanjutnya dengan diselingi tawa sederhana.
Yang disebut namanya menatap dengan pandangan tidak suka, bahkan beo yang bertengger di pundak ikutan cemberut.
“Sangat senang.” ketusnya.
“Tuanku, saya rasa saya perlu berbicara dengan anda.” lanjutnya.
Tanpa aba-aba, Jahoon langsung membawa tangan Sultan Chenle yang tadinya bersalaman dengan Seolladin untuk dia bawa menepi. Nadanya mulai merendah menandakan bahwa sekarang saatnya untuk bisik-bisik.
“Tuanku, demi putri Jasbinie saya menyarankan untuk tidak menerima lamaran Pangeran Abooboo--
“Dia Ababwa.”
“Terimakasih, Pangeran Abooboo--
“Ababwa.”
“Pangeran Ababwa, kita tidak tahu darimana asalnya. Kita hanya tahu bahwa dia berasal dari antah berantah yang tidak di undang oleh anda dan seenaknya membuat parade di istana. Saya takut ini akan menjadi bencana untuk putri.” Sebuah tentangan dari penasehat istana.
"Tapi Jahoon, dia seorang pangeran. Mataku tidak akan pernah salah menilai seseorang.”
“Jika pun kita beruntung, kau tidak akan bisa menikahi putriku haha.”
Satu tatapan marah semakin menjadi-jadi. Jahoon segera menghampiri Seolladin yang menatapnya penuh remeh.
“Pangeran Abooboo--
“Ababwa.”
“Terserah, sebaiknya kau segera membatalkan lamarannya dan pergi dari istana.”
Seolladin menatap Jahoon dengan satu alis yang terangkat, lantas jari telunjuknya dia bawa dengan penuh tekanan mendorong bahu Jahoon.
“Tuan penasehat, apa hak mu melarangku untuk melamar putri?”
Sebuah suara gertakan gigi terdengar
“Tuanku, pemuda ini tidak berbeda dari pemuda-pemuda yang sebelumnya. Apa saja yang membuat dia dengan percaya diri berpikir bahwa dia pantas untuk Sang Putri?” Penekanan pada setiap akhir katanya.
Seolladin menatap Jahoon dengan pandangan remehnya, lantas kembali membalas perkataan si penasehat istana tanpa memalingkan pandangan barang satu jengkalpun pada musuh di depannya.
“Yang Mulia, saya Pangeran Oli Ababwa. Izinkanlah saya menemui putri Jasbinie, sudah seratus persen saya yakin bahwa saya akan memenangkan hati putri anda.” yakinnya.
Mereka bertengkar, saling berdebat di aula istana, mungkin tanpa sadar mereka melupakan kehadiran satu orang lagi di sini. Putri Jasbinie, yang sedari tadi menahan amarahnya yang akan meletup karena mendengar perdebatan mereka. Sungguh memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Song | SeokBin
FanfictionWanita mana yang tidak akan tergila-gila begitu nama Song Eunsok dikumandangkan? Silver Stone adalah julukan yang resmi ditujukan pada Song Eunsok, sang buaya kelas kakap dari kelas 3-3. Tapi di balik semua tingkah lakunya yang kerap kali menggoda...