***
.
.
.
Libur Natal sudah terlewat dan musim dingin melipur enam bulan kemudian. Dalam enam bulan itu, para siswa sudah tidak dikejutkan lagi dengan keberadaan seorang Princess sekolah dan Pangeran Batu yang selalu bersama bagai amplop dan perangkonya. Secara tidak langsung, banyak dari kaum fujodanshi yang tersebar di sekolah menjadi shipper mereka. Tanpa keduanya sadari.Ujian pertengahan semester di semester genap ini sudah dilaksanakan, tinggal menunggu waktu tiga bulan lagi dan angkatan Eunseok akan hengkang dari sekolah. Itu menjadi alasan kedua pasangan itu semakin menempel dan menempel, perubahan sikap Eunseok benar-benar signifikan. Pria batu itu sewaktu-waktu menjadi sangat clingy dan manja, tetapi sewaktu-waktu juga menjadi orang yang hangat dengan luaran dingin, Eunseok seperti tampak tidak peduli namun nyatanya pria itu memberi perhatian besar pada Wonbin. Daripada itu, Eunseok lebih suka menunjukkan afeksinya dengan sentuhan fisik, dan Wonbin tidak mempermasalahkannya.
Mungkin bakat mereka dalam menyembunyikan hubungan patut diacungi jempol, keduanya berkomunikasi layaknya sahabat, bermain seperti anak kecil, kadangkala mereka berdebat, mereka peduli satu sama lain seperti orang tua, saling melindungi selayaknya saudara. Orang-orang akan berpikir bahwa hubungan seperti itu adalah batas terakhir dari persahabatan yang kental, dan tak memikirkan apakah ada sesuatu di baliknya. Kecuali jika mereka memiliki radar tertentu.
Radar belok.
Pagi ini berjalan seperti biasanya, Eunseok menjemput Wonbin dan mereka berangkat bersama, enam bulan ini kegiatan berangkat bersama sudah seperti sebuah kewajiban, jadi tidak heran.
Seperti yang lalu-lalu, kali ini pun mereka tetap berjalan beriringan melalui koridor sekolah. Bedanya, di beberapa kesempatan mereka akan saling menautkan tangan, lalu melepasnya kembali. Eunseok tetap pada pembiasaannya, mengantar Wonbin sampai ke depan kelas, jika saja sekolah sepi, mungkin Eunseok akan dengan senang hati memberikan kecupan manis pada kening Wonbin yang sekarang tertutup poni; ia memutuskan membuat poni beberapa minggu yang lalu.
“Belajar yang giat, istirahat Kakak ke sini lagi. Kay?”
Penuturan itu membuat si manis mengangguk.
“Kakak juga semangat belajarnya, kalau Kakak lagi sibuk kabarin aja, biar aku yang samperin Kakak.” jawab Wonbin.
Eunseok mengulas senyum, kemudian mengacak-acak rambut yang sudah rapi itu, membuat si empu merengut tertahan.
“Iyaa nanti Kakak chat, Kakak selalu di kelas, kayak biasa.”
Mereka saling melempar senyum selama beberapa saat, Wonbin hendak memasuki kelasnya, sebelum itu si manis sempat menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, lalu pandangannya beralih ke dalam kelas yang nampak satu dua murid di sana. Setelah menurutnya situasi aman, Wonbin dengan gerakan kilat berjinjit, menyamakan tinggi badannya pada yang lebih tua untuk mencuri satu kecupan kecil di sudut bibirnya.
Dan setelah itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, pria kecil yang barusan mengambil kecupan manis di bibir Eunseok langsung beralih masuk ke dalam kelas, meninggalkan Eunseok yang mematung tepat di depan pintu, menghalangi jalan siswa untuk masuk. Termasuk pemuda jakung yang entah sejak kapan ada di belakang Eunseok, memandangi kakak kelasnya dengan tatapan jengah.
“Bang.” panggilnya sukses membuat kesadaran Eunseok kembali, pria itu menengok.
“Ji ... sung?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Song | SeokBin
FanfictionWanita mana yang tidak akan tergila-gila begitu nama Song Eunsok dikumandangkan? Silver Stone adalah julukan yang resmi ditujukan pada Song Eunsok, sang buaya kelas kakap dari kelas 3-3. Tapi di balik semua tingkah lakunya yang kerap kali menggoda...